Monday, August 12, 2013

Blinded Love


Finalis #1DFanficContest13

by Fira Nadhifa Widya , 13 

ZLS


Sayang.. coba tutup mata kamu” seru zayn yang menyembunyikan tangannya dan sebuah kotak di belakang punggungnya.
Kezia mengangguk dan menutup matanya dengan sangat erat, tak ingin mencurangi sedikitpun kekasihnya ini. Seulas senyum tersungging di bibir mungilnya saat tangannya menyentuh sebuah kotak sebesar kemasan minuman teh kotak yang menempel sebuah pita ditengahnya.
“Buka mata kamu.” suruh Zayn seraya menyandarkan tubuhnya pada dinding dan melipat kedua tangannya diikuti sebuah senyuman yang sangat lebar.
“Zayn! Kamu tidak harus melakukan ini! Ini kan mahal banget!” pekik Kezia yang mengetahui bahwa kotak itu berisi sebuah kalung yang terbuat dari emas putih. Kezia tidak suka Zayn membeli barang-barang mahal untuknya, ia bukan tipe cewek yang mengharapkan semua itu dari kekasihnya. Baginya bersama Zayn saja sudah cukup.
Zayn mengangguk, memberi isyarat pada Kezia untuk menerimanya. Tidak tahu harus menaruhnya di dalam kotak atau memakainya, Kezia menyambar tubuh Zayn dan memeluknya erat.
“Aku bersyukur memilikimu.. Aku mohon, jangan pernah tinggalkan aku. Jangan tinggalkanku disaat terburukku.” Ucap Kezia dalam dekapan Zayn.
“Kau bisa mempercayaiku.” Zayn mengelus rambut hitam nan lebat itu dan sedikit mengacaknya.

Flashback off...

“Aku masih ingat ucapanmu saat itu Zayn..”lirih Kezia yang sedang mengingat masa-masa terindahnya bersama Zayn. Masa-masa yang tak mungkin terlupakan. Meski mungkin, tapi hati berkata lain.
Dengan langkah hati-hati sekaligus sedikit terburu, Kezia menuruni anak tangga rumahnya satu persatu dengan tuntunan tongkatnya. Meski tidak bisa melihat, tetapi Kezia sudah hafal seluk-beluk di rumahnya
“You don’t know you’re beautiful.. o-oohh.. thats what makes you beautiful.. o-ohh!!” Louis atau kakaknya Keke bernyanyi dan berjoget-ria sambil memasak makan malam.
Keke pun menoleh ke arah dapur tempat sumber suara dan memasang tampang kesal, berharap kakaknya melihatnya dan berhenti membuat kebisingan. Ternyata hasilnya nihil.
“Keke...”panggil seseorang dari luar dengan nada bicara seperti anak kecil yang memanggil temannya untuk bermain.
. Ia segera membukakan pintu rumahnya yang diketuk tak sabar.
“Clara??” tanya Kezia.
“Iya sayyyy.... Masuk yuk di luar dinginn.”Clara menuntun Kezia menuju ruang tengah.
“Errmm.. Jadi kenapa kamu kesini?”tanya Kezia seraya meraba-raba sofa lalu menduduki tempat yang menurutnya cukup empuk untuk ia duduki.
“Emang nggak boleh main kesini...” canda Clara.
“Ya bukannya gitu.. Tapi kalo lo bela-belain kesini di malam hari kayak gini, biasanya ada yang penting.. Atau lo lagi kekosongan kulkas..” Kezia mencoba meraih tape recorder yang terletak tepat diatas laci samping sofa, namun berhasil diambil Clara duluan. Clara tertawa kecil melihat ekspresi muka Kezia yang kebingungan meraba-raba laci itu. Kezia sangat menyukai lagu-lagu dari One Direction yang suka diputarrya di tape recorder itu. Tape dan album One Direction yang berjudul Take Me Home itu juga pemberian Zayn saat ulang tahunnya 4 bulan lalu. Sebulan sebelum kecelakaan itu terjadi.
“Ishh! Balikin Clar!”dengus Kezia yang tahu kalau Clara mengerjainya.
“Parah lo.. Masih aja mainin pemberian cowok brengsek itu.” Clara menatap tajam tape recorder itu seolah sedang menatap Zayn yang telah meninggalkan Kezia dalam keadaan terpuruknya.
“Oiya, gue sampai lupa.. Gue punya berita yang WE-O-WE banget!! Gue dilamar ama Niall!”seru Clara.
“Oh ya?? Selamat ya!” Kezia ikut gembira.
“Iya! Terus tau nggak? Saat dia ngelamar gue, dia pegang uang lima juta rupiah dan sekotak pizza. katanya kalau gue terima, pizzanya buat gue. Tapi kalau gue tolak, gue harus ambil uang lima juta itu..”Clara bercerita sambil memperagakan beberapa gerakan saking antusiasnya, meskipun Kezia tak dapat melihatnya.
“Cerdas juga cowok lo.. Trus pizzanya mana?”tanya Kezia.
“Udah diabisin sama Niall.”Jawab Clara santai. Kezia tertawa kecil sambil menggelengkan kepala memikirkan kecintaan Niall pada makanan yang tak pernah pudar.
“Keke, dinner is ready!!”teriak Louis dari dapur.
“Coming!!”sahut Keke lalu bangkit dan mengajak Clara menuju meja makan.

*****
Zayn sedang berada di starbucks. Ia duduk di meja paling pojok berdekatan dengan jendela. Setiap sabtu, dia selalu datang ke tempat ini semenjak ia meninggalkan Kezia. Sebelum itu, mereka sering hang-out di cafe seberang bernama Double Dipps. Sesekali, Zayn akan memandangi tempat itu dari jendela dan tersenyum kecut. Sambil menghirup secangkir white coffee, Zayn menggerakan jarinya dengan lincah pada layar sentuh handphonenya. Tiba-tiba, seseorang menumpahkan minuman yang mengenai kaos dan celana kesayangan Zayn.
“Astaga! Maaf mas saya benar-benar tidak sengaja!” kata orang itu berusaha membersihkan noda di baju Zayn yang ternyata membuatnya menyebar ke hampir separuh bajunya.
“Tidak apa-apa.”Zayn mencegah orang itu untuk membersihkan bajunya.
“Tidak, saya yang kurang hati-hat... Zayn??”ternyata orang itu mengenali Zayn.
“Zada?? Ini beneran Zada?”tanya Zayn cengo melihat perawakannya yang tinggi langsing.
“Iya terus siapa lagi..”ia tertawa kecil.
“Lama ya nggak ketemu.”Zayn mulai basa-basi lantaran merasa agak canggung berada dekat Zada.
“Emmm.. Iya juga ya.. Terakhir kita ketemu persis sehari sebelum wisudamu..”lirih Zada mengingat-ingat detik-detik Zayn memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Ya, Zada adalah mantan kekasih Zayn yang ditinggalkannya hanya karena Zayn tidak percaya diri berjalan bersama cewek yang perawakannya gemuk. Alasan yang sangat bodoh, bukan? Namun Zada berhasil membuktikan Zayn salah. Sekarang ia memiliki tubuh yang tinggi langsing idaman setiap perempuan seusianya.
“Duduk dulu..”Zayn mempersilahkan Zada duduk di kursi yang berhadapan dengannya. Dengan senang hati Zada mendudukinya. Zayn menatap lekat-lekat wajah cantik itu dan ia melemparkan seulas senyuman padanya. Zada tersipu malu, terlihat dari pipinya yang memerah.
“Jadi, kamu sekarang kerja dimana?”tanya Zada membuka percakapan.
“Aku jadi bintang model di beberapa majalah dan iklan produk.. Habisnya, males kerja di kantoran.”jelas Zayn.
Zada tertawa kecil, “Yah percuma dong capek-capek kuliah.”
“Kamu sendiri? Udah selesai kuliah?”tanya Zayn mengalihkan pembicaraan.
“Aku baru selesai kuliah dua bulan yang lalu.”jawab Zada singkat.
“Kerja?” Zayn menghirup coffeenya yang sudah diminum separuhnya.
Zada menggeleng pelan lalu mengingatkan Zayn pada umurnya yang masih 19 tahun dan belum cukup umur untuk masuk ke perkantoran. Saat SMP dan SMA, Zada mengikuti program akselerasi di sekolahnya. Akselerasi artinya percepatan, artinya dalam masa SMP/SMA nya, Zada hanya memerlukan waktu 2 tahun untuk lulus. Yang seharusnya 3 tahun disingkat menjadi 2 tahun.. Zada memang siswa yang cerdas disekolahnya dulu. Makanya Zada sudah menyelesaikan kuliahnya secepat itu..
“Kamu.. Udah punya pacar?”tanya Zada penasaran tapi tetap jaga image sebagai mantan.
“Tidak.. aku tidak punya pacar. Aku sudah putus tiga bulan yang lalu.”jawabnya singkat. Sama sekali tak ingin membahas tentang mantan kekasihnya yang sekarang buta itu.
Handphone Zada bergetar, ia segera membukanya.
“Maaf Zayn, aku harus pulang sekarang, ibuku sedang sakit di rumah”Zada bangkit dari duduknya. Zayn pun ikut berdiri dan menahan tangan Zada saat ia ingin pergi.
“Biar aku antar..” pintanya. Tatapan matanya membuat Zada tak bisa menolaknya. Zada mengangguk dan tersenyum simpul. Ia melangkah lebih dahulu daripada Zayn keluar cafe. Zayn tersenyum menatap punggung Zada yang makin berjarak dan segera menyusulnya keluar.

*****

“Louis!!”panggil Harry mengejar Louis yang berusaha menghindarinya sejak 3 hari yang lalu.
Akhirnya Louis sampai pada jalan buntu dan Harry mendekat ke arahnya.
“Why are you being like this, buddy? Whats wrong with you??” dengan kasar Harry membalikkan badan Louis dengan menarik pundaknya.
“Its useless Harry!! You don’t even care about whats wrong with me!” emosi Louis ikut terpancing. Ia mendorong kasar tubuh Harry hingga ia tergeletak di tanah yang basah akibat hujan yang baru saja reda.
“How can I care if you won’t even tell me?” Harry berusaha bangkit namun dicegah oleh Louis yang mendorongnya dengan betisnya.
“I don’t need you anymore, Harry.”ucap Louis dengan nada kecewa. Dibalik muka kesalnya, ia menahan air mata yang meraung-raung ingin berjatuhan.
“But we’re best friends, Lou.. You can be mad at me, you can punch me in the face if you want. But please give me a reason why.”lirih Harry dan akhirnya berhasil berdiri.
“What part of ‘I dont need you anymore’ don’t you understand, Harry? Get lost. We are no longer best friends.”Louis berjalan meninggalkan Harry sendirian. Di balik punggung yang bisa dilihat Harry, tersembunyi air mata yang mengalir deras di wajah ganteng Louis. Pandangannya mulai buram akibat air mata yang tak diusapnya. Ia terus bejalan, tanpa tujuan. Harry memutuskan untuk tidak mengejar Lou, ia terdiam di tempat dengan jaket dan celana hitamnya yang berkamoflase di gelapnya malam.

*****
Liam sedang merakit perahu remote control yang terbuat dari bahan dasar bambu. Ia memang senang membuat karya-karya ilmiah meski akan berujung hanya dipajang di ruangan koleksinya. Ia tidak sendirian, kekasihnya Maddi dengan setia menemaninya di ‘TKP’ meski hanya duduk manis dan menonton tangan lincahnya bekerja. Setiap 15 menit, Maddi akan menyuruhnya beristirahat dan memberinya secangkir es jeruk kesukaan Liam. Saat suasana sedang hening atau membosankan, Maddi akan memutarkan lagu-lagu boyband One Direction untuk menemani mereka.
“Liam?”panggil Maddi sedang rebahan di kursi kayu yang panjang. Liam pun menoleh dan menghampirinya
“Ada apa? Kamu bosan disini? Aku bisa menyuruh Zayn mengantarmu pulang sekarang.. Maaf ya, aku harus menyelesaikan perahu ini secepatnya karena besok sudah deadline..”Liam mengelus pipi Maddi dan mencium keningnya.
“Tidak.. Tidak usah.. aku hanya kepikiran Kezia. Aku kangen dia.. Selama ini aku selalu berbuat jahat padanya.. Namun saat aku kesusahan, dia yang pertama kali datang menanyakanku. Aku menyesal sudah menyakitinya.”lirih Maddi, menatap langit-langit kamar Liam.
“Hmm.. Dia memang cewek yang sangat baik. Bodoh sekali Zayn memutuskannya hanya karena melihat sisi kekurangannya. Padahal kekurangannya satu banding seratus dengan kelebihan yang ia miliki. Mungkin memang ia tidak pantas dapatkan cowok seperti Zayn..”ungkap Liam yang merupakan kakak Zayn.
“Sebaiknya kamu temui dia dan meminta maaflah padanya. Aku yakin dia akan memaafkanmu.”Liam tersenyum simpul lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Maddi menghela nafas berat.

*****
Louis sedang rebahan di kamarnya dan menatap sebuah foto yang digenggamnya. Pada foto itu ada gambar dua orang lelaki yang berpose gaya kocak di sebuah pesta pinggir pantai. Dielusnya foto itu dengan senyuman bercampur air mata.
“You chose Melissa compared to me, Harry. I hate you forever Melissa.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Louis tahu persis siapa orangnya. Dia pun menghapus air matanya meski masih terisak.
“Kak Lou nangis?? Kenapa??”tanya Keke yang mendengarnya.
“Nangis? Nggak kok..”bantahnya dengan suara paraunya. Keke memang tak bisa dibohongi. Ia tahu persis kakaknya sedang menangis meski tidak dapat melihatnya. Louis pun membantu Keke duduk di tepi ranjang.
“Kak Lou cerita dong ama Keke.. Kok nangis??”tanya Keke prihatin.
“Emm.. Gimana ya.. Gini aja ya, Ke. Gimana kalo orang yang kamu sayang udah punya pacar, trus dia selalu membahas tentang pacarnya di depanmu?”Lou bertanya balik.
“Gimana ya.. Ya sakit lah pastinya. Tapi memangnya orang yang kakak sayang sudah tahu kakak menyukainya?”
“Dia tidak tau..”
“Ya bukan salah dia dong.. Kalau aja kakak bilang kalau kakak suka sama dia, ya pasti dia bisa jaga perasaan kakak dong.. Pasti dia lebih hati-hati kalau ngomongin soal pacarnya.”
“Benar juga..”
“Memangnya kak Lou suka sama siapa?”
“Aku suka sama Harry.”

*****

Hari ini Zayn berkunjung ke rumah sakit tempat ibunda Zada dirawat. Sejak 2 hari belakangan ini dia selalu ketemuan dengan Zada, mantan kekasihnya itu. Sambil berjalan menelusuri koridor, Zayn terus berkutat pada layar handphonenya mencari-cari sms Zada yang berisi nomor kamar rawat ibunda Zada. Akhirnya ia sampai di depan sebuah kamar yang terletak di paling ujung deretan. Zayn pun membuka pintunya sambil menenteng sekeranjang buah di tangan kirinya.
“Hi, Zada.”ucapnya dan meletakkan keranjang buah di atas meja.
Sontak, Zada bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah Zayn yang menduduk kursi di sisi kiri ranjang ibunya Zada.
“Gimana keadaan ibumu?”tanya Zayn.
Zada menghela nafas berat.
“Tadi pagi dia sempat siuman, terus ngedrop lagi..”lirihnya.
“Maaf ya, aku tidak bisa membantu kamu membawa ibumu ke rumah sakit saat itu.. Aku benar-benar sibuk.”kata Zayn menatap ibu Zada yang hidungnya dipasang selang dan tangan berinfus terbaring lemah tak berdaya.
‘Tidak apa-apa.. Kebetulan om aku sedang berada di rumah saat itu. Lagian itu bakal ngerepotin kamu juga..”Zada menampakkan senyum terbaiknya.
“Ngomong-ngomong, Ayahmu mana? Sudah lama sekali aku tak bertemu dengannya.”
“Ayahku pindah kerja ke Bristol. Sekarang ayah hanya pulang ke London setiap 2 minggu sekali.”
“Oh.. Jangan sedih dong, kan ada aku disini.”Zayn memeluknya dan mendekap wajahnya di dadanya. Zada menyembunyikan sebuah senyuman dari hadapan Zayn. Bukan senyum bahagia, tidak terlihat tulus. Oh, senyuman itu terlihat kecut sekali.
Setelah cukup lama berpelukan, Zayn pun melepaskannya dan terlihat tidak nyaman.
“Emm.. Maaf, Da.. Aku tidak bermaksud..”
“Tidak apa-apa.”Zada tersenyum.
“Zada.. Maaf kalau terlalu cepat bagimu.. Tapi aku tidak bisa menahannya terlalu lama. Aku kembali mencintaimu. Maukah kau memaafkanku dan kembali padaku?”Zayn menggenggam tangan Zada dan ia menatap Zada dengan wajah penuh meyakinkan.
Zada tidak mengeluarkan sepatah katapun. Yang ia lakukan hanya mengangguk.
Tidak sempat berpelukan, mereka menoleh ke arah sumber bunyi tiiiittttt yang sangat panjang.
*****
Keke dan Clara sedang ikutan berkumpul bersama Niall, Louis, Harry, dan Liam di campbase yang mereka buat sendiri bersama Zayn juga. Keke mau datang karena Zayn tidak bisa datang. Ia tak sanggup berada didekatnya lagi meski hatinya inginkan. Hari ini giliran Harry membawa makanan. Ia datang dengan 10 porsi fish and chips, 4 ekstra untuk jaga-jaga Niall masih kelaparan. Daripada mereka yang lain yang akan menjadi korban jatah preman Niall yang doyan makan sepanjang masa. Louis sibuk memotong-motong makanan Keke agar dia bisa langsung memakannya. Memang tulus sekali sayangnya pada adiknya itu. Sementara Harry terus mengajak bicara Louis yang masih tak menghiraukannya. Keke yang mendengar hanya bungkam. Ingin sekali ia menjelaskannya pada Harry empat mata saja, namun ia sudah berjanji pada Louis untuk tidak membicarakannya sebelum ia menyelesaikannya sendiri. Niall? Dia menyantap makanannya dengan riang gembira seperti tidak ada beban apapun, ditemani Clara. Liam sibuk dengan handphonenya mengsms Maddi membujuknya untuk datang kesini berbicara langsung dengan Kezia.
“Liam, Zayn kemana? Tumben nggak datang.”tanya Niall.
“Katanya nengokin mamanya siapa tuh namanya.. Zada!”ceplos Liam, lupa akan adanya Keke disitu. Harry pun menyenggol Liam dan menoleh ke arah Keke. Spontan Liam menepuk jidatnya sendiri sambil menggigit bibir bawahnya.
“Maaf, Ke..”ucap Liam.
“Kenapa harus meminta maaf? Aku sudah tidak ada apa-apa dengannya.”lirih Keke dan memaksakan sebuah senyuman.
“Niall can you please shut up for a bit??!”gerutu Harry menatap kesal Niall yang bercanda dengan suara keras bersama Clara. Sontak Niall memanyunkan bibirnya lalu melempar sebuah kentang ke muka Harry dan dengan cepat mengambilnya lagi untuk dimakan. Sungguh konyol tingkahnya.
Tak lama, terdengar ketukan pintu dari luar. Dengan cepat Liam bangkit dari duduknya dan membukakan pintu.
“Ayo masuk.”ajaknya sambil merangkul bahu Maddi.
“Maddi..”ucap Niall.
Keke yang mendengar nama itu langsung bungkam dan tertunduk.
“Kezia..”panggil Maddi dan mendekat ke tempat Keke duduk. Keke pun menoleh ke arah sumber suara namun tak menyahutinya.
“Look, I’m so sorry.. Aku minta maaf karena aku menghardikmu saat kamu menolongku.. karena aku sering mengerjaimu dan mencacimu saat kamu hanya diam tak melakukan apa-apa padaku. Aku hanya melakukan itu karena kau buta. Dan itu bukan alasan yang logis untuk berbuat jahat. Aku yang buta, Ke. Hatiku yang buta. Aku tak bisa melihat ketulusanmu menjalani hidup dalam keadaan apapun. Aku mohon, maafkan aku.”jelas Maddi dan memegang tangan Kezia seraya memohon. Liam mengusap punggungnya sebagai tanda dukungan terhadap apa yang sedang ia lakukan.
“Tidak, Maddi.. Aku tak memaafkanmu sekarang..”ucap Kezia. Maddi tertunduk.
“Karena aku sudah lama memaafkanmu.”sambungnya. Maddi mengangkat kepalanya mencari ketulusan di wajah Kezia lalu memeluknya.
“Terimakasih, Ke.”

*****
“Kenapa ibu pergi secepat ini bu!!”Zada meraung-raung penuh duka.
“Kamu harus sabar.. Kamu harus merelakan dia.. Supaya dia bisa tenang di alam sana..”Zayn mengusap punggung Zada.
“Ibu pergi Zayn!! Ibu ninggalin aku sendirian!!”
“You are not alone.. I am here for you.”Zayn memeluk Zada dengan erat.
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Membuat Zayn, Zada, dan pemakaman ibunya basah kuyup. Zayn pun membawa Zada kembali ke mobilnya dan mengantarnya pulang.
Sampai di rumah, Zada tertidur di mobil lantaran kecapean. Zayn menggendongnya sampai kamar dan membalutnya dengan selimut yang tebal karena Zada menggigil hebat. Ia mencium kening Zada dan meninggalkannya sendirian di kamar.
Ia tak berani pulang karena ayah Zada belum juga pulang. Ia memutuskan nonton tv di bawah sambil bermain handphone. Entah jarinya kepeleset atau sengaja, Zayn membuka foto-foto di handphonenya menscroll satu persatu. Banyak foto-foto bersama kakaknya Liam dan sahabat-sahabatnya Niall, Louis, dan Harry. Ia berhenti pada sebuah foto dan menatapnya cukup lama.
“Arrgghh! Kenapa aku liatin foto Keke.”gumamnya dan segera mendelete foto itu tanpa perasaan.

*****
“Lou.”panggil Harry mengikuti Louis yang berjalan ke dapur.
Louis pun menghentikan langkahnya namun tak menoleh ke Harry,
“Look, I don’t know why but I’m sorry. Whatever is making you like this, I’m sorry for it. You dont have to tell me if you don’t want to, but please forgive me.”
“I can forgive Harry, but not Melissa’s boyfriend.”

*****
Sebulan kemudian..
Hari ini adalah hari pernikahan Niall dan Clara. Mereka tidak menggelar resepsi besar-besaran melainkan hanya untuk keluarga dan teman dekat. Liam datang awal untuk membantu menyelesaikan sisa-sisa dekor yang belum kelar. Louis datang barengan Keke dan Maddi, disusul Harry dan Melissa. Acara hampir mulai dan Zayn belum juga muncul.
“Zayn mana??”tanya Louis pada Liam.
“Aku tidak tahu.. mungkin sedang di jalan menuju kesini.”jawab Liam yang khawatir Zayn tidak datang karena saat ia berangkat Zayn masih tertidur.
Acara sudah berlangsung dan lancar. Setelah itu pesta digelar dan Zayn juga tak menampakkan diri.
Bahkan Keke mengharapkan kehadirannya. Bukan untuk bersamanya, tapi untuk kebersamaan dengan sahabatnya. Ia kasihan dengan Niall yang tengah berbahagia.

Di tempat lain, Zayn menemani Zada berbelanja karena ia tak ingin melihat Zada sedih di 40 hari meninggalnya ibunda Zada. Ia sama sekali tidak ingat hari pernikahan Niall. Zayn membelikan Zada baju, tas, sepatu dan apa saja yang diinginkan Zada. Ia sangat ingin membahagiakannya.
“Zayn kalung ini bagus banget!”pekik Zada melihat sebuah kalung yang dipajang di etelase.
“Iya nanti aku beliin buat kamu..”Zayn tersenyum dan mencium pucuk kepala Zada.
“Kenapa nggak sekarang?”
“Uangku di dompetku sudah habis, Da.. Tunggu aku dapat job lagi ya.”
“Maunya sekarang, Zayn..”
“Aku janji aku akan membelikannya untukmu secepatnya..”
“Janji?”
“Janji.”
Tiba-tiba handphone Zayn berdering.
“Hello?”
“Zayn, majalah Popz Star ingin photoshoot terbaru kamu secepatnya. Bisa datang ke studio sekarang?”
“Baik pak saya akan kesana sekarang..”

*****
“Where’s Zayn?? We’re gonna have a photoshoot for the wedding album in any minute..”Harry.
“I don’t know.. I can’t call him his phone is busy right now.”ucap Liam. Mereka agak berbisik agar Niall tak mendengar pembicaraan mereka. Niall belum mengetahui Zayn belum datang. Dari tadi mereka memberinya beribu alasan mengatakan Zayn sedang kesinilah kesitulah..
“Biar aku sama Maddi cari dia”Keke angkat bicara.
“Iya, kami akan mencarinya sekarang. Ayo, Ke.”Maddi menuntun Keke keluar.
“Wait!”Liam menghampiri mereka, “Aku ikutan.”

*****
“Kamu pulang naik taksi ya.. Aku ada pemotretan nih! Semoga bisa beliin kamu kalung tadi.”Zayn buru-buru mengecup kening Zada dan beranjak pergi.
“Untung ada Zayn disaat ayah dipecat. Jadi gue tetep bisa belanja sepuasnya. Mau aja gue manfaatin si Zayn. Gue nggak akan bisa cinta lagi sama dia. Gue udah terlanjur sakit hati saat dia mutusin gue gara-gara fisik gue.”batin Zada dan tersenyum sinis menatap punggung Zayn yang semakin menjauh.
*****
“Di rumah nggak ada.. trus kemana sih Zayn..” gerutu Liam dan mencoba menelfonnya lagi. Tiba-tiba handphonenya jatuh ke bawah jok mobil. Liam berusaha meraihnya hingga kehilangan kendali saat menyetir.
“Liam awaaaasss!!!!”
*****
“Maaf telat, pak!”ucap Zayn ngos-ngosan sesampainya di foto studio.
“Tidak apa-apa, sekarang kamu ganti baju kamu. Disana sudah disediakan baju untukmu. Cepat cepat!”manager Zayn menunjuk ke sebuah ruangan. Zayn memasukinya dan mencari baju yang pas dirak baju.
“Emm yang ini kali ya..”gumamnya sambil menggenggam sebuah baju polo bermotif garis di bagian dada.
Saat hendak mengganti baju, mata Zayn tertuju pada sebuah kalung yang terlihat cukup mahal. Ia melihat kiri-kanan untuk jaga-jaga tidak ada yang meliahtnya. Dengan cepat ia meraih kalung itu dan menaruhnya di kantong celananya.
“Kalung ini bisa ditukar dengan kalung yang diinginkan Zada.. Hahhh.. Ya allah maafkan perbuatanku ini.”batinnya.
Seusai melakukan pemotretan, Zayn balik ke ruangan tadi untuk mengganti bajunya lagi. Setelah dia, giliran selebriti Cher Lloyd melakukan pemotretan disitu juga. Cher seperti kebingungan mencari sesuatu. Zayn diam memperhatikannya.
“Pak!!! Kalung kesayangan saya mana??!!!”pekiknya.
Manajernya pun menghampirinya penuh kebingungan.
“Ada apa?”tanyanya.
“Kalung saya.. Tadi saya tingggal disini untuk ke toilet. Sekarang hilang!!”
Zayn semakin panik dibalik rak baju. Buru-buru ia mengganti bajunya lalu berpamitan pergi.
“Kerjaan saya sudah kelar kan pak.. saya permisi dulu..”Zayn berjalan cepat keluar sampai menabrak meja. Dan BAM. Kalung itu terjatuh dari kantong celana Zayn.
“KALUNG SAYA!!”pekik Cher dan berhambur mengambil kalungnya.
“Jadi kamu ingin mencurinya, Zayn?!”tanya pak manajer.
“Saya bisa jelasin pak, tadi it..”
“Ahh!! Saya nggak perlu kebohongan kamu! Terpaksa kontrak kamu akan saya batalkan dengan semua perusahaan! Sekarang kamu pergi dari sini!”usir manajer itu. Zayn tertunduk meneriakkan 13 kata terlarang dalam hatinya. Ia sangat frustasi. Tanpa pamit atau pun meminta maaf, Zayn beranjak pergi dari tempat itu. Saat membuka handphonenya, ia mendapati 11 misscall dari Liam, 7 dari Harry.
“Astaga! Niall!!”pekiknya.
*****
“Mereka kok lama ya..”gumam Louis dan memcoba menelfon Keke. Tidak aktif. Liam. Tidak aktif juga.
Harry pun menghampiri Louis, “Lou where are the others? Niall is looking for them, they’re gonna do the photoshoot now.”
“I’ve called them, none of them are activated.”jawab Louis, lupa akan marahnya pada Harry.
“Hey guys..”seseorang menepuk pundak mereka berdua.
“Zayn?”ucap Lou dan Harry bersamaan.
“Look I’m so sorry I nearly forgot the wedding but..”
“No it wasn’t nearly, Zayn. You totally forgot about the wedding.”sela Harry lalu meninggalkan mereka berdua untuk menemui Niall yang asyik bercanda dengan keluarganya.
“Liam mana, Lou?”tanya Zayn, menghiraukan Harry.
“Liam sedang mencarimu bersama Maddi dan Keke.”jawab Liam.
“Keke?”batinnya.
“Attention everyone, hadirin silakan menuju taman untuk foto bersamanya.”umum ibunya Clara.
“Liam, Maddi, Keke mana bro?”tanya Niall pada Harry.
“They’ll be back in a bit..”
Niall pun mengangguk lesu, perasaan tidak enak melandanya. Entah kenapa ia seperti yakin mereka wont’t be back for the photoshoot. Harry merangkulnya dan mengajaknya keluar.
“Cheer up, buddy..”
Mereka pun terpaksa menjalani pemotretan bareng, meski tanpa Liam, Maddi, dan Keke yang tak kunjung datang.
Acara hampir selesai dan mereka bertiga tak kunjung muncul. Louis dan Harry pun memutuskan mencari mereka.
Di dalam mobil terjadi keheningan panjang. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai Harry angkat bicara.
“Lou, do you rememer when you said you can forgive Harry, but not Melissa’s boyfriend? Well I’m Harry, and I’m not Melissa’s boyfriend anymore.”ucapnya. Louis menoleh dengan wajah bingung.
“I broke up with her earlier in the wedding. She cheated on me to an American guy.”lirih Harry.
Louis tersenyum.
“Forgive me, LouLou? Please.. Pretty please..”pinta Harry dengan nada manja ala anak kecil.
Louis menghentikan mobilnya seketika.
“Harry, I love you.”ungkap Louis.
“I love you too.”jawab Harry masih dengan nada anak kecilnya.
“No, Harry. I mean it. I love you, I want you as a boyfriend. Not just a best friend. I don’t know how, I don’t know why. But heck, I am truly in love with Harry Edward Styles.”
“Lou remember that time we played truth or dares and Niall told me to kiss you? Well I felt something different. I think I love you too.”
“Yes I know you just said that.”
Harry dan Louis tertawa lepas. Kini beban mereka sudah melayang jauh. Louis kembali melajukan mobilnya untuk mencari Liam Maddi Keke.
“Arghh macet..”gerutu Louis.
“I think there’s a car crash over there..”Harry menunjuk ke depan.
“Mmm..”

Setelah 15 menit terjebak macet, akhirnya mobil Louis dan Harry terbebas. Ternyata benar apa kata Harry, ada kecelakaan. Tapi ada yang janggal dari mobil yang hancur itu.. Mirip..
“Liam’s car!!!”pekik Harry
Mereka pun buru-buru turun dari  mobil dan menanyakan orang sekitar, rumah sakit mana penumpang dilarikan. Setelah mendapat informas, Lou melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit. Harry sibuk menghubungi Niall dan Zayn.
Sesampainya di rumah sakit Louis berhambur mencari ruangan Keke dan Maddi sementara Harry mengecek Liam.
“Kezia?!!”Louis terisak melihat keadaan Keke yang begitu parah terbaring lemah. Disebelahnya juga ada Maddi yang keadaannya tidak terlalu parah, hanya luka-luka kecil.
Tiba-tiba ia merasa ada yang aneh, ada yang kurang. Ia menatap Kezia dari atas sampai bawah dan terkejut.
“Kaki kamu..”

*****
Harry berada di ruangan Liam. Air mata tak henti mengguyur wajah manis itu. Alasan Liam berada di ruangan terpisah dengan Keke dan Maddi karena ruangan Liam adalah ruang mayat. Ya, Liam meninggal akibat kebocoran pada jantungnya dan menghabiskan banyak sekali darah di tubuhnya. Harry segera mengabarkan Zayn tentang hal ini.
“Why did you leave us so quickly, Liam!!”lirihnya memeluk jasad yang setengah hancur itu.
Harry pun memutuskan keluar ruangan untuk menunggu Zayn datang. Saat Zayn tiba, ia langsung menemui Louis di tempat Keke dan Maddi. Keke sudah siuman, begitu juga Maddi.
“Maddi..”kata Harry.
“Whats wrong Harry? How’s Liam?!”paniknya.
“Liam is gone..”
“NO!! YOU’RE LYING HARRY!! LIAM IS NOT DEAD!!”Maddi menangis sejadi-jadinya. Harry pun berusaha menenangkannya.
“How about Zayn? Does he know?”tanya Louis.
“Yes, he’s in Liam’s now..”jawab Harry.
Keke berusaha turun dari ranjang namun ia berakhir terjatuh ke lantai.
“Kezia!”pekik Louis dan membantu Keke duduk di bibir ranjang.
“Kamu belum sembuh.. jangan banyak gerak..”ujarnya.
“Kak Lou..”Keke sedikit terisak.
“Kenapa?”
“Kaki kananku mana??”
“I’m sorry baby.”Louis mendekap Keke ke dalam pelukannya dan mendapati baju kaosnya basah akibat air mata Keke. Namun ia tak perduli. Ternyata Keke harus kehilangan satu kakinya di kecelakaan itu.
“Kak Lou, aku mau ketemu ama Zayn..”pintanya dan menghapus air matanya.
“Tapi..”
“Aku mohon kak..”
*****
Zayn terlihat begitu frustasi. Matanya sembab akibat menangis terlalu lama. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Ia baru kehilangan pekerjaan dan kakaknya. Ia merasa benar-benar tidak memiliki apa-apa lagi. Niall lah yang menemaninya menemui Liam untuk terakhir kalinya. Ia harus mengorbankan pesta pernikahannya demi datang kesini.
Zayn mencoba menghubungi Zada, namun tak diangkat. Di sms, tak dibalas juga. Zayn mencoba mementionnya lewat twitter. Dan BAM. Zada mentionan dengan cowok lain. Mesra pula. Ia pun menaruh handphonenya di kantong celana kembali, rasanya sekarang tiada guna ia mengurusi Zada.
Ternyata Zada sudah mengetahui tentang kehilangan Zayn dalam pekerjaannya dan juga Liam. Ayahnya juga sudah mendapat kembali pekerjaannya.
Tiba-tiba handphonenya berbunyi, ia keluar ruangan dan segera mengangkatnya.
“Halo?”
“Zayn, ini dari atasan kakakmu. Kami mendengar berita duka yang Anda alami saat ini. Tapi terpaksa rumah Anda kami sita karena itu adalah rumah perusahaan dan berhubung bapak Liam sudah meninggal, rumah itu akan diserahkan pada pengganti Liam.
“Ambil saja, pak!! AMBIL SEMUA HARTA BENDA SAYA!! KALO PERLU AMBIL NYAWA SAYA!!”
Zayn membanting handphonenya hingga rusak. Zayn mengacak-acak rambutnya dengan kasar dan terduduk di lantai.
“Zayn??”
Zayn menoleh ke orang yang memanggilnya dan mendapati sosok yang sangat ia kenal duduk di kursi roda dengan kaki tersisa satu dan tatapan yang kosong. Louis mendorong kursi roda itu mendekati Zayn.
“Keke..”
 “Aku turut berduka atas Liam..”ucap Keke.
Zayn hanya diam. Tidak tahu apa harus berkata terima kasih atau tidak. Ia tak ada disaat Keke kesusahan. Ia tak turut berduka atas buta yang dialami Keke. Sekarang Keke disini, menemuinya dalam keadaan yang lebih parah dari sebelumnya. Zayn langsung berhambur memeluk Keke. Keke hanya diam meneteskan air mata.
“Maafkan aku, Kezia.. aku sudah melanggar janjiku untuk ada disaat terburukmu. Tapi ternyata kau selalu ada untukku selama ini. Aku telah dibutakan. Hatiku telah dibutakan. Aku hanya memandang fisikmu saat itu. Begitu juga dengan Zada. Aku hanya memandang fisiknya. aku tidak bisa melihat mana yang tulus dan yang tidak. Tapi aku ingin memperbaiki semuanya, Ke. Mungkin sekarang aku sudah kehilangan harta bendaku, tapi aku yakin aku tetap akan bisa bahagia. Dan itu hanya jika bersamamu, Ke. Aku ingin melunasi janjiku padamu. Aku akan ada untukmu, dalam keadaan apapun. I love you just the way you are.”

No comments:

Post a Comment