Finalis #1DFanficContest13
by Fira Nadhifa Widya , 13
ZLS
Sayang.. coba
tutup mata kamu” seru zayn yang menyembunyikan tangannya dan sebuah kotak di
belakang punggungnya.
Kezia
mengangguk dan menutup matanya dengan sangat erat, tak ingin mencurangi
sedikitpun kekasihnya ini. Seulas senyum tersungging di bibir mungilnya saat
tangannya menyentuh sebuah kotak sebesar kemasan minuman teh kotak yang
menempel sebuah pita ditengahnya.
“Buka mata
kamu.” suruh Zayn seraya menyandarkan tubuhnya pada dinding dan melipat kedua
tangannya diikuti sebuah senyuman yang sangat lebar.
“Zayn! Kamu
tidak harus melakukan ini! Ini kan mahal banget!” pekik Kezia yang mengetahui
bahwa kotak itu berisi sebuah kalung yang terbuat dari emas putih. Kezia tidak
suka Zayn membeli barang-barang mahal untuknya, ia bukan tipe cewek yang
mengharapkan semua itu dari kekasihnya. Baginya bersama Zayn saja sudah cukup.
Zayn
mengangguk, memberi isyarat pada Kezia untuk menerimanya. Tidak tahu harus
menaruhnya di dalam kotak atau memakainya, Kezia menyambar tubuh Zayn dan
memeluknya erat.
“Aku bersyukur
memilikimu.. Aku mohon, jangan pernah tinggalkan aku. Jangan tinggalkanku
disaat terburukku.” Ucap Kezia dalam dekapan Zayn.
“Kau bisa
mempercayaiku.” Zayn mengelus rambut hitam nan lebat itu dan sedikit
mengacaknya.
Flashback
off...
“Aku masih
ingat ucapanmu saat itu Zayn..”lirih Kezia yang sedang mengingat masa-masa terindahnya
bersama Zayn. Masa-masa yang tak mungkin terlupakan. Meski mungkin, tapi hati
berkata lain.
Dengan langkah
hati-hati sekaligus sedikit terburu, Kezia menuruni anak tangga rumahnya satu
persatu dengan tuntunan tongkatnya. Meski tidak bisa melihat, tetapi Kezia
sudah hafal seluk-beluk di rumahnya
“You don’t know
you’re beautiful.. o-oohh.. thats what makes you beautiful.. o-ohh!!” Louis
atau kakaknya Keke bernyanyi dan berjoget-ria sambil memasak makan malam.
Keke pun
menoleh ke arah dapur tempat sumber suara dan memasang tampang kesal, berharap
kakaknya melihatnya dan berhenti membuat kebisingan. Ternyata hasilnya nihil.
“Keke...”panggil
seseorang dari luar dengan nada bicara seperti anak kecil yang memanggil
temannya untuk bermain.
. Ia segera membukakan
pintu rumahnya yang diketuk tak sabar.
“Clara??” tanya
Kezia.
“Iya sayyyy....
Masuk yuk di luar dinginn.”Clara menuntun Kezia menuju ruang tengah.
“Errmm.. Jadi
kenapa kamu kesini?”tanya Kezia seraya meraba-raba sofa lalu menduduki tempat
yang menurutnya cukup empuk untuk ia duduki.
“Emang nggak
boleh main kesini...” canda Clara.
“Ya bukannya
gitu.. Tapi kalo lo bela-belain kesini di malam hari kayak gini, biasanya ada
yang penting.. Atau lo lagi kekosongan kulkas..” Kezia mencoba meraih tape recorder
yang terletak tepat diatas laci samping sofa, namun berhasil diambil Clara
duluan. Clara tertawa kecil melihat ekspresi muka Kezia yang kebingungan
meraba-raba laci itu. Kezia sangat menyukai lagu-lagu dari One Direction yang
suka diputarrya di tape recorder itu. Tape dan album One Direction yang
berjudul Take Me Home itu juga pemberian Zayn saat ulang tahunnya 4 bulan lalu.
Sebulan sebelum kecelakaan itu terjadi.
“Ishh! Balikin
Clar!”dengus Kezia yang tahu kalau Clara mengerjainya.
“Parah lo..
Masih aja mainin pemberian cowok brengsek itu.” Clara menatap tajam tape
recorder itu seolah sedang menatap Zayn yang telah meninggalkan Kezia dalam
keadaan terpuruknya.
“Oiya, gue
sampai lupa.. Gue punya berita yang WE-O-WE banget!! Gue dilamar ama
Niall!”seru Clara.
“Oh ya?? Selamat
ya!” Kezia ikut gembira.
“Iya! Terus tau
nggak? Saat dia ngelamar gue, dia pegang uang lima juta rupiah dan sekotak
pizza. katanya kalau gue terima, pizzanya buat gue. Tapi kalau gue tolak, gue
harus ambil uang lima juta itu..”Clara bercerita sambil memperagakan beberapa
gerakan saking antusiasnya, meskipun Kezia tak dapat melihatnya.
“Cerdas juga
cowok lo.. Trus pizzanya mana?”tanya Kezia.
“Udah diabisin
sama Niall.”Jawab Clara santai. Kezia tertawa kecil sambil menggelengkan kepala
memikirkan kecintaan Niall pada makanan yang tak pernah pudar.
“Keke, dinner
is ready!!”teriak Louis dari dapur.
“Coming!!”sahut
Keke lalu bangkit dan mengajak Clara menuju meja makan.
*****
Zayn sedang
berada di starbucks. Ia duduk di meja paling pojok berdekatan dengan jendela.
Setiap sabtu, dia selalu datang ke tempat ini semenjak ia meninggalkan Kezia.
Sebelum itu, mereka sering hang-out di cafe seberang bernama Double Dipps.
Sesekali, Zayn akan memandangi tempat itu dari jendela dan tersenyum kecut. Sambil
menghirup secangkir white coffee, Zayn menggerakan jarinya dengan lincah pada
layar sentuh handphonenya. Tiba-tiba, seseorang menumpahkan minuman yang
mengenai kaos dan celana kesayangan Zayn.
“Astaga! Maaf
mas saya benar-benar tidak sengaja!” kata orang itu berusaha membersihkan noda
di baju Zayn yang ternyata membuatnya menyebar ke hampir separuh bajunya.
“Tidak
apa-apa.”Zayn mencegah orang itu untuk membersihkan bajunya.
“Tidak, saya
yang kurang hati-hat... Zayn??”ternyata orang itu mengenali Zayn.
“Zada?? Ini
beneran Zada?”tanya Zayn cengo melihat perawakannya yang tinggi langsing.
“Iya terus
siapa lagi..”ia tertawa kecil.
“Lama ya nggak
ketemu.”Zayn mulai basa-basi lantaran merasa agak canggung berada dekat Zada.
“Emmm.. Iya
juga ya.. Terakhir kita ketemu persis sehari sebelum wisudamu..”lirih Zada
mengingat-ingat detik-detik Zayn memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.
Ya, Zada adalah mantan kekasih Zayn yang ditinggalkannya hanya karena Zayn
tidak percaya diri berjalan bersama cewek yang perawakannya gemuk. Alasan yang
sangat bodoh, bukan? Namun Zada berhasil membuktikan Zayn salah. Sekarang ia
memiliki tubuh yang tinggi langsing idaman setiap perempuan seusianya.
“Duduk dulu..”Zayn
mempersilahkan Zada duduk di kursi yang berhadapan dengannya. Dengan senang
hati Zada mendudukinya. Zayn menatap lekat-lekat wajah cantik itu dan ia
melemparkan seulas senyuman padanya. Zada tersipu malu, terlihat dari pipinya
yang memerah.
“Jadi, kamu
sekarang kerja dimana?”tanya Zada membuka percakapan.
“Aku jadi
bintang model di beberapa majalah dan iklan produk.. Habisnya, males kerja di
kantoran.”jelas Zayn.
Zada tertawa
kecil, “Yah percuma dong capek-capek kuliah.”
“Kamu sendiri?
Udah selesai kuliah?”tanya Zayn mengalihkan pembicaraan.
“Aku baru selesai
kuliah dua bulan yang lalu.”jawab Zada singkat.
“Kerja?” Zayn
menghirup coffeenya yang sudah diminum separuhnya.
Zada menggeleng
pelan lalu mengingatkan Zayn pada umurnya yang masih 19 tahun dan belum cukup
umur untuk masuk ke perkantoran. Saat SMP dan SMA, Zada mengikuti program
akselerasi di sekolahnya. Akselerasi artinya percepatan, artinya dalam masa
SMP/SMA nya, Zada hanya memerlukan waktu 2 tahun untuk lulus. Yang seharusnya 3
tahun disingkat menjadi 2 tahun.. Zada memang siswa yang cerdas disekolahnya
dulu. Makanya Zada sudah menyelesaikan kuliahnya secepat itu..
“Kamu.. Udah
punya pacar?”tanya Zada penasaran tapi tetap jaga image sebagai mantan.
“Tidak.. aku
tidak punya pacar. Aku sudah putus tiga bulan yang lalu.”jawabnya singkat. Sama
sekali tak ingin membahas tentang mantan kekasihnya yang sekarang buta itu.
Handphone Zada
bergetar, ia segera membukanya.
“Maaf Zayn, aku
harus pulang sekarang, ibuku sedang sakit di rumah”Zada bangkit dari duduknya.
Zayn pun ikut berdiri dan menahan tangan Zada saat ia ingin pergi.
“Biar aku
antar..” pintanya. Tatapan matanya membuat Zada tak bisa menolaknya. Zada
mengangguk dan tersenyum simpul. Ia melangkah lebih dahulu daripada Zayn keluar
cafe. Zayn tersenyum menatap punggung Zada yang makin berjarak dan segera
menyusulnya keluar.
*****
“Louis!!”panggil
Harry mengejar Louis yang berusaha menghindarinya sejak 3 hari yang lalu.
Akhirnya Louis
sampai pada jalan buntu dan Harry mendekat ke arahnya.
“Why are you
being like this, buddy? Whats wrong with you??” dengan kasar Harry membalikkan
badan Louis dengan menarik pundaknya.
“Its useless
Harry!! You don’t even care about whats wrong with me!” emosi Louis ikut
terpancing. Ia mendorong kasar tubuh Harry hingga ia tergeletak di tanah yang
basah akibat hujan yang baru saja reda.
“How can I care
if you won’t even tell me?” Harry berusaha bangkit namun dicegah oleh Louis
yang mendorongnya dengan betisnya.
“I don’t need
you anymore, Harry.”ucap Louis dengan nada kecewa. Dibalik muka kesalnya, ia
menahan air mata yang meraung-raung ingin berjatuhan.
“But we’re best
friends, Lou.. You can be mad at me, you can punch me in the face if you want.
But please give me a reason why.”lirih Harry dan akhirnya berhasil berdiri.
“What part of
‘I dont need you anymore’ don’t you understand, Harry? Get lost. We are no
longer best friends.”Louis berjalan meninggalkan Harry sendirian. Di balik
punggung yang bisa dilihat Harry, tersembunyi air mata yang mengalir deras di
wajah ganteng Louis. Pandangannya mulai buram akibat air mata yang tak
diusapnya. Ia terus bejalan, tanpa tujuan. Harry memutuskan untuk tidak mengejar
Lou, ia terdiam di tempat dengan jaket dan celana hitamnya yang berkamoflase di
gelapnya malam.
*****
Liam sedang
merakit perahu remote control yang terbuat dari bahan dasar bambu. Ia memang
senang membuat karya-karya ilmiah meski akan berujung hanya dipajang di ruangan
koleksinya. Ia tidak sendirian, kekasihnya Maddi dengan setia menemaninya di
‘TKP’ meski hanya duduk manis dan menonton tangan lincahnya bekerja. Setiap 15
menit, Maddi akan menyuruhnya beristirahat dan memberinya secangkir es jeruk
kesukaan Liam. Saat suasana sedang hening atau membosankan, Maddi akan
memutarkan lagu-lagu boyband One Direction untuk menemani mereka.
“Liam?”panggil
Maddi sedang rebahan di kursi kayu yang panjang. Liam pun menoleh dan
menghampirinya
“Ada apa? Kamu bosan
disini? Aku bisa menyuruh Zayn mengantarmu pulang sekarang.. Maaf ya, aku harus
menyelesaikan perahu ini secepatnya karena besok sudah deadline..”Liam mengelus
pipi Maddi dan mencium keningnya.
“Tidak.. Tidak
usah.. aku hanya kepikiran Kezia. Aku kangen dia.. Selama ini aku selalu
berbuat jahat padanya.. Namun saat aku kesusahan, dia yang pertama kali datang menanyakanku.
Aku menyesal sudah menyakitinya.”lirih Maddi, menatap langit-langit kamar Liam.
“Hmm.. Dia
memang cewek yang sangat baik. Bodoh sekali Zayn memutuskannya hanya karena
melihat sisi kekurangannya. Padahal kekurangannya satu banding seratus dengan
kelebihan yang ia miliki. Mungkin memang ia tidak pantas dapatkan cowok seperti
Zayn..”ungkap Liam yang merupakan kakak Zayn.
“Sebaiknya kamu
temui dia dan meminta maaflah padanya. Aku yakin dia akan memaafkanmu.”Liam
tersenyum simpul lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Maddi menghela nafas
berat.
*****
Louis sedang
rebahan di kamarnya dan menatap sebuah foto yang digenggamnya. Pada foto itu
ada gambar dua orang lelaki yang berpose gaya kocak di sebuah pesta pinggir
pantai. Dielusnya foto itu dengan senyuman bercampur air mata.
“You chose
Melissa compared to me, Harry. I hate you forever Melissa.
Tiba-tiba pintu
kamar terbuka. Louis tahu persis siapa orangnya. Dia pun menghapus air matanya
meski masih terisak.
“Kak Lou
nangis?? Kenapa??”tanya Keke yang mendengarnya.
“Nangis? Nggak
kok..”bantahnya dengan suara paraunya. Keke memang tak bisa dibohongi. Ia tahu
persis kakaknya sedang menangis meski tidak dapat melihatnya. Louis pun
membantu Keke duduk di tepi ranjang.
“Kak Lou cerita
dong ama Keke.. Kok nangis??”tanya Keke prihatin.
“Emm.. Gimana
ya.. Gini aja ya, Ke. Gimana kalo orang yang kamu sayang udah punya pacar, trus
dia selalu membahas tentang pacarnya di depanmu?”Lou bertanya balik.
“Gimana ya.. Ya
sakit lah pastinya. Tapi memangnya orang yang kakak sayang sudah tahu kakak
menyukainya?”
“Dia tidak
tau..”
“Ya bukan salah
dia dong.. Kalau aja kakak bilang kalau kakak suka sama dia, ya pasti dia bisa
jaga perasaan kakak dong.. Pasti dia lebih hati-hati kalau ngomongin soal
pacarnya.”
“Benar juga..”
“Memangnya kak
Lou suka sama siapa?”
“Aku suka sama
Harry.”
*****
Hari ini Zayn
berkunjung ke rumah sakit tempat ibunda Zada dirawat. Sejak 2 hari belakangan
ini dia selalu ketemuan dengan Zada, mantan kekasihnya itu. Sambil berjalan
menelusuri koridor, Zayn terus berkutat pada layar handphonenya mencari-cari
sms Zada yang berisi nomor kamar rawat ibunda Zada. Akhirnya ia sampai di depan
sebuah kamar yang terletak di paling ujung deretan. Zayn pun membuka pintunya
sambil menenteng sekeranjang buah di tangan kirinya.
“Hi,
Zada.”ucapnya dan meletakkan keranjang buah di atas meja.
Sontak, Zada
bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah Zayn yang menduduk kursi di sisi
kiri ranjang ibunya Zada.
“Gimana keadaan
ibumu?”tanya Zayn.
Zada menghela
nafas berat.
“Tadi pagi dia
sempat siuman, terus ngedrop lagi..”lirihnya.
“Maaf ya, aku
tidak bisa membantu kamu membawa ibumu ke rumah sakit saat itu.. Aku
benar-benar sibuk.”kata Zayn menatap ibu Zada yang hidungnya dipasang selang
dan tangan berinfus terbaring lemah tak berdaya.
‘Tidak
apa-apa.. Kebetulan om aku sedang berada di rumah saat itu. Lagian itu bakal
ngerepotin kamu juga..”Zada menampakkan senyum terbaiknya.
“Ngomong-ngomong,
Ayahmu mana? Sudah lama sekali aku tak bertemu dengannya.”
“Ayahku pindah
kerja ke Bristol. Sekarang ayah hanya pulang ke London setiap 2 minggu sekali.”
“Oh.. Jangan
sedih dong, kan ada aku disini.”Zayn memeluknya dan mendekap wajahnya di
dadanya. Zada menyembunyikan sebuah senyuman dari hadapan Zayn. Bukan senyum
bahagia, tidak terlihat tulus. Oh, senyuman itu terlihat kecut sekali.
Setelah cukup
lama berpelukan, Zayn pun melepaskannya dan terlihat tidak nyaman.
“Emm.. Maaf,
Da.. Aku tidak bermaksud..”
“Tidak
apa-apa.”Zada tersenyum.
“Zada.. Maaf
kalau terlalu cepat bagimu.. Tapi aku tidak bisa menahannya terlalu lama. Aku
kembali mencintaimu. Maukah kau memaafkanku dan kembali padaku?”Zayn
menggenggam tangan Zada dan ia menatap Zada dengan wajah penuh meyakinkan.
Zada tidak
mengeluarkan sepatah katapun. Yang ia lakukan hanya mengangguk.
Tidak sempat
berpelukan, mereka menoleh ke arah sumber bunyi tiiiittttt yang sangat panjang.
*****
Keke dan Clara
sedang ikutan berkumpul bersama Niall, Louis, Harry, dan Liam di campbase yang
mereka buat sendiri bersama Zayn juga. Keke mau datang karena Zayn tidak bisa
datang. Ia tak sanggup berada didekatnya lagi meski hatinya inginkan. Hari ini
giliran Harry membawa makanan. Ia datang dengan 10 porsi fish and chips, 4
ekstra untuk jaga-jaga Niall masih kelaparan. Daripada mereka yang lain yang
akan menjadi korban jatah preman Niall yang doyan makan sepanjang masa. Louis
sibuk memotong-motong makanan Keke agar dia bisa langsung memakannya. Memang
tulus sekali sayangnya pada adiknya itu. Sementara Harry terus mengajak bicara
Louis yang masih tak menghiraukannya. Keke yang mendengar hanya bungkam. Ingin
sekali ia menjelaskannya pada Harry empat mata saja, namun ia sudah berjanji
pada Louis untuk tidak membicarakannya sebelum ia menyelesaikannya sendiri.
Niall? Dia menyantap makanannya dengan riang gembira seperti tidak ada beban
apapun, ditemani Clara. Liam sibuk dengan handphonenya mengsms Maddi
membujuknya untuk datang kesini berbicara langsung dengan Kezia.
“Liam, Zayn
kemana? Tumben nggak datang.”tanya Niall.
“Katanya
nengokin mamanya siapa tuh namanya.. Zada!”ceplos Liam, lupa akan adanya Keke
disitu. Harry pun menyenggol Liam dan menoleh ke arah Keke. Spontan Liam
menepuk jidatnya sendiri sambil menggigit bibir bawahnya.
“Maaf,
Ke..”ucap Liam.
“Kenapa harus
meminta maaf? Aku sudah tidak ada apa-apa dengannya.”lirih Keke dan memaksakan
sebuah senyuman.
“Niall can you
please shut up for a bit??!”gerutu Harry menatap kesal Niall yang bercanda
dengan suara keras bersama Clara. Sontak Niall memanyunkan bibirnya lalu
melempar sebuah kentang ke muka Harry dan dengan cepat mengambilnya lagi untuk
dimakan. Sungguh konyol tingkahnya.
Tak lama,
terdengar ketukan pintu dari luar. Dengan cepat Liam bangkit dari duduknya dan
membukakan pintu.
“Ayo
masuk.”ajaknya sambil merangkul bahu Maddi.
“Maddi..”ucap
Niall.
Keke yang
mendengar nama itu langsung bungkam dan tertunduk.
“Kezia..”panggil
Maddi dan mendekat ke tempat Keke duduk. Keke pun menoleh ke arah sumber suara
namun tak menyahutinya.
“Look, I’m so
sorry.. Aku minta maaf karena aku menghardikmu saat kamu menolongku.. karena
aku sering mengerjaimu dan mencacimu saat kamu hanya diam tak melakukan apa-apa
padaku. Aku hanya melakukan itu karena kau buta. Dan itu bukan alasan yang
logis untuk berbuat jahat. Aku yang buta, Ke. Hatiku yang buta. Aku tak bisa
melihat ketulusanmu menjalani hidup dalam keadaan apapun. Aku mohon, maafkan
aku.”jelas Maddi dan memegang tangan Kezia seraya memohon. Liam mengusap
punggungnya sebagai tanda dukungan terhadap apa yang sedang ia lakukan.
“Tidak, Maddi..
Aku tak memaafkanmu sekarang..”ucap Kezia. Maddi tertunduk.
“Karena aku
sudah lama memaafkanmu.”sambungnya. Maddi mengangkat kepalanya mencari
ketulusan di wajah Kezia lalu memeluknya.
“Terimakasih,
Ke.”
*****
“Kenapa ibu
pergi secepat ini bu!!”Zada meraung-raung penuh duka.
“Kamu harus sabar..
Kamu harus merelakan dia.. Supaya dia bisa tenang di alam sana..”Zayn mengusap
punggung Zada.
“Ibu pergi
Zayn!! Ibu ninggalin aku sendirian!!”
“You are not
alone.. I am here for you.”Zayn memeluk Zada dengan erat.
Tiba-tiba hujan
turun dengan derasnya. Membuat Zayn, Zada, dan pemakaman ibunya basah kuyup.
Zayn pun membawa Zada kembali ke mobilnya dan mengantarnya pulang.
Sampai di
rumah, Zada tertidur di mobil lantaran kecapean. Zayn menggendongnya sampai
kamar dan membalutnya dengan selimut yang tebal karena Zada menggigil hebat. Ia
mencium kening Zada dan meninggalkannya sendirian di kamar.
Ia tak berani
pulang karena ayah Zada belum juga pulang. Ia memutuskan nonton tv di bawah
sambil bermain handphone. Entah jarinya kepeleset atau sengaja, Zayn membuka
foto-foto di handphonenya menscroll satu persatu. Banyak foto-foto bersama
kakaknya Liam dan sahabat-sahabatnya Niall, Louis, dan Harry. Ia berhenti pada
sebuah foto dan menatapnya cukup lama.
“Arrgghh!
Kenapa aku liatin foto Keke.”gumamnya dan segera mendelete foto itu tanpa
perasaan.
*****
“Lou.”panggil
Harry mengikuti Louis yang berjalan ke dapur.
Louis pun
menghentikan langkahnya namun tak menoleh ke Harry,
“Look, I don’t
know why but I’m sorry. Whatever is making you like this, I’m sorry for it. You
dont have to tell me if you don’t want to, but please forgive me.”
“I can forgive
Harry, but not Melissa’s boyfriend.”
*****
Sebulan
kemudian..
Hari ini adalah
hari pernikahan Niall dan Clara. Mereka tidak menggelar resepsi besar-besaran
melainkan hanya untuk keluarga dan teman dekat. Liam datang awal untuk membantu
menyelesaikan sisa-sisa dekor yang belum kelar. Louis datang barengan Keke dan
Maddi, disusul Harry dan Melissa. Acara hampir mulai dan Zayn belum juga muncul.
“Zayn
mana??”tanya Louis pada Liam.
“Aku tidak
tahu.. mungkin sedang di jalan menuju kesini.”jawab Liam yang khawatir Zayn
tidak datang karena saat ia berangkat Zayn masih tertidur.
Acara sudah
berlangsung dan lancar. Setelah itu pesta digelar dan Zayn juga tak menampakkan
diri.
Bahkan Keke
mengharapkan kehadirannya. Bukan untuk bersamanya, tapi untuk kebersamaan
dengan sahabatnya. Ia kasihan dengan Niall yang tengah berbahagia.
Di tempat lain,
Zayn menemani Zada berbelanja karena ia tak ingin melihat Zada sedih di 40 hari
meninggalnya ibunda Zada. Ia sama sekali tidak ingat hari pernikahan Niall.
Zayn membelikan Zada baju, tas, sepatu dan apa saja yang diinginkan Zada. Ia sangat
ingin membahagiakannya.
“Zayn kalung
ini bagus banget!”pekik Zada melihat sebuah kalung yang dipajang di etelase.
“Iya nanti aku
beliin buat kamu..”Zayn tersenyum dan mencium pucuk kepala Zada.
“Kenapa nggak
sekarang?”
“Uangku di
dompetku sudah habis, Da.. Tunggu aku dapat job lagi ya.”
“Maunya
sekarang, Zayn..”
“Aku janji aku
akan membelikannya untukmu secepatnya..”
“Janji?”
“Janji.”
Tiba-tiba
handphone Zayn berdering.
“Hello?”
“Zayn, majalah
Popz Star ingin photoshoot terbaru kamu secepatnya. Bisa datang ke studio
sekarang?”
“Baik pak saya
akan kesana sekarang..”
*****
“Where’s Zayn??
We’re gonna have a photoshoot for the wedding album in any minute..”Harry.
“I don’t know..
I can’t call him his phone is busy right now.”ucap Liam. Mereka agak berbisik
agar Niall tak mendengar pembicaraan mereka. Niall belum mengetahui Zayn belum
datang. Dari tadi mereka memberinya beribu alasan mengatakan Zayn sedang kesinilah
kesitulah..
“Biar aku sama
Maddi cari dia”Keke angkat bicara.
“Iya, kami akan
mencarinya sekarang. Ayo, Ke.”Maddi menuntun Keke keluar.
“Wait!”Liam
menghampiri mereka, “Aku ikutan.”
*****
“Kamu pulang
naik taksi ya.. Aku ada pemotretan nih! Semoga bisa beliin kamu kalung
tadi.”Zayn buru-buru mengecup kening Zada dan beranjak pergi.
“Untung ada
Zayn disaat ayah dipecat. Jadi gue tetep bisa belanja sepuasnya. Mau aja gue
manfaatin si Zayn. Gue nggak akan bisa cinta lagi sama dia. Gue udah terlanjur
sakit hati saat dia mutusin gue gara-gara fisik gue.”batin Zada dan tersenyum
sinis menatap punggung Zayn yang semakin menjauh.
*****
“Di rumah nggak
ada.. trus kemana sih Zayn..” gerutu Liam dan mencoba menelfonnya lagi.
Tiba-tiba handphonenya jatuh ke bawah jok mobil. Liam berusaha meraihnya hingga
kehilangan kendali saat menyetir.
“Liam
awaaaasss!!!!”
*****
“Maaf telat,
pak!”ucap Zayn ngos-ngosan sesampainya di foto studio.
“Tidak apa-apa,
sekarang kamu ganti baju kamu. Disana sudah disediakan baju untukmu. Cepat
cepat!”manager Zayn menunjuk ke sebuah ruangan. Zayn memasukinya dan mencari
baju yang pas dirak baju.
“Emm yang ini
kali ya..”gumamnya sambil menggenggam sebuah baju polo bermotif garis di bagian
dada.
Saat hendak
mengganti baju, mata Zayn tertuju pada sebuah kalung yang terlihat cukup mahal.
Ia melihat kiri-kanan untuk jaga-jaga tidak ada yang meliahtnya. Dengan cepat
ia meraih kalung itu dan menaruhnya di kantong celananya.
“Kalung ini
bisa ditukar dengan kalung yang diinginkan Zada.. Hahhh.. Ya allah maafkan
perbuatanku ini.”batinnya.
Seusai
melakukan pemotretan, Zayn balik ke ruangan tadi untuk mengganti bajunya lagi.
Setelah dia, giliran selebriti Cher Lloyd melakukan pemotretan disitu juga.
Cher seperti kebingungan mencari sesuatu. Zayn diam memperhatikannya.
“Pak!!! Kalung
kesayangan saya mana??!!!”pekiknya.
Manajernya pun
menghampirinya penuh kebingungan.
“Ada
apa?”tanyanya.
“Kalung saya..
Tadi saya tingggal disini untuk ke toilet. Sekarang hilang!!”
Zayn semakin
panik dibalik rak baju. Buru-buru ia mengganti bajunya lalu berpamitan pergi.
“Kerjaan saya
sudah kelar kan pak.. saya permisi dulu..”Zayn berjalan cepat keluar sampai
menabrak meja. Dan BAM. Kalung itu terjatuh dari kantong celana Zayn.
“KALUNG
SAYA!!”pekik Cher dan berhambur mengambil kalungnya.
“Jadi kamu
ingin mencurinya, Zayn?!”tanya pak manajer.
“Saya bisa
jelasin pak, tadi it..”
“Ahh!! Saya
nggak perlu kebohongan kamu! Terpaksa kontrak kamu akan saya batalkan dengan
semua perusahaan! Sekarang kamu pergi dari sini!”usir manajer itu. Zayn
tertunduk meneriakkan 13 kata terlarang dalam hatinya. Ia sangat frustasi.
Tanpa pamit atau pun meminta maaf, Zayn beranjak pergi dari tempat itu. Saat
membuka handphonenya, ia mendapati 11 misscall dari Liam, 7 dari Harry.
“Astaga!
Niall!!”pekiknya.
*****
“Mereka kok
lama ya..”gumam Louis dan memcoba menelfon Keke. Tidak aktif. Liam. Tidak aktif
juga.
Harry pun
menghampiri Louis, “Lou where are the others? Niall is looking for them,
they’re gonna do the photoshoot now.”
“I’ve called
them, none of them are activated.”jawab Louis, lupa akan marahnya pada Harry.
“Hey
guys..”seseorang menepuk pundak mereka berdua.
“Zayn?”ucap Lou
dan Harry bersamaan.
“Look I’m so
sorry I nearly forgot the wedding but..”
“No it wasn’t
nearly, Zayn. You totally forgot about the wedding.”sela Harry lalu
meninggalkan mereka berdua untuk menemui Niall yang asyik bercanda dengan
keluarganya.
“Liam mana,
Lou?”tanya Zayn, menghiraukan Harry.
“Liam sedang
mencarimu bersama Maddi dan Keke.”jawab Liam.
“Keke?”batinnya.
“Attention
everyone, hadirin silakan menuju taman untuk foto bersamanya.”umum ibunya
Clara.
“Liam, Maddi,
Keke mana bro?”tanya Niall pada Harry.
“They’ll be
back in a bit..”
Niall pun mengangguk
lesu, perasaan tidak enak melandanya. Entah kenapa ia seperti yakin mereka
wont’t be back for the photoshoot. Harry merangkulnya dan mengajaknya keluar.
“Cheer up,
buddy..”
Mereka pun
terpaksa menjalani pemotretan bareng, meski tanpa Liam, Maddi, dan Keke yang tak
kunjung datang.
Acara hampir
selesai dan mereka bertiga tak kunjung muncul. Louis dan Harry pun memutuskan
mencari mereka.
Di dalam mobil
terjadi keheningan panjang. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai
Harry angkat bicara.
“Lou, do you
rememer when you said you can forgive Harry, but not Melissa’s boyfriend? Well
I’m Harry, and I’m not Melissa’s boyfriend anymore.”ucapnya. Louis menoleh
dengan wajah bingung.
“I broke up
with her earlier in the wedding. She cheated on me to an American guy.”lirih
Harry.
Louis
tersenyum.
“Forgive me,
LouLou? Please.. Pretty please..”pinta Harry dengan nada manja ala anak kecil.
Louis
menghentikan mobilnya seketika.
“Harry, I love
you.”ungkap Louis.
“I love you
too.”jawab Harry masih dengan nada anak kecilnya.
“No, Harry. I
mean it. I love you, I want you as a boyfriend. Not just a best friend. I don’t
know how, I don’t know why. But heck, I am truly in love with Harry Edward
Styles.”
“Lou remember
that time we played truth or dares and Niall told me to kiss you? Well I felt
something different. I think I love you too.”
“Yes I know you
just said that.”
Harry dan Louis
tertawa lepas. Kini beban mereka sudah melayang jauh. Louis kembali melajukan
mobilnya untuk mencari Liam Maddi Keke.
“Arghh macet..”gerutu
Louis.
“I think
there’s a car crash over there..”Harry menunjuk ke depan.
“Mmm..”
Setelah 15
menit terjebak macet, akhirnya mobil Louis dan Harry terbebas. Ternyata benar
apa kata Harry, ada kecelakaan. Tapi ada yang janggal dari mobil yang hancur
itu.. Mirip..
“Liam’s
car!!!”pekik Harry
Mereka pun
buru-buru turun dari mobil dan
menanyakan orang sekitar, rumah sakit mana penumpang dilarikan. Setelah
mendapat informas, Lou melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah
sakit. Harry sibuk menghubungi Niall dan Zayn.
Sesampainya di
rumah sakit Louis berhambur mencari ruangan Keke dan Maddi sementara Harry
mengecek Liam.
“Kezia?!!”Louis
terisak melihat keadaan Keke yang begitu parah terbaring lemah. Disebelahnya
juga ada Maddi yang keadaannya tidak terlalu parah, hanya luka-luka kecil.
Tiba-tiba ia
merasa ada yang aneh, ada yang kurang. Ia menatap Kezia dari atas sampai bawah
dan terkejut.
“Kaki kamu..”
*****
Harry berada di
ruangan Liam. Air mata tak henti mengguyur wajah manis itu. Alasan Liam berada
di ruangan terpisah dengan Keke dan Maddi karena ruangan Liam adalah ruang
mayat. Ya, Liam meninggal akibat kebocoran pada jantungnya dan menghabiskan
banyak sekali darah di tubuhnya. Harry segera mengabarkan Zayn tentang hal ini.
“Why did you
leave us so quickly, Liam!!”lirihnya memeluk jasad yang setengah hancur itu.
Harry pun
memutuskan keluar ruangan untuk menunggu Zayn datang. Saat Zayn tiba, ia
langsung menemui Louis di tempat Keke dan Maddi. Keke sudah siuman, begitu juga
Maddi.
“Maddi..”kata
Harry.
“Whats wrong
Harry? How’s Liam?!”paniknya.
“Liam is
gone..”
“NO!! YOU’RE
LYING HARRY!! LIAM IS NOT DEAD!!”Maddi menangis sejadi-jadinya. Harry pun
berusaha menenangkannya.
“How about
Zayn? Does he know?”tanya Louis.
“Yes, he’s in
Liam’s now..”jawab Harry.
Keke berusaha
turun dari ranjang namun ia berakhir terjatuh ke lantai.
“Kezia!”pekik
Louis dan membantu Keke duduk di bibir ranjang.
“Kamu belum
sembuh.. jangan banyak gerak..”ujarnya.
“Kak Lou..”Keke
sedikit terisak.
“Kenapa?”
“Kaki kananku
mana??”
“I’m sorry
baby.”Louis mendekap Keke ke dalam pelukannya dan mendapati baju kaosnya basah
akibat air mata Keke. Namun ia tak perduli. Ternyata Keke harus kehilangan satu
kakinya di kecelakaan itu.
“Kak Lou, aku
mau ketemu ama Zayn..”pintanya dan menghapus air matanya.
“Tapi..”
“Aku mohon
kak..”
*****
Zayn terlihat
begitu frustasi. Matanya sembab akibat menangis terlalu lama. Ia tak tahu apa
yang harus ia lakukan selanjutnya. Ia baru kehilangan pekerjaan dan kakaknya.
Ia merasa benar-benar tidak memiliki apa-apa lagi. Niall lah yang menemaninya
menemui Liam untuk terakhir kalinya. Ia harus mengorbankan pesta pernikahannya
demi datang kesini.
Zayn mencoba
menghubungi Zada, namun tak diangkat. Di sms, tak dibalas juga. Zayn mencoba
mementionnya lewat twitter. Dan BAM. Zada mentionan dengan cowok lain. Mesra
pula. Ia pun menaruh handphonenya di kantong celana kembali, rasanya sekarang
tiada guna ia mengurusi Zada.
Ternyata Zada
sudah mengetahui tentang kehilangan Zayn dalam pekerjaannya dan juga Liam.
Ayahnya juga sudah mendapat kembali pekerjaannya.
Tiba-tiba
handphonenya berbunyi, ia keluar ruangan dan segera mengangkatnya.
“Halo?”
“Zayn, ini dari
atasan kakakmu. Kami mendengar berita duka yang Anda alami saat ini. Tapi
terpaksa rumah Anda kami sita karena itu adalah rumah perusahaan dan berhubung
bapak Liam sudah meninggal, rumah itu akan diserahkan pada pengganti Liam.
“Ambil saja,
pak!! AMBIL SEMUA HARTA BENDA SAYA!! KALO PERLU AMBIL NYAWA SAYA!!”
Zayn membanting
handphonenya hingga rusak. Zayn mengacak-acak rambutnya dengan kasar dan
terduduk di lantai.
“Zayn??”
Zayn menoleh ke
orang yang memanggilnya dan mendapati sosok yang sangat ia kenal duduk di kursi
roda dengan kaki tersisa satu dan tatapan yang kosong. Louis mendorong kursi
roda itu mendekati Zayn.
“Keke..”
“Aku turut berduka atas Liam..”ucap
Keke.
Zayn hanya
diam. Tidak tahu apa harus berkata terima kasih atau tidak. Ia tak ada disaat
Keke kesusahan. Ia tak turut berduka atas buta yang dialami Keke. Sekarang Keke
disini, menemuinya dalam keadaan yang lebih parah dari sebelumnya. Zayn
langsung berhambur memeluk Keke. Keke hanya diam meneteskan air mata.
“Maafkan aku,
Kezia.. aku sudah melanggar janjiku untuk ada disaat terburukmu. Tapi ternyata
kau selalu ada untukku selama ini. Aku telah dibutakan. Hatiku telah dibutakan.
Aku hanya memandang fisikmu saat itu. Begitu juga dengan Zada. Aku hanya
memandang fisiknya. aku tidak bisa melihat mana yang tulus dan yang tidak. Tapi
aku ingin memperbaiki semuanya, Ke. Mungkin sekarang aku sudah kehilangan harta
bendaku, tapi aku yakin aku tetap akan bisa bahagia. Dan itu hanya jika
bersamamu, Ke. Aku ingin melunasi janjiku padamu. Aku akan ada untukmu, dalam
keadaan apapun. I love you just the way you are.”
No comments:
Post a Comment