Monday, August 27, 2012

Louis Love Story

by @auliarks , 16

2nd Favourite Fanfic of 1D Fanfic Contest


Louis menggandeng tangan YN dengan mesra, sambil membukakan pintu café untuknya. Seperti biasa, kilatan blitz paparazzi menyilaukan mata YN. Aku harus terbiasa, batin YN. Louis mempererat genggaman tangannya, merasakan kegugupan YN, mencoba menenangkan. Sambil berusaha membuka jalan bagi mereka dari kumpulan paparazzi.


“Maaf telah membuatmu repot, aku tidak menduga respon dari media akan seperti ini,” Louis menatap YN.
“Tidak apa-apa. Aku merasa senang bisa membantu,” YN menjawab sambil tersenyum—Louis merasakan ketulusan disana.
“You really are a nice girl,” Louis mengecup kening YN, menatapnya. Terima kasih.


YN menuruni tangga dengan setengah berlari, sambil menahan kantuk. Tidur semalam dirasanya belum cukup. YN pulang larut semalam, got another after party with Louis. YN duduk di pantry. Diliriknya headline koran pagi hari ini.

LOUIS TOMLINSON CAUGHT WITH A BRUNETTE

Tampak foto dirinya dengan Louis, foto yang diambil paparazzi semalam. YN tampak berbeda di foto itu. Memang YN sengaja tampil berbeda saat berada di kampus dan saat dirinya sedang bersama Louis, tentunya agar YN tidak mudah dikenali. Saat bersama Louis YN tampak….. dewasa, anggun, completely stunning. Jauh berbeda dengan keseharian YN yang tampil nyaris acuh tak acuh di kampus, cenderung agak tomboy dan berantakan. Usaha YN membuahkan hasil, sulit mengenali bahwa gadis di foto itu adalah YN, kecuali bila kau sudah mengenal YN dengan amat sangat baik. Tampaknya, media juga belum mengetahui identitas YN yang sebenarnya.
Wangi pancake memenuhi indra penciuman YN. Mama memberikan senyum hangatnya kepada YN, menyodorkan sepiring pancake blueberry kesukaannya.
“Selamat pagi, sayang.”
“Selamat pagi, Mama.” YN menjawab, sebelum mulai menikmati pancakenya.
“So, another after party last night?”
“Exactly,” YN menjawab singkat, sebisa mungkin menghindari pertanyaan Mamanya tentang segala hal yang ada hubungannya dengan Louis.
“Jadi, kapan kau akan mengenalkannya pada Mama, sweetheart?” Ah, padahal pertanyaan ini sudah sebisa mungkin aku hindari! Well, memang hampir tidak mungkin menyembunyikan sesuatu dari Mama. Apalagi menyembunyikan pacar yang… Hmm, bahkan seisi dunia pun sudah tahu tentang Louis dan kekasih ‘brunette’-nya. Jadi, sungguh sangat wajar bila Mama mengetahuinya—Mama tentu saja mengenali bahwa gadis di koran pagi tersebut adalah putrinya! Yang tidak wajar adalah bila Mama tidak mengetahui bahwa putrinya mengencani one of the hottest guys in the entire world, the pop-sensation, the funny one—Louis William Tomlinson.
Ya, that Louis Tomlinson. Anggota One Direction. Gadis manapun di dunia rela mengorbankan apapun untuk bisa menjadi kekasih Louis. Gadis normal manapun.
“Honey?” YN tersadar dari lamunannya.
“Jadi kapan kau akan membawanya kemari? Memperkenalkannya pada Mama. Oh ya, sekaligus memperkenalkannya pada Papa. Mengapa tidak kau ajak saja ia kemari minggu depan, saat Papa pulang, sweetheart? Papa menanti-nantikan bertemu dengannya. Tentunya Papa akan sangat senang bertemu dengan Louis. Mengapa tidak kau undang saja untuk makan malam bersama nanti?”
YN tertegun. “Aduh, Ma. Aku tidak bisa menjanjikan Louis akan datang dalam waktu dekat ini. Jadwal tour mereka sangat padat, Ma. Mungkin aku bisa memintanya untuk mengecek ulang jadwalnya dan melihat apakah ada sedikit waktu luang baginya untuk makan malam bersama kita?”
“That would be great! Mama harap Louis dapat menyempatkan waktunya untuk datang, dear.”
“Aku pun berharap demikian, Ma.” YN terburu-buru menghabiskan sisa pancakenya, meneguk habis susu cokelatnya. Sesegera mungkin pamit pada Mamanya. Memacu kencang mobilnya di jalanan komplek yang lengang, ingin sesegera mungkin meninggalkan rumahnya. Ingin sesegera mungkin bertemu Louis sepulang kuliah.


“Aku sudah mengatur segalanya untukmu,” Louis berkata sambil tersenyum.
“Twitter account has been made, the paparazzi—aku mengusahakan agar media tidak terlalu banyak memberitakan kita—namun cukup banyak untuk diketahui khalayak, confession—aku akan memberitahukan identitas aslimu pada press conference di Epicentrum Café malam ini, tentu saja aku ingin kau menemaniku dan ah ya, your outfit,” Louis menyodorkan paper bag, berisikan gaun malam.
“Terima kasih,” YN menggumam, kagum dengan hasil kerja Louis.
“Seharusnya aku yang berterima kasih, YN.” Dikecupnya kening YN, tersenyum hangat, kembali fokus pada jalanan di depannya.
“Kita akan berhenti sejenak di pom bensin di depan, memberimu waktu untuk berganti pakaian dan merias diri. Santai saja, acaranya masih sekitar satu jam lagi.”
Louis memarkir mobilnya di dekat pintu masuk toilet, keluar dari mobil, lalu membukakan pintu untuk YN. YN berjalan agak cepat menuju toilet, berhenti sejenak saat didengarnya teriakan Louis.
“Oh iya, mulai sekarang publik akan mengenalmu sebagai Eleanor.”


Louis berdiri di samping pintu mobil, tersenyum lebar saat melihat YN, kemudian membukakan pintu untuknya. “You look stunning, love.” Louis membungkuk, mempersilakan YN untuk masuk. Setelah dipastikannya YN sudah duduk dengan nyaman, Louis masuk ke mobil.
“Eleanor? Kau bahkan tidak memberitahuku bahwa aku harus memakai nama samaran!”
“Maafkan aku, aku pikir akan lebih baik bila publik tidak mengetahui identitas aslimu. Dengan hanya bermodalkan tahu namamu saja, paparazzi bisa melacak kampusmu, tempat tinggalmu, bahkan latar belakang keluargamu. Tentunya kau tidak ingin paparazzi membuntutimu kemana-mana, bukan?”
Dalam hati YN setuju dengan perkataan Louis. Baiklah, memang apa salahnya memiliki identitas rahasia?


Headline koran pagi ini kembali dipenuhi berita tentang dirinya.
Holy crap! Louis bahkan mengumumkan pada media bahwa mereka akan segera bertunangan!
YN berpikir bahwa tingkah Louis agak berlebihan akhir-akhir ini. Padahal menurut perjanjian, YN hanya akan tampil sebagai kekasih Louis di hadapan media dan paparazzi—pretending to be Louis’ girlfriend. Tapi, tingkah laku Louis belakangan ini… Isn’t it going too far?
YN menghela nafas, diingatnya kejadian satu bulan yang lalu…
Saat itu YN sedang berada di salah satu club ternama, mencari tempat duduk di sudut club, saat ditangkapnya bayangan dua sosok pria. She really was watching two of the pop-sensation—male pop-sensation—just tonguing each other.
Belum habis rasa kagetnya, salah satu dari pria tersebut mulai menggerakkan tangannya, mulai menelusuri bagian belakang celana jeans pasangannya.
YN menarik nafas kaget, refleks YN berteriak tertahan. Such a nasty thing to watch a gay couple were just…. did that. Well, apalagi yang ia lihat adalah sosok selebriti. Tampaknya mereka menyadari keberadaan YN, mereka menghentikan aksinya, lalu tersenyum kikuk mencoba bertingkah seolah hal ‘tersebut’ tidak pernah terjadi.
YN lantas terburu-buru meninggalkan tempat tersebut, setengah berlari. To her surprise, salah satu dari pria tersebut mengejarnya, mungkin untuk membujuk YN agar tidak memberitahukan hal itu pada media. Well, YN bahkan tidak berniat memberitahukan hal tersebut, pada siapapun! Pria tersebut dengan kikuk mengajak YN berkenalan, mengobrol ringan sejenak, lalu akhirnya pamit pergi. Entah apa maksudnya, mungkin hanya ingin berlaku wajar. Tidak pernah mereka duga bahwa malam itu bukanlah pertemuan terakhir bagi mereka.


THE BROMANCE CAUGHT IN THE CLUB

HARRY STYLES AND LOUIS TOMLINSON: “WE ARE NOT GAY!”

LOUIS AND HARRY—THE BRITISH CUTIE ARE DATING

THE GAY COUPLE—LARRY STYLINSON

Headline koran keesokan harinya penuh dengan berita tentang Louis dan Harry. Ternyata bukan hanya YN yang menyaksikan kejadian kemarin. YN menghela nafas, mencoba untuk tidak memikirkan hal ini. This is none of my business, pikirnya. YN menikmati kembali cappuccinonya, menatap ke luar jendela, mengamati lalu-lalang kesibukan sore hari di jalanan kota London.
“Excuse me?” Suara ramah menyapanya. Ditatapnya sekilas pria di hadapannya. Ah. Di hadapannya berdiri sosok yang memenuhi headline koran hari ini. Sosok yang berada dipikirannya sepersekian detik lalu. Louis Tomlinson.


“YOU BOTH REALLY ARE A GAY COUPLE?” Tanya YN dengan suara cukup keras, untungnya suasana café sedang lengang dan mejanya berada di pojok sehingga tidak ada yang mendengar.
“Sssssh!” bisik Louis panik. “Aku tidak tahu.. Aku merasa biasa saja saat melakukannya dengan Harry. Harry berkata ia sangat menikmatinya… Well, aku akan melakukan apapun selama Harry bahagia. Whatever it takes. Walaupun itu akan membahayakan reputasiku. Reputasi kami.” Entah mengapa Louis merasa bahwa gadis ini dapat dipercaya, Louis menceritakan segala hal tentang dirinya dan Harry.
“Tapi bukan begitu caranya! Well, setidaknya kalian tidak perlu melakukan hal tersebut di tempat umum. The medias keep an eye on you both, hal ini—seperti yang kau katakana, tentunya berbahaya bagi reputasi kalian.”
“Aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Malam itu, aku ingin menjelaskan pada Harry bahwa aku ingin mengakhirinya. Aku rasa aku bukan gay. Aku melakukan itu semata-mata karena Harry. Because he told me to. Harry mengerti, ia menghargai keputusanku. Dan kemarin adalah kali terakhir kami melakukannya. Maksudku, Harry asked me to do the last affair, semacam perpisahan untuk hubungan terlarang kami.”
“Okay, so what can I do to help you guys?”
Louis menatap YN, tidak disangkanya akan secepat ini YN memercayainya dan dengan sangat baik hati menawarkan bantuan! “Well, here’s the plan.”


LIMA BULAN KEMUDIAN

Enam bulan lamanya YN menemani Louis. YN sudah akrab dengan kilatan kamera paparazzi— paparazzi mengintainya hanya saat ia bersama Louis tentunya. YN sudah terbiasa dengan panggilan barunya. Kenaikan jumlah followers dan twitter account ‘baru’-nya yang kebanjiran mention—baik yang bersikap positif maupun negatif. The boys world tour. Press conference. After party. Segalanya sudah dirasakan oleh YN, dengan identitas palsunya sebagai Eleanor, kekasih Louis. Publik mengenal mereka sebagai Elouanor, the cutest couple in the century. YN sudah terbiasa. Sangat terbiasa.
Dirasakannya perhatian Louis menjadi suatu keharusan, bukan hanya sekedar perlawanan Louis untuk menutupi kabar bahwa dirinya gay. Well, kabar itu sudah tidak terdengar sama sekali. Terlebih lagi sejak kepergian Harry.
YN menikmati menjadi Eleanor. Menjadi Elouanor lebih tepatnya. Louis segalanya bagi YN. Tanpa ada kabar dari Louis, hari-hari YN terasa hambar.
YN senang. YN senang menjadi Eleanor.

LOUIS TOMLINSON PROPOSED TO ELEANOR


TIGA BULAN SEBELUMNYA

“Hai, Hazza.”
“Hai, Lou. Terima kasih kau telah datang.”
“Don’t mention that! Aku akan selalu menyempatkan waktu untuk bertemu denganmu, Haz.”
“It’s a pleasure for me, Lou.”
Mereka duduk berhadapan. Waktu seperti ini langka bagi mereka. Kesibukan mereka semakin menggila. Hanya disela-sela perform dan rehearsal mereka bertemu, dan di waktu tersebut sangat tidak memungkinkan bagi mereka untuk memulai percakapan pribadi.
“Lou.”
“Yes, Haz?”
“Could I ask you a question?”
“Sure. I’ll be as open as I could, Haz.”
“Have you ever enjoyed our affair?”
Louis tertegun sejenak, teringat janjinya untuk menjawab seterbuka mungkin, kemudian berkata, “Honestly, ummm.. Not really.”
Harry menyadari bahwa itu artinya Louis tidak pernah menikmati sama sekali.
Louis menangkap kekecewaan di mata Harry lalu menambahkan, “I didn’t mean to hurt you, Haz. Well, walaupun aku tidak menikmatinya…. Aku sungguh ingin membahagiakanmu. Kau adalah bagian dari hidupku. Kau selalu ada untukku. You really are the best, Haz. I couldn’t ask for more to have a good friend—a good brother just like you. I love you, Haz. I’ll always do.”
Harry menatap mata Louis, Harry melihat kejujuran disana. Tapi bukan itu saja yang Harry inginkan. Harry ingin lebih. Eternity love—if he could have one, only with Louis. Louis. Hanya Louis. Lebih baik dirinya mati bila tak bisa mendapatkan cinta Louis—cinta yang abadi sebagai pasangan kekasih, bukan sekedar dianggap saudara. Tetapi tidak dengan Louis. Louis tidak mencintainya. Well, cinta yang Harry maksud—bukanlah cinta yang diberikan Louis selama ini.
“I wish I could cherish you as much as you cherish me, Lou.”
Harry merasakan pandangannya semakin kabur, tetesan hangat mengalir di pipinya. Harry bangkit, Louis bahkan tidak menahan Harry. Louis yakin Harry perlu waktu sendirian. Untuk menenangkan dirinya dan batinnya sejenak.

ONE DIRECTION MEMBER, HARRY SYLES: CRASHED


“I, Louis William Tomlinson, take you YN, to be my civil wife, to have and to hold from this day forward, for better or for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish; until death do us part.”
Louis tersenyum, melirik ke arah YN dengan tatapan penuh cinta. Giliran YN untuk mengucap janji pernikahannya.
“I, YN, take you Louis William Tomlinson to be my civil husband, to have and to hold from this day forward, for better or for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish; until death do us part.”
Louis menyematkan cincin di jari manis YN.
“Dengan pengucapan janji dan penyematan cincin tadi, secara resmi kalian telah menjadi pasangan suami-istri. You may kiss.”
Tepuk tangan meriah terdengar dari bangku tamu, berbahagia atas janji suci Louis dan YN.

No comments:

Post a Comment