2nd Favourite Fanfic of 1D Fanfic Contest
Louis menggandeng tangan YN dengan mesra,
sambil membukakan pintu café untuknya. Seperti biasa, kilatan blitz paparazzi
menyilaukan mata YN. Aku harus terbiasa, batin YN. Louis mempererat genggaman
tangannya, merasakan kegugupan YN, mencoba menenangkan. Sambil berusaha membuka
jalan bagi mereka dari kumpulan paparazzi.
“Maaf telah membuatmu repot, aku tidak menduga
respon dari media akan seperti ini,” Louis menatap YN.
“Tidak apa-apa. Aku merasa senang bisa
membantu,” YN menjawab sambil tersenyum—Louis merasakan ketulusan disana.
“You really are a nice girl,” Louis mengecup
kening YN, menatapnya. Terima kasih.
YN menuruni tangga dengan setengah berlari,
sambil menahan kantuk. Tidur semalam dirasanya belum cukup. YN pulang larut
semalam, got another after party with Louis. YN duduk di pantry. Diliriknya
headline koran pagi hari ini.
LOUIS TOMLINSON CAUGHT WITH A BRUNETTE
Tampak foto dirinya dengan Louis, foto yang
diambil paparazzi semalam. YN tampak berbeda di foto itu. Memang YN sengaja
tampil berbeda saat berada di kampus dan saat dirinya sedang bersama Louis,
tentunya agar YN tidak mudah dikenali. Saat bersama Louis YN tampak….. dewasa,
anggun, completely stunning. Jauh berbeda dengan keseharian YN yang tampil
nyaris acuh tak acuh di kampus, cenderung agak tomboy dan berantakan. Usaha YN
membuahkan hasil, sulit mengenali bahwa gadis di foto itu adalah YN, kecuali
bila kau sudah mengenal YN dengan amat sangat baik. Tampaknya, media juga belum
mengetahui identitas YN yang sebenarnya.
Wangi pancake memenuhi indra penciuman YN.
Mama memberikan senyum hangatnya kepada YN, menyodorkan sepiring pancake
blueberry kesukaannya.
“Selamat pagi, sayang.”
“Selamat pagi, Mama.” YN menjawab, sebelum
mulai menikmati pancakenya.
“So, another after party last night?”
“Exactly,” YN menjawab singkat, sebisa mungkin
menghindari pertanyaan Mamanya tentang segala hal yang ada hubungannya dengan
Louis.
“Jadi, kapan kau akan mengenalkannya pada
Mama, sweetheart?” Ah, padahal pertanyaan ini sudah sebisa mungkin aku
hindari! Well, memang hampir tidak mungkin menyembunyikan sesuatu dari
Mama. Apalagi menyembunyikan pacar yang… Hmm, bahkan seisi dunia pun sudah tahu
tentang Louis dan kekasih ‘brunette’-nya. Jadi, sungguh sangat wajar bila Mama
mengetahuinya—Mama tentu saja mengenali bahwa gadis di koran pagi tersebut
adalah putrinya! Yang tidak wajar adalah bila Mama tidak mengetahui bahwa
putrinya mengencani one of the hottest guys in the entire world, the pop-sensation,
the funny one—Louis William Tomlinson.
Ya, that Louis Tomlinson. Anggota One
Direction. Gadis manapun di dunia rela mengorbankan apapun untuk bisa menjadi
kekasih Louis. Gadis normal manapun.
“Honey?” YN tersadar dari lamunannya.
“Jadi kapan kau akan membawanya kemari?
Memperkenalkannya pada Mama. Oh ya, sekaligus memperkenalkannya pada Papa.
Mengapa tidak kau ajak saja ia kemari minggu depan, saat Papa pulang,
sweetheart? Papa menanti-nantikan bertemu dengannya. Tentunya Papa akan sangat
senang bertemu dengan Louis. Mengapa tidak kau undang saja untuk makan malam
bersama nanti?”
YN tertegun. “Aduh, Ma. Aku tidak bisa
menjanjikan Louis akan datang dalam waktu dekat ini. Jadwal tour mereka sangat
padat, Ma. Mungkin aku bisa memintanya untuk mengecek ulang jadwalnya dan
melihat apakah ada sedikit waktu luang baginya untuk makan malam bersama kita?”
“That would be great! Mama harap Louis dapat
menyempatkan waktunya untuk datang, dear.”
“Aku pun berharap demikian, Ma.” YN
terburu-buru menghabiskan sisa pancakenya, meneguk habis susu cokelatnya.
Sesegera mungkin pamit pada Mamanya. Memacu kencang mobilnya di jalanan komplek
yang lengang, ingin sesegera mungkin meninggalkan rumahnya. Ingin sesegera
mungkin bertemu Louis sepulang kuliah.
“Aku sudah mengatur segalanya untukmu,” Louis
berkata sambil tersenyum.
“Twitter account has been made, the
paparazzi—aku mengusahakan agar media tidak terlalu banyak memberitakan
kita—namun cukup banyak untuk diketahui khalayak, confession—aku akan
memberitahukan identitas aslimu pada press conference di Epicentrum Café malam
ini, tentu saja aku ingin kau menemaniku dan ah ya, your outfit,” Louis
menyodorkan paper bag, berisikan gaun malam.
“Terima kasih,” YN menggumam, kagum dengan
hasil kerja Louis.
“Seharusnya aku yang berterima kasih, YN.”
Dikecupnya kening YN, tersenyum hangat, kembali fokus pada jalanan di depannya.
“Kita akan berhenti sejenak di pom bensin di
depan, memberimu waktu untuk berganti pakaian dan merias diri. Santai saja,
acaranya masih sekitar satu jam lagi.”
Louis memarkir mobilnya di dekat pintu masuk
toilet, keluar dari mobil, lalu membukakan pintu untuk YN. YN berjalan agak
cepat menuju toilet, berhenti sejenak saat didengarnya teriakan Louis.
“Oh iya, mulai sekarang publik akan mengenalmu
sebagai Eleanor.”
Louis berdiri di samping pintu mobil,
tersenyum lebar saat melihat YN, kemudian membukakan pintu untuknya. “You look
stunning, love.” Louis membungkuk, mempersilakan YN untuk masuk. Setelah
dipastikannya YN sudah duduk dengan nyaman, Louis masuk ke mobil.
“Eleanor? Kau bahkan tidak memberitahuku bahwa
aku harus memakai nama samaran!”
“Maafkan aku, aku pikir akan lebih baik bila
publik tidak mengetahui identitas aslimu. Dengan hanya bermodalkan tahu namamu
saja, paparazzi bisa melacak kampusmu, tempat tinggalmu, bahkan latar belakang
keluargamu. Tentunya kau tidak ingin paparazzi membuntutimu kemana-mana,
bukan?”
Dalam hati YN setuju dengan perkataan Louis. Baiklah,
memang apa salahnya memiliki identitas rahasia?
Headline koran pagi ini kembali dipenuhi
berita tentang dirinya.
Holy crap! Louis bahkan mengumumkan pada media
bahwa mereka akan segera bertunangan!
YN berpikir bahwa tingkah Louis agak
berlebihan akhir-akhir ini. Padahal menurut perjanjian, YN hanya akan tampil
sebagai kekasih Louis di hadapan media dan paparazzi—pretending to be Louis’
girlfriend. Tapi, tingkah laku Louis belakangan ini… Isn’t it going too far?
YN menghela nafas, diingatnya kejadian satu
bulan yang lalu…
Saat itu YN sedang berada di salah satu club
ternama, mencari tempat duduk di sudut club, saat ditangkapnya bayangan dua
sosok pria. She really was watching two of the pop-sensation—male
pop-sensation—just tonguing each other.
Belum habis rasa kagetnya, salah satu dari
pria tersebut mulai menggerakkan tangannya, mulai menelusuri bagian belakang
celana jeans pasangannya.
YN menarik nafas kaget, refleks YN berteriak
tertahan. Such a nasty thing to watch a gay couple were just…. did that. Well,
apalagi yang ia lihat adalah sosok selebriti. Tampaknya mereka menyadari keberadaan
YN, mereka menghentikan aksinya, lalu tersenyum kikuk mencoba bertingkah seolah
hal ‘tersebut’ tidak pernah terjadi.
YN lantas terburu-buru meninggalkan tempat
tersebut, setengah berlari. To her surprise, salah satu dari pria tersebut
mengejarnya, mungkin untuk membujuk YN agar tidak memberitahukan hal itu pada
media. Well, YN bahkan tidak berniat memberitahukan hal tersebut, pada
siapapun! Pria tersebut dengan kikuk mengajak YN berkenalan, mengobrol ringan
sejenak, lalu akhirnya pamit pergi. Entah apa maksudnya, mungkin hanya ingin
berlaku wajar. Tidak pernah mereka duga bahwa malam itu bukanlah pertemuan
terakhir bagi mereka.
THE BROMANCE CAUGHT IN THE CLUB
HARRY STYLES AND LOUIS TOMLINSON: “WE ARE NOT
GAY!”
LOUIS AND HARRY—THE BRITISH CUTIE ARE DATING
THE GAY COUPLE—LARRY STYLINSON
Headline koran keesokan harinya penuh dengan
berita tentang Louis dan Harry. Ternyata bukan hanya YN yang menyaksikan
kejadian kemarin. YN menghela nafas, mencoba untuk tidak memikirkan hal ini. This
is none of my business, pikirnya. YN menikmati kembali cappuccinonya,
menatap ke luar jendela, mengamati lalu-lalang kesibukan sore hari di jalanan
kota London.
“Excuse me?” Suara ramah menyapanya.
Ditatapnya sekilas pria di hadapannya. Ah. Di hadapannya berdiri sosok
yang memenuhi headline koran hari ini. Sosok yang berada dipikirannya
sepersekian detik lalu. Louis Tomlinson.
“YOU BOTH REALLY ARE A GAY COUPLE?” Tanya YN
dengan suara cukup keras, untungnya suasana café sedang lengang dan mejanya
berada di pojok sehingga tidak ada yang mendengar.
“Sssssh!” bisik Louis panik. “Aku tidak tahu..
Aku merasa biasa saja saat melakukannya dengan Harry. Harry berkata ia sangat
menikmatinya… Well, aku akan melakukan apapun selama Harry bahagia. Whatever it
takes. Walaupun itu akan membahayakan reputasiku. Reputasi kami.” Entah mengapa
Louis merasa bahwa gadis ini dapat dipercaya, Louis menceritakan segala hal
tentang dirinya dan Harry.
“Tapi bukan begitu caranya! Well, setidaknya
kalian tidak perlu melakukan hal tersebut di tempat umum. The medias keep an
eye on you both, hal ini—seperti yang kau katakana, tentunya berbahaya bagi
reputasi kalian.”
“Aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Malam
itu, aku ingin menjelaskan pada Harry bahwa aku ingin mengakhirinya. Aku rasa
aku bukan gay. Aku melakukan itu semata-mata karena Harry. Because he told me
to. Harry mengerti, ia menghargai keputusanku. Dan kemarin adalah kali terakhir
kami melakukannya. Maksudku, Harry asked me to do the last affair, semacam
perpisahan untuk hubungan terlarang kami.”
“Okay, so what can I do to help you guys?”
Louis menatap YN, tidak disangkanya akan
secepat ini YN memercayainya dan dengan sangat baik hati menawarkan bantuan!
“Well, here’s the plan.”
LIMA BULAN KEMUDIAN
Enam bulan lamanya YN menemani Louis. YN sudah
akrab dengan kilatan kamera paparazzi— paparazzi mengintainya hanya saat ia
bersama Louis tentunya. YN sudah terbiasa dengan panggilan barunya. Kenaikan
jumlah followers dan twitter account ‘baru’-nya yang kebanjiran mention—baik
yang bersikap positif maupun negatif. The boys world tour. Press conference.
After party. Segalanya sudah dirasakan oleh YN, dengan identitas palsunya
sebagai Eleanor, kekasih Louis. Publik mengenal mereka sebagai Elouanor, the
cutest couple in the century. YN sudah terbiasa. Sangat terbiasa.
Dirasakannya perhatian Louis menjadi suatu
keharusan, bukan hanya sekedar perlawanan Louis untuk menutupi kabar bahwa
dirinya gay. Well, kabar itu sudah tidak terdengar sama sekali. Terlebih lagi
sejak kepergian Harry.
YN menikmati menjadi Eleanor. Menjadi Elouanor
lebih tepatnya. Louis segalanya bagi YN. Tanpa ada kabar dari Louis, hari-hari
YN terasa hambar.
YN senang. YN senang menjadi Eleanor.
LOUIS TOMLINSON PROPOSED TO ELEANOR
TIGA BULAN SEBELUMNYA
“Hai, Hazza.”
“Hai, Lou. Terima kasih kau telah datang.”
“Don’t mention that! Aku akan selalu
menyempatkan waktu untuk bertemu denganmu, Haz.”
“It’s a pleasure for me, Lou.”
Mereka duduk berhadapan. Waktu seperti ini
langka bagi mereka. Kesibukan mereka semakin menggila. Hanya disela-sela
perform dan rehearsal mereka bertemu, dan di waktu tersebut sangat tidak
memungkinkan bagi mereka untuk memulai percakapan pribadi.
“Lou.”
“Yes, Haz?”
“Could I ask you a question?”
“Sure. I’ll be as open as I could, Haz.”
“Have you ever enjoyed our affair?”
Louis tertegun sejenak, teringat janjinya
untuk menjawab seterbuka mungkin, kemudian berkata, “Honestly, ummm.. Not
really.”
Harry menyadari bahwa itu artinya Louis tidak
pernah menikmati sama sekali.
Louis menangkap kekecewaan di mata Harry lalu
menambahkan, “I didn’t mean to hurt you, Haz. Well, walaupun aku tidak
menikmatinya…. Aku sungguh ingin membahagiakanmu. Kau adalah bagian dari
hidupku. Kau selalu ada untukku. You really are the best, Haz. I couldn’t ask
for more to have a good friend—a good brother just like you. I love you, Haz.
I’ll always do.”
Harry menatap mata Louis, Harry melihat
kejujuran disana. Tapi bukan itu saja yang Harry inginkan. Harry ingin lebih.
Eternity love—if he could have one, only with Louis. Louis. Hanya Louis. Lebih
baik dirinya mati bila tak bisa mendapatkan cinta Louis—cinta yang abadi
sebagai pasangan kekasih, bukan sekedar dianggap saudara. Tetapi tidak dengan
Louis. Louis tidak mencintainya. Well, cinta yang Harry maksud—bukanlah cinta
yang diberikan Louis selama ini.
“I wish I could cherish you as much as you
cherish me, Lou.”
Harry merasakan pandangannya semakin kabur,
tetesan hangat mengalir di pipinya. Harry bangkit, Louis bahkan tidak menahan
Harry. Louis yakin Harry perlu waktu sendirian. Untuk menenangkan dirinya dan
batinnya sejenak.
ONE DIRECTION MEMBER, HARRY SYLES: CRASHED
“I, Louis William Tomlinson, take you YN, to
be my civil wife, to have and to hold from this day forward, for better or for
worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to
cherish; until death do us part.”
Louis tersenyum, melirik ke arah YN dengan
tatapan penuh cinta. Giliran YN untuk mengucap janji pernikahannya.
“I, YN, take you Louis William Tomlinson to be
my civil husband, to have and to hold from this day forward, for better or for
worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to
cherish; until death do us part.”
Louis menyematkan cincin di jari manis YN.
“Dengan pengucapan janji dan penyematan cincin
tadi, secara resmi kalian telah menjadi pasangan suami-istri. You may kiss.”
Tepuk tangan meriah terdengar dari bangku
tamu, berbahagia atas janji suci Louis dan YN.
No comments:
Post a Comment