Finalis #1DFanficContest13
by Rania Manda, 17
ZLS
Matahari sudah
menampakkan cahaya jingganya, burung-burungpun berkicau merdu memadupadankan
keindahan pagi yang indah dan tenang ini walaupun ada sedikit suara kendaraan
yang memecah keheningan namun semuanya masih tetap tampak indah dan damai.
Di sebuah
rumah di daerah kemang Jakarta Selatan ada seorang pemuda tampan dengan wajah
khas timur tengah yang masih berada di alam mimpinya sedang bergelayut manja di
atas ranjangnya yang besar dengan memeluk guling kesayangannya.
Pemuda tampan
itu bernama Zayn Javvad Malik seorang pemuda keturunan Inggris-Pakistan yang
mempunyai mata coklat terang yang sangat mirip dengan ayahnya dengan bibir
tipis yang mungil seperti kepunyaan ibunya membuatnya tampak terlihat sangat
tampan. Walaupun dia keturunan Inggris-Pakistan namun dia tidak menetap di
Negara asalnya melainkan dia menetap di Negara yang sangat jauh dari Negara
kelahiran kedua orang tuanya itu yaitu Negara Indonesia. Saat ini usianya genap
20 tahun January lalu, seperti usianya yang sudah terbilang dewasa, sifatnya pun
terlihat sangat dewasa karena dia adalah type pria mandiri.
“Tok tok tok”
terdengar suara ketukan bukan dari pintu kamarnya melainkan dari jendela
kamarnya yang terbilang cukup tinggi karna berada di lantai dua rumah tersebut. Ketukan itu belum
bisa membangunkan pemuda tersebut yang masih menikmati alam mimpinya.
“tok tok tok”
di ketukan kedua suara yang dihasilkan dari ketukan tersebut terdengar lebih
keras dari ketukan pertama tadi, masih berasal dari balik jendela kamar pemuda
itu namun yang di hasilkan dari ketukkan itu hanya sebuah erangan kecil dari
bibirnya sambil menutup wajahnya menggunakan selimut yang sudah sedari tadi
melekat di tubuhnya tanpa mengeluarkan tanda-tanda bahwa ia akan segera bangun.
“tok tok tok”
di ketukan ke tiga, ketukan yang berbeda dari ketukan sebelumnya yang terdengar
lebih keras, bisa dibilang bukan sebuah ketukan melainkan sebuah geduran yang
terdengar cukup kencang yang menghasilkan teriakan hebat dari pemuda yang
sedari tadi sedang tertidur pulas, pemuda itu terlihat sangat kaget karna dia
langsung terduduk dari tidur panjangnya.
Sedetik
kemudian pemuda itu melemparkan guling ke arah dimana suara ketukan itu berasal
sambil menggulung selimutnya dengan hentakkan yang keras dan berjalan dengan
langkah panjang menuju tempat ketukan tadi berasal.
Dia menarik
hordeng kamarnya dengan satu hentakkan keras yang lalu di sambut dengan sinar
matahari pagi yang langsung menyerbu masuk ke dalam kamarnya itu “aahh shit”
pemuda itu mendengus kesal sambil menutup matanya karna tidak tahan dengan sinar
matahari tadi.
Setelah dia
terbiasa dengan sinarnya dia mulai membuka perlahan-lahan tangan yang menutupi
matanya lalu kemudian disusul dengan membuka jendela kamarnya. Melangkahkan
kaki ke luar jendela lalu memandang kota Jakarta dari balkon rumahnya.
“ada apa
Niall? Ini adalah hari minggu, kenapa kau menghancurkan mimpi indahku? Huh!”
ucapnya masih sambil memandangi kota Jakarta dan memegangi dadanya.
Pria yang di
panggil Niall tadi adalah sahabat sekaligus tetangga rumahnya, rumahnya tepat
berada di samping rumah Pria bernama Zayn tersebut. Rumah mereka hanya di
batasi oleh pohon mangga besar yang salah satu batangnya menjulur ke arah
balkon kamar Zayn yang membuat Niall selalu menggunakan pohon itu untuk jalan
pintas masuk ke dalam kamar Zayn.
Pria yang
mempunyai rambut blonde dengan mata biru yang dipanggil Niall tadi memutar bola
matanya “jangan bilang kau lupa bahwa hari ini kita akan mendaki” ucap pria
berambut blonde tersebut.
Pemuda itu
menepuk dahinya sambil melebarkan matanya “astaga maaf aku lupa nialler”
serunya sambil bergegas berjalan ke dalam kamar “dimana yang lain? Suruh mereka
langsung ke rumahku saja” lanjutnya sambil membanting pintu kamar mandi.
Pria bermata
biru tadi mendengus kesal “baiklah” ucapnya sepelan mungkin lalu kemudian
berbalik dan turun melalui pohon tersebut. Pemanjat yang handal.
*****
Zayn POV
“sorry I’m
late” ucapku sambil menuruni tangga rumahku dan menyunggingkan senyuman khasku
kepada sahabat-sahabatku. Ini memang salahku, sudah sewajarnya aku meminta maaf
kepada mereka.
“sudah jam
berapa ini?” seru Louis kepadaku sambil menunjuk-nunjuk jam yang berada di
pergelangan tangannya. Sepertinya dia marah, dia memang yang paling tua di
antara kami tetapi selalu dia yang cepat sekali emosi. Tapi jelas lah dia marah
toh aku memang salah sudah sewajarnya kalau Louis memarahiku
“lebih baik
kita cepat pergi sebelum hari semakin siang” ucap Liam yang kemudian berdiri
dari tempat duduknya disusul dengan anggukkan kedua sahabatku yang lain, Louis
terlihat kesal. Sepertinya Liam meredam suasana yang ingin memanas, huh thanks
Liam.
Aku
memiringkan bibirku, lebih baik cepat pergi daripada mendengarkan ocehan Louis
yang tidak akan selesai “okee leggo” desisku sambil meraih kunci mobil yang
tergeletak di meja tv lalu kemudian berlari ke luar rumah untuk menyusul ketiga
sahabatku yang sudah berjalan duluan.
******
“Sebetulnya
kita akan mendaki ke gunung apasih?” seru pria berambut keriting memecah
keheningan yang sudah menjalar ke semua orang yang berada di mobil saat ini,
matanya tetap memandang ke luar jendela.
“Semeru Harry,
bukankah sudah sepuluh kali kubilang bahwa kita akan mendaki gunung itu” ucap
pria berambut blonde, dia memang yang paling bersemangat untuk acara travelling
ataupun mendaki, tangannya menopang dagunya sedangkan matanya masih tetap
memandang ke depan.
“ya aku tahu,
aku cuman tidak suka dengan keheningan ini, bukankah begitu Liam?” ucap pria
yang di panggil Harry tadi, matanya kali ini menatap seorang pria di sebelahnya
mengharapkan persetujuan atas kata-katanya barusan.
Pria tadi
mengangguk-anggukkan kepalanya pelan “aku juga tidak suka, bagaimana kalau kita
bernyanyi?” sambung pria yang dipanggil Liam tadi.
“good, lagu
apa?” seru Pria berjambul yang kini sedang sibuk menyetir.
“I gotta
feeling yuhuuu” sambung Niall sambil mengangkat tangannya “bukankah itu lagu
kesukaanmu Zayn?” lanjutnya sambil mencolek dagu Zayn dan memasang wajah puppy
facenya.
Zayn terlihat
sangat kaget, matanya membesar “what are you doing nialler? You like homo”
teriaknya sambil bergidik ngeri dengan perlakuan Niall tadi.
Niall tertawa
terbahak-bahak sambil memakan kembali chipsnya yang sedang dia makan sejak tadi,
sahabatnya yang lainpun ikut tertawa walaupun tidak sekeras Niall “aku hanya
menggodamu Zayn, lagian kau terlihat berbeda hari ini” terkekeh pelan lalu
kemudian matanya memandang sahabatnya yang lain sambil tersenyum meledek.
“SETUJU”
teriak Louis sambil mengacungkan jari telunjuknya sedangkan sahabat yang lain
hanya menganggukkan kepalanya menandakan menyetujui perkataan Niall tadi.
Zayn melirik
ke arah kaca tangah mobilnya, dia melihat ketiga sahabat yang lain
menganggukkan kepalanya “benarkah? Aku merasa seperti biasanya” ucapnya masih
sambil melihat ke arah kaca tengah mobilnya.
*****
Setelah
perjalanan beberapa jam dari Jakarta akhirnya mereka sampai di Ranupane, mereka
berniat mengurus surat perizinan di sini, setelah selesai mengurus semua
perizinan akhirnya mereka memutuskan untuk bermalam di penginapan sekitar
Ranupane untuk kemudian melanjutkan pendakian besok hari tepat pukul 7 pagi.
Keesokan
harinya mereka bangun pagi-pagi sekali, sebelum memulai pendakian mereka sempat
berfoto dari pose sok maskulin sampai pose narsis ala cherybelle.
Setelah kurang
lebih empat jam perjalanan akhirnya mereka sampai di Ranu Kumbolo untuk
istirahat dan makan lalu kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju
kalimati. Perjalanan menuju kalimati membutuhkan waktu 3 jam untuk mereka.
Akhirnya mereka memutuskan untuk mendirikan tenda di daerah tersebut.
*****
Zayn POV
Suasana gelap
penuh awan hitam mulai menghiasi langit malam ini, kilatan petir mulai terlihat
di langit hitam sambil mengeluarkan suara-suara khasnya. Sepertinya hujan
sedang melanda daerah lain di sekitar sini untunglah disini tidak hujan, kalau
sampai hujan bisa repot urusannya.
Huh udara di
gunung ini sangat dingin sekali padahal sudah tiga lapis jaket yang kupakai
tapi masih saja terasa dingin. Semua sahabatku sudah tertidur sangat pulas
tetapi kenapa aku tidak bisa tidur sama sekali padahal biasanya aku gampang
sekali untuk tidur. Tanganku mengusap-usap badanku seraya menghangatkan tubuhku
sambil sesekali menempatkan tanganku di dekat api unggun yang kita buat.
Setelah beberapa
menit menikmati malam tanpa bintang ini aku memutuskan untuk berjalan-jalan di
sekitar tenda untuk menghilangkan rasa bosan yang sudah siap mencengkeramku.
Tiba-tiba saja langkahku terhenti ketika melihat sosok seorang gadis sedang
berjalan ke arah hutan cemara. Karna cahaya kilat yang sangat terang aku bisa
melihat jelas pakaian gadis itu dari belakang, dia seperti memakai pakaian
jaman dahulu, rambutnya digulung ke atas yang membuatku bisa melihat leher
jenjangnya.
Tanpa
memikirkan apapun kakiku sudah berjalan mengikutinya dari belakang, penasaran
dengan sosok gadis yang kulihat itu, sedang apa dia disini malam-malam seperti
ini, apakah dia tidak takut?.
“hey” teriakku
padanya namun dia tidak berbalik untuk menatapku melainkan tetap berjalan
menyusuri hutan yang sudah terbilang lebat ini.
Aku berlari
mendekatinya “maaf sedang apa kau disini?” ucapku padanya sambil menepuk
bahunya. Aku menunggu reaksi apa yang dia berikan kepadaku.
Saat aku
menepuk bahunya dia langsung membalikkan badannya untuk melihatku, wajahnya
terlihat kaget dan bingung. Aku merasakan degupan jantungku berpuluh-puluh kali
lipat lebih kencang dari biasanya saat melihat wajahnya yang terlihat berbeda
dari gadis biasanya. Impossible, mana mungkin ada gadis secantik ini di dalam
hutan yang gelap dan menyeramkan ini?, dia masih terlihat sangat cantik walau
tanpa make up dan baju yang mewah, cantiknya sangat natural terlihat dari saat
ini dia hanya menggunakan sebuah kain yang dililitkan di tubuhnya tanpa make up
dan aksesoris apapun, semuanya terlihat natural. Matanya yang hitam dan besar memancar
tajam ke dalam mataku sampai membuatku terpesona olehnya. Bibirnya yang mungil
dan hidungnya yang kecil tidak terlalu mancung membuatnya terlihat lebih manis.
Rambutnya hitam mengkilat yang digulung ke atas hingga aku dapat melihat leher
jenjangnya yang indah.
“kau berbicara
padaku?” desisnya membuyarkan lamunanku sambil memasang wajah penuh Tanya.
Aku
mengusap-usap bagian bawah leherku “yaa.. emm.. siapa lagi” ucapku gugup,
tersenyum kecil ke arahnya untuk menenangkan sedikit kegugupanku.
Dia terlihat
sedang berpikir lalu kemudian mengangkat kedua alisnya “benarkah?” aku melihat
tangannya mencengkeram kain yang melekat di tubuhnya.
Aku mengangkat
sebelah alisku “yang ada disinikan hanya kamu dan aku, mana mungkin aku
berbicara dengan pohon?!” menggigit bagian bawah bibirku sambil terkekeh pelan untuk
menghentikan perasaan tidak enak yang kini menjalar di sekujur tubuhku “jadi,
sedang apa kau disini malam-malam?” lanjutku kini dengan melihat ke arah
sepatuku yang sudah sangat kotor.
“aku suka
melihat para pendaki, mereka terlihat tampan dengan kegigihannya untuk sampai
di puncak Mahameru” aku melihatnya sedang tersenyum memandang ke arah langit
yang kini sudah sangat gelap.
Astaga
senyumannya indah sekali, seketika wajahku terasa memanas, tanganku
mengusap-usap pipiku dan
sepertinya saat ini pipiku sudah berubah menjadi warna merah. Oh tuhan.
“aku juga tadi
memperhatikanmu, kamu terlihat berbeda dari teman-temanmu yang lain, aku suka
sifatmu yang pemberani itu” desisnya yang masih memandang langit, kini para
petir sudah tidak menampakkan sinarnya, sepertinya hujan sudah berhenti. “oh
astaga aku terlalu jujur” lanjutnya kali ini sudah tidak memandang langit
melainkan menundukkan wajahnya, sepertinya wajahnya juga ikut memerah.
Aku memperlihatkan
senyuman termanisku, tanganku menyentuh dagunya menaikkannya agar bisa menatap
wajahku “aku suka gadis jujur” terkekeh pelan lalu kemudian disambut dengan
senyumannya yang sangat ingin kulihat kembali.
Dia
membalikkan tubuhnya membelakangiku lalu kemudian berjalan menjauh “hey kamu
mau kemana?” teriakku padanya sambil kemudian berlari ke arahnya.
Sedetik
kemudian dia menghentikan langkahnya “aku ingin pulang, malam sudah semakin
larut” ucapnya tampa membalikkan tubuhnya untuk melihatku.
“dimana rumahmu?
Biar ku antar” seruku sambil berjalan ke arahnya lalu membalikkan tubuhnya
untuk melihatku.
Dia
menggelengkan kepalanya membuat serpihan-serpihan rambut halus yang tak ikut di
ikatnya berterbangan, membuatnya tampak lebih manis “tidak perlu, aku bisa sendiri”
ucapnya singkat tampa melihatku.
“aku akan
mengantarmu, aku tidak akan tega melihat seorang gadis berjalan sendirian di
tengah hutan seperti ini” ucapku sambil memegang kedua bahunya seraya
meyakinkannya.
Dia menatap
mataku kali ini dalam sekali dengan tatapan memohon “kumohon jangan antar aku”
mohonnya lembut, suaranya terdengar bergetar membuatku menyerah, tangannya
menurunkan tanganku yang berada di bahunya pelan.
Hatiku luluh
hanya dengan melihat matanya, tatapan matanya itu membuatku menyerah untuk
mengantarnya pulang, tapi aku masih tidak tega untuk meninggalkannya sendirian
di tengah hutan yang lebat ini.
Aku mengusap
dahiku yang mulai berkeringat “baiklah, kau harus berteriak jika terjadi
sesuatu kepadamu, saat itu aku pasti datang untuk membantumu” ucapku padanya
diakhiri dengan senyuman terlembut yang aku punya. Jelas aku berbohong,
bagaimana mungkin aku membiarkannya pulang sendirian di tengah hutan yang
menyeramkan ini.
Dia ikut
tersenyum, senyuman paling manis yang pernah kulihat, gadis paling cantik yang
pernah kulihat “terima kasih” serunya singkat terdiam sejenak lalu kemudian
membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauhiku lagi.
Aku hanya
memandangnya heran, gadis itu sangat berbeda dari gadis yang pernah ku kenal,
baru kali ini aku melihat gadis yang sangat pemberani sepertinya. Sudah cantik,
jujur, polos, pemberani pula, astaga betapa sempurnanya dia.
Aku memutuskan
untuk mengikutinya dari belakang karna aku takut jika terjadi sesuatu padanya,
karna dia tidak mengizinkanku untuk mengantarnya maka disinilah aku
menguntitnya dari belakang sambil sesekali mengumpat di balik pohon karna takut
dia akan melihatku.
*
Aku mengerjap-ngerjapkan
mataku karna sinar terang yang berasal dari obor yang berada di hadapanku sedang
di bawa oleh seseorang, tanganku dengan sigap menghalangi sinar itu untuk masuk
ke dalam mataku. Untuk beberapa saat kemudian aku baru sadar bahwa aku sedang
berada ditempat yang sangat asing bagiku.
“kau sudah
bangun?” Tanya seseorang yang membawa obor tadi, pertanyaan yang seharusnya
tidak untuk di jawab.
Aku
menganggukkan kepalaku sambil mengernyit pelan karna tiba-tiba saja kepalaku
terasa pusing, tanganku mengusap bagian dari kepalaku yang pusing itu. Pusing
sekali, sebenarnya apa yang terjadi padaku dan dimana aku?.
Seorang
pembawa obor tadi membantuku menyenderkan tubuhku ke tembok dari ruangan itu
“pelan-pelan saja” ucapnya lembut sambil tersenyum padaku, hey aku ingat
senyuman itu.
Aku mulai
mengingat-ingat kejadian beberapa waktu yang lalu, tadi malam aku bertemu seorang
gadis, aku mengikutinya dan sempat berbincang-bincang sebentar lalu kemudian
dia ingin pulang dan aku memutuskan akan mengantarnya pulang karna aku tidak ingin
terjadi sesuatu kepada gadis itu tetapi dia menolaknya tanpa alasan yang jelas.
Akhirnya aku menyetujui keinginannya, bukannya meninggalkannya tetapi aku malah
mengikutinya dari belakang, entah apa yang membuatku sebegitu penasarannya
dengan gadis itu. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi dan akhirnya aku
terbangun di rumah atau bisa dibilang gubuk ini.
Aku melihat
seorang yang sekarang sedang duduk di sebelah ranjang tempatku berbaring saat
ini, kalau aku perhatikan sepertinya aku tidak asing dengan wajah itu, tapi aku
tidak ingat siapa dia.
Dia melihat ke
arahku juga lalu kemudian menunjukkan senyumannya. Astaga aku ingat senyuman
itu “kau bukannya gadis yang tadi malam?” tanyaku padanya sambil
menggaruk-garuk tengkukku yang sama sekali tidak gatal.
Dia tersenyum
sambil menganggukkan kepalanya, mata hitamnya masih menatapku “tadi malam kenapa
kau mengikutiku” kali ini dia menundukkan kepalanya “bukankah sudah kubilang
tidak usah mengantarku”.
Duh harus
jawab apa aku? Masa iya aku menjawab ‘iya aku mengikutimu karna aku penasaran
denganmu’ haha engga mungkin, bisa geer dia entar. “emm aku tidak mengikutimu
ataupun mengantarmu, aku hanya sedang jalan-jalan menikmati hutan di malam
hari” jawabku sambil terkekeh pelan untuk menyembunyikan gelagat kebohonganku.
Dia terdiam
dengan memasang tampang tidak percaya dan matanya terus menyelidik ke dalam mataku
“aku tidak percaya” selidiknya,
dahinya mengkerut menandakan dia memang tidak percaya dengan yang kukatakan.
Aku menggigit
bibir bawahku “ahh sudahlah, masalah itu tidak usah di ungkit kembali” ucapku
mencoba mengalihkan pembicaraan agar kebohonganku tidak terbongkar.
Kedua
tangannya menutup seluruh bagian wajahnya “seharusnya kau tidak ada disini”
ucapnya pelan terdengar sedikit bergetar.
Aku
mengerutkan dahiku menandakan tidak mengerti dengan apa yang dia bicarakan
barusan, tanganku menyentuh pergelangan tangan yang kini sedang bertengger
menutupi wajahnya. tiba-tiba saja seperti ada aliran listrik 700 knolt yang
menjalar dari tangannya ke tanganku yang membuatku tidak bisa berkata apapun.
Dia langsung
melepaskan tangannya yang menutupi wajahnya. Matanya dan matakupun bertemu
cukup lama, sepertinya dia juga merasakan sesuatu yang kurasakan saat ini,
karna dari matanya memancarkan keterkejutan.
Akupun
langsung tersadar dan melepaskan peganganku dari pergelangan tangannya, aku
merasa bersalah karna memegangnya tanpa persetujuan darinya tadi “maaf” desisku
pelan masih dalam keadaan menatapnya.
Aku merasakan
sesuatu yang berbeda saat menatapnya, merasakan ketenangan dan kenyamanan saat
menatap matanya. Rasanya aku ingin sekali tetap menatap matanya terus tanpa
berkedip sekalipun.
Aku takut jika
aku memalingkan muka ataupun berkedip dia akan hilang dari pandanganku, rasanya
aku ingin sekali berada di sampingnya padahal aku baru tadi malam bertemu
dengannya, apa ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?.
“tempat apa
ini?” tanyaku padanya karna aku sangat bingung, di jaman yang sudah modern ini
masih saja ada rumah atau bisa di bilang gubuk reyot seperti ini.
Dia hanya
tertunduk lesu, aku merasakan ada sesuatu yang terjadi padaku, aku merasakan
ada sesuatu yang ganjal disini tapi aku bingung apa yang harus aku lakukan
untuk mencari kejanggalan itu. Akhirnya dia tersenyum ke arahku “aku akan mengajakmu berjalan-jalan
sebentar” ucapnya masih sambil memperlihatkan senyuman manisnya. Sepertinya aku
merasakan dia mengalihkan pembicaraan, ahh biarlah toh aku masih punya banyak
waktu untuk menanyakan hal itu.
Aku
menganggukkan kepalaku “boleh, aku juga bosan di tempat ini terus” aku masih
memperhatikan gerak-geriknya, sepertinya ada yang tidak beres disini.
Dia
menggenggam pergelangan tanganku, aku merasakan getaran yang aku tidak pernah
rasakan sebelumnya, jantungku berdegup sangat kencang sampai aku takut jika dia
mengetahui degupan jantungku ini. Dia mengajakku keluar gubuk dan
berjalan-jalan disekitar daerah yang sangat asing bagiku. Sebenarnya tempat apa
ini?
Setelah aku
keluar dari gubuk aku melihat sesuatu yang sangat asing bagiku, rumah-rumah
disini seperti rumah jaman dulu dan semua pakaian yang dikenakan masyarakat
disinipun terlihat sangat tradisional seperti berates-ratus tahun yang lalu,
semuanya tampak berbeda dari tempat tinggalku di Jakarta.
Seakan-akan
semua mata tertuju padaku, perasaan tidak nyaman langsung menjalar ke seluruh
tubuhku karna aku paling tidak suka menjadi pusat perhatian seperti sekarang
ini. Kenapa mereka mamandangku seperti itu, dengan pandangan seperti ingin membunuh
errgghh menyebalkan, menakutkan tapi aku sama sekali tidak merasa takut entah
karna apa. Aku hanya merasa tidak nyaman.
“kenapa semua
orang yang berada disini memandangku seperti itu?” bisikku kepada gadis di
sebelahku yang aku belum ketahui namanya sejak semalam.
Tiba-tiba saja
dia menghentikan langkahnya lalu kemudian melirik ke arah orang-orang yang
sedang melihat ke arahku “ada apa?” tanyanya kepada mereka dengan nada pelan
khasnya yang sangat anggun.
Tidak ada yang
menjawab pertanyaannya, mereka seperti seorang yang sedang ketakutan, berbisik
kepada seorang yang berada di dekat mereka, sepertinya mereka sedang
membicarakanku lalu kemudian aku melihat mereka kembali ke dalam aktivitasnya
masing-masing.
Aku hanya
memandangnya bingung sambil mengerutkan dahiku, bagaimana mungkin seorang gadis
seperti ini ditakuti oleh orang-orang? Impossible.
Kemudian kami
berjalan kembali sambil berbincang-bincang seadanya, gadis ini sangat
menyenangkan dan aku sangat nyaman berada di dekatnya, sedetik kemudian dia
menghentikan langkahnya, ternyata kita sudah sampai di tempat tujuan, aku
sampai lupa karna keasyikkan berbincang-bincang dengannya.
Tempat yang
lumayan bagus, tempat yang biasa di kunjungi oleh para gadis karna banyak
bunga-bunga bermekaran disini, tempat yang indah dengan berbagai jenis dan
warna bunga berada di tempat ini. Aku sempat tidak percaya ada tempat seindah
ini di dalam sebuah desa terpencil seperti ini.
“kita duduk
disana saja” ucapnya sambil menunjuk ke arah tempat duduk atau lebih tepatnya
batang pohon yang besar, di belakangnya terpampang jelas banyak bunga-bunga
berwarna-warni. Aku yang pria saja sampai terpesona dibuatnya.
Aku
menganggukkan kepalaku tanda menyetujuinya sambil berjalan ke tempat yang
ditunjuknya tadi lalu kemudian duduk di salah satu sisinya.
Dia
mengikutiku dari belakang dan harus kalian tahu aku dan dia masih berpegangan
tangan hingga kini, dia yang memegangku jadi mana mungkin aku tega
melepaskannya, apalagi aku sangat senang disentuh olehnya.
Dia duduk di
sampingku, Aku melirik ke arah tanganku yang masih dipegang olehnya. Sepertinya
dia menyadarinya karna dia langsung melepaskan genggamannya dari tanganku.
“ahh
maaf”ucapnya padaku, aku melihatnya menggigit bagian bawah bibirnya, sepertinya
dia tertular dengan kebiasaanku yang selalu menggigit bibir bawahku jika sedang
gugup.
Aku mencoba
tersenyum semanis mungkin kepadanya “tidak apa-apa, lagipula aku senang kok”
seruku padanya sambil menggaruk-garuk leher belakangku yang kutahu tidak gatal
itu.
Aku melihatnya
tersenyum walau dalam keadaan menunduk, sepertinya dia malu dengan yang
kukatakan barusan.
“emm, jadi
siapa namamu?” desisku padanya sambil memegang dagunya dan mengangkatnya agar
melihat ke arahku sambil memperlihatkan senyuman termanisku. Aku menunggu
jawaban darinya karna aku sangat penasaran siapakah nama dari gadis cantik ini.
“maaf aku
tidak bisa memberitahumu” jawabnya sambil memalingkan wajahnya dariku, kurasa
memang harusnya aku tidak menanyakannya sekarang, tapi apa salahnya jika aku
hanya mengetahui namanya?, memangnya ada yang salah?.
Aku mengangguk
mengerti, aku pasti akan terima apapun alasannya untuk tidak memberitahukanku
namanya “jadi bolehkah aku tahu tempat apa ini? Dan mengapa semuanya terlihat
berbeda dari tempatku tinggal? Sebenarnya apa nama daerah ini? Karna aku rasa
aku belum pernah mengunjunginya sebelumnya” tanyaku padanya memandang penuh
harap agar dia menjawab setidaknya satu dari pertanyaanku.
Dia berdiri
dari tempat duduknya dan mulai berjalan menjauhiku, aku hanya memandang
punggungnya heran. Kemudian dia berhenti, tidak jauh dari tempatku duduk saat
ini “maaf, aku pasti akan memberitahumu jika waktunya sudah tepat” ucapnya tampa
membalikkan tubuhnya untuk menatapku, aku melihat tubuhnya sedikit bergetar.
Ada apa dengannya? Kenapa dia tidak memberitahuku satupun hal yang kutanyakan?.
“tidak
apa-apa, walaupun aku tidak mengerti mengapa, tapi aku pasti akan menunggumu
untuk memberitahuku, bukankah kita masih mempunyai banyak waktu?” seruku masih
dalam keadaan duduk di tempat semula, memandang nanar ke arahnya berharap dia
membalikkan tubuhnya dan menatap mataku lagi.
Dia terdiam
sebentar terjadi keheningan sementara di antara kita sampai-sampai bunyi
anginpun terdengar “terima kasih, aku pulang dulu, kamu bisa kembali ke gubuk tadi
kan?” tanyanya masih dalam keadaan membelakangiku. Seakan tidak mengharapkan
jawaban dariku dia langsung pergi begitu saja tampa menengok ataupun berbicara
satu katapun kepadaku.
*
Aku terbangun
karna mendengar suara dobrakan pintu dari gubuk tempatku tinggal saat ini,
tiba-tiba saja banyak orang masuk ke dalam gubuk yang terbilang sempit ini.
Dari pakaian mereka aku bisa menduga bahwa mereka adalah sekelompok prajurit,
tapi untuk apa mereka masuk kedalam gubuk yang sedang kutinggali ini? Lagipula
kenapa mereka mendobraknya? Kenapa tidak mengetuk saja sehingga aku bukakan?.
Apakah di
jaman seperti sekarang ini masih saja ada prajurit? Lalu untuk apa ada TNI dan
ABRI?, aku semakin bingung dengan semua yang terjadi padaku, memangnya ada apa
sebenarnya? Apa yang sedang terjadi padaku?.
Tiba-tiba saja
dua dari sekelompok prajurit tersebut memegang tanganku dan menyeretku keluar
rumah, aku yang tidak terima dengan semua perlakuan ini mencoba melepaskan
genggaman prajurit itu tapi tetap tidak bisa, mereka terlalu kuat untukku.
“hey kenapa
kau menarikku? Apa yang salah denganku?” teriakku kepada kedua prajurit yang
sekarang sedang berusaha menarikku keluar rumah tapi tidak bisa karna aku
berpegangan kepada dinding pintu.
“cepat
lepaskan tanganku, aku tidak kenal dengan kalian dan aku tidak ingin terlibat
dalam urusan apapun dengan kalian” ucapku sambil meronta-ronta untuk melepaskan
genggaman kedua prajurit itu.
“DIAM” ucap
salah satu prajurit yang memegang tanganku sambil menarik kasar tanganku untuk
keluar dari gubuk kecil itu. Akupun kaget dan langsung diam dibuatnya, astaga
prajurit ini kenapa tidak ada rasa kasihannya sih? Huh!.
Prajurit yang
satunya mendorongku agar aku keluar dari gubuk itu dan setelah aku terdorong
atau lebih tepatnya tersungkur di tanah, prajurit itu kemudian menarik paksaku
seakan-akan tidak merasa bersalah sedikitpun. Aku hanya bisa pasrah dibuatnya
sambil sesekali meronta karna kesakitan.
Mereka semua
menyeretku ke dalam sebuah penjara bawah tanah yang sangat kotor bau dan pengap
lalu kemudian mendorongku masuk ke dalamnya dan mengunci jeruji besi itu dengan
sebuah besi juga yang dililitkan menyerupai sebuah rantai. Meninggalkanku
sendirian di dalam penjara yang sangat tidak nyaman itu.
Aku
mendudukkan diriku di lantai penjara yang dingin, memikirkan apa sebenarnya
yang telah kulakukan? Apa kesalahanku sampai aku dimasukkan ke dalam penjara?
Dan aku masih tidak habis pikir sebenarnya aku berada dimana?.
Semuanya
terlihat berbeda dari tempatku tinggal di Jakarta, aku seakan-akan kembali ke
masa lalu, masa beratus-ratus tahun yang lalu sebelum aku lahir. Apakah mungkin
aku kembali kepada masa itu? Tapi melalui apa? Aku tidak ingat aku pernah
melalui sebuah ruang waktu atau semacamnya, aku tidak ingat bagaimana aku bisa
sampai di tempat ini.
Kenapa
semuanya semakin rumit? Awalnya aku hanya bertemu seorang gadis saat aku sedang
mendaki. Oh astaga MENDAKI, aku baru ingat dengan teman-temanku, sedang apa
mereka? Apa mereka mengkhawatirkanku? Apakah mereka mengetahui keberadaanku?
Atau mereka sedang mencari keberadaanku?.
Aku menutupi
wajahku dengan kedua tanganku. Astaga apa yang sudah kuperbuat? Aku pasti
membuat sahabatku itu mengkhawatirkanku. Aku tidak tahu apa yang harus
kulakukan untuk pergi dari tempat ini, aku tidak tahu bagaimana caranya.
Kalaupun aku tetap tinggal disini lalu apa yang akan terjadi padaku kedepannya?.
Apakah aku
sudah melakukan kesalahan hingga aku dipenjara di tempat ini? Tapi apa?
seingatku aku tidak melakukan apapun, aku hanya bangun dari tidurku lalu
melihat gadis itu berada di sampingku, berjalan-jalan sebentar ke sebuah tempat
yang bisa di sebut taman, kemudian aku kembali ke dalam gubuk ini dan langsung
tidur. Aku tidak melakukan kesalahan apapun. Oh tuhan kenapa aku harus
mengalami hal menyedihkan seperti ini?.
“hey” aku
mendengar sebuah suara yang berasal dari luar jeruji tempatku dipenjara saat
ini, menoleh ke arah suara tadi berasal dan mendapatkan sesosok gadis sedang
berdiri disana. Aku memperjelas penglihatanku agar mengetahui siapa gadis itu
sebenarnya.
Ternyata dia
adalah gadis cantik yang kemarin, aku senang karna bisa melihatnya kembali, aku
senang bukan hanya karna bisa melihatnya kembali melainkan karna aku menemukan
seseorang yang bisa ku ajak mengobrol dan menanyakan sebenarnya apa yang sedang
terjadi padaku.
Penampilan
Gadis itu berbeda dari saat pertama kita bertemu, saat ini dia mengenakan
sebuah kebaya yang menurutku sangat mewah dengan make up yang masih terbilang
tipis, sedang menampilkan senyuman manisnya padaku, astaga dia terlihat lebih
cantik dari kemarin dengan kebaya yang sedang ia kenakan saat ini, gadis paling
cantik yang pernah kulihat.
Aku mulai
berdiri dan mendekati tempat gadis itu berdiri yaitu tepat di depan jeruji
tempatku di penjara “hey” seruku sambil melambaikan tangan padanya dan
memperlihatkan jejeran gigiku yang berbaris rapih dan putih.
Dia tersenyum
padaku, astaga aku terpesona lagi karna senyumannya itu. Sedetik kemudian aku
melihat kemurungan di mimik wajahnya, merasakan ada sesuatu yang mengganjal
padanya, aku merasakannya “maaf” desisnya lalu kemudian tertunduk lesu.
Aku menaikkan
sebelah alisku, memandangnya heran “maaf untuk apa?” tanyaku padanya
mengerutkan dahiku sambil tetap memandang wajahnya yang sedang menunduk.
“maaf karna
aku sudah membuatmu dipenjara” ucapnya masih dalam keadaan menunduk, aku
merasakan tubuhnya bergetar, kenapa dia sering sekali gemetar sih? Huh!
Aku kaget
dengan sesuatu yang baru saja dia katakan, karna apa? Apa karna aku
berjalan-jalan dengannya lalu kemudian aku dipenjara seperti ini? Hanya karna
itu? Jaman macam apa ini? Aku melebarkan mataku “apa yang sudah kulakukan?
Kenapa kau bilang aku dipenjara karna kesalahanmu? Jelaskan padaku, aku tidak
mengerti” ucapku padanya, tanganku meninju jeruji pembatas yang memisahkan aku
dengan gadis itu. Emosiku kini semakin meningkat, aku tidak habis pikir dengan
jaman ini, kenapa hanya karna hal itu lalu aku dipenjara?.
Aku melihatnya
menggelengkan kepalanya “kamu tidak melakukan apapun, kamu tidak bersalah,
akulah yang salah” ucapnya padaku, sambil menggenggam tanganku untuk
menenangkanku agar aku meredakan emosiku, menatap mataku dengan tatapan memohon.
Ahh tatapan itu lagi, aku tidak bisa berkutik dibuatnya.
Aku melebarkan
mataku tidak percaya dengan perkataannya, bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin
karna kesalahannya lalu aku yang di penjara? Memangnya aku siapanya? “jika itu
kesalahanmu lalu kenapa aku yang dipenjara?”tanyaku sambil mengepalkan tanganku
kesal.
Aku melihatnya
mengeluarkan air mata, astaga kenapa dia menangis? Aku mengeluarkan tanganku ke
luar jeruji untuk menghapus air mata yang mengalir di wajahnya “maafkan aku,
kumohon maafkan aku karna sudah membuatmu seperti ini” serunya dengan suara
yang serak dan bergetar, air matanya terus mengalir di wajahnya yang cantik dan
aku terus menghapus air matanya. Aku melihatnya menggigit bagian bawah bibirnya
“karna aku.. seorang ratu” lanjutnya masih dengan suara yang bergetar.
Aku
terperanjat kaget dibuatnya, apa? Apakah aku tidak salah dengar? Aku
benar-benar sudah kembali ke masa lalu, bagaimana ini? Bagaimana caraku untuk
kembali ke masa depan?.
Lalu apa
hubungannya jika dia adalah seorang ratu dengan aku di penjara? Aku masih
bingung dengan apa yang sedang kualami saat ini. Tanganku mengusap kepalaku,
tertunduk lesu masih tidak percaya dengan semuanya.
“jika kamu
seorang Ratu lalu apa hubungannya denganku? Kenapa aku di penjara?” tanyaku
kali ini aku menatap matanya dalam, memohon agar dia menjawab pertanyaanku.
Aku melihatnya
menelan ludahnya, tangannya menghapus air mata yang mulai membanjiri wajahnya
lagi “karna kita dituduh berselingkuh” desisnya pelan sambil kemudian terisak
keras, tangannya masuk ke sela-sela jeruji dan meraih bahuku “kumohon
maafkanlah aku”.
Seketika jantungku
terasa berhenti beberapa detik lalu kemudian tersadar karna sentuhannya di
bahuku, aku sangat kaget mendengar perkataannya barusan, bagaimana mungkin kita
berselingkuh? Mengetahui namanya saja belum dan astaga kita baru saja bertemu
kemarin. Aisssh jaman ini membuatku pusing, hanya karna aku berjalan-jalan
dengannya sebentar lalu kita di anggap sedang berselingkuh? Oh tuhan kenapa
jaman ini begitu konyol.
Aku
mengepalkan tangan kananku dan tangan kiriku meremas tangan kananku seraya
meredam emosi yang kini sudah semakin meningkat, menatap mata gadis itu lembut
sambil mengerutkan dahiku “kenapa kau meminta maaf padaku?” tanyaku padanya
dengan nada setengah berbisik.
Dia meremas
bahuku pelan, masih dalam keadaan menatapku “aku merasa bersalah karna
membawamu ke tempat ini” jawabnya lembut, menggigit bagian bawah bibirnya, aku
merasakan tangannya bergerak ke atas tepat ke kedua sisi pipiku, mengelusnya
pelan.
Aku masih
terdiam memandang tanah yang sangat kotor, memikirkan hal apa yang harus
kutanyakan lagi padanya, memikirkan hal yang sedang terjadi padaku, memikirkan
bagaimana nasibku kedepannya.
“ini semua
memang kesalahanku, andai saja aku tidak pergi dari jaman ini, andai saja aku
tidak penasaran denganmu, andai saja aku bisa lebih meyakinkanmu untuk tidak
mengantarku pulang dan mengikutiku pasti semuanya akan baik-baik saja” ucapnya
sambil mengelus pipiku pelan, menatapku dengan mata yang sudah sangat bengkak
akibat air mata yang tidak kunjung berhenti.
Aku merasakan
tubuhnya bergetar lagi, bagaimana ini apa yang harus kuperbuat untuk
menenangkannya? Aku tidak terima dengan perbuatan mereka yang dengan mudahnya
memenjarakanku padahal sebetulnya aku tidak melakukan kesalahan apapun, aku
tidak terima karna mereka sudah membuat gadis cantik ini menangis.
“HEY KAU
PRAJURIT BODOH CEPAT PANGGILKAN ATASANMU, AKU INGIN BICARA DENGANNYA” teriakku
kepada seorang prajurit yang sedang berjaga di depan ruang penjara ini,
tanganku mengguncang-guncangkan jeruji yang mengurungku ini hingga terdengar suara
berisik yang sangat kencang. Emosiku sudah sampai di batas puncaknya, aku sudah
tidak kuat untuk menahannya.
“jangan,
jangan kumohon” teriak gadis ini suaranya masih terdengar bergetar sambil
terisak, menahan tanganku yang masih mengguncang-guncangkan jeruji ini “kumohon
hentikan, aku pasti akan menolongmu” lanjutnya sambil terduduk lemas,
sepertinya kakinya sudah tidak kuat menahan beban tubuhnya saat ini.
Aku
menghentikan kegiatanku mengguncangkan jeruji ini, rasa bersalah menjalar ke
seluruh tubuhku, aku ikut terduduk di hadapannya, menggenggam tangannya lembut
“maaf aku tidak bisa menahan emosiku” bisikku padanya, tidak terasa aku mulai
meneteskan air mata, dengan cepat aku menghapus air mata yang tetesannya berada di ujung bibirku.
Tanganku
dengan sigap meraih tubuhnya yang dihalangi oleh jeruji besi ini lalu kemudian
memeluknya erat, aku tidak ingin dia melihatku sedang menangis jadi kuputuskan
untuk memeluknya dan membiarkannya menangis di pelukkanku.
Aku merasakan
tubuhnya yang gemetar dan degupan jantungnya yang kini hampir seirama dengan
degupan jantungku yang kian meningkat, aku merasakan tangannya mulai meraih
tubuhku dan memelukku lembut “aku janji aku pasti akan menolongmu” ucapnya
diselingi dengan tangisannya yang kian mengencang “tinggallah disini,
setidaknya satu malam hingga aku bisa menemukan cara untuk menolongmu”
Aku
menganggukkan kepalaku “aku akan menunggumu” ucapku padanya masih sambil
memeluknya, menghentikan tangisan yang sempat kukeluarkan, menghapus bekas air
mata yang membekas di wajahku.
Dia melepaskan
pelukkanku dengan lembut lalu kemudian memperlihatkan senyuman khasnya kepadaku
“aku pasti kembali” desisnya. Mata hitamnya menatapku dalam sekali seakan-akan
berkata ‘percaya padaku’.
Aku
memperlihatkan senyuman khasku kepadanya “aku percaya padamu” mataku menatapnya
balik dalam sekali, tanganku keluar dari sela-sela jeruji besi ini untuk
menghapus air mata yang tadi sempat membanjiri wajahnya.
Sedetik
kemudian dia berdiri dari duduknya lalu tersenyum kembali kepadaku, entah sudah
senyuman keberapa yang dia berikan kepadaku hari ini dan sudah pasti aku
terpesona lagi, lagi, dan lagi karenanya. “aku pergi dulu, besok pasti aku akan
kembali” ucapnya padaku, beberapa detik kemudian dia melangkahkan kakinya
menjauhiku.
Aku hanya
tersenyum dan menganggukkan kepalaku sambil memandangnya yang sedang berjalan
menjauh dariku “apakah kau tahu apa yang sedang kurasakan saat ini?” desisku
pelan sekali sehingga aku tahu hanya aku yang mendengar perkataanku ini.
*
Aku mendengar
gebrakan jeruji yang terdengar cukup keras dan aku merasakan ada beberapa
pasang kaki mendekat ke arahku yang sedang tertidur walaupun tidak dalam
keadaan pulas, sedetik kemudian aku terbangun karna hentakkan hebat dari
prajurit penjara yang menarikku secara paksa ke luar dari balik jeruji.
Aku pasrah akan
diapakan oleh para prajurit ini, hanya sedikit mendengus kesal dan
menarik-narik tanganku yang di pegang sangat keras oleh para prajurit ini.
Apakah aku
dibebaskan? Oh tuhan terima kasih, tapi kenapa mereka mmalah menarikku paksa
seperti ini? Aku seperti akan dibawa ke suatu tempat.
Saat aku
keluar dari penjara bawah tanah aku langsung di sambut oleh ratusan pasang mata
yang menatapku dengan tatapan ingin membunuh, merasakan hawa panas mengalir
disekujur tubuhku, memangnya seberapa salahnyakah diriku dimata mereka?.
Akhirnya aku
sampai di sebuah tempat yang bisa dibilang panggung lalu aku dibiarkan terduduk
dengan tangan di ikat dibelakang, aku merasakan sesuatu pasti akan terjadi,
sesuatu yang tidak menyenangkan. Terduduk di atas panggung dengan ratusan
pasang mata memperhatikanku dengan tatapan membunuh yang membuatku sangat tidak
nyaman.
Dosa apa aku
sampai bisa terbawa ke jaman penuh kekonyolan ini, haruskah aku mati disini dan
meninggalkan semua keluarga dan para sahabatku di Jakarta?. Aku tertunduk lesu
memikirkan hal apa yang akan terjadi padaku, memikirkan bagaimana caranya aku
bebas dari semua ini.
Hal yang
sangat aku tunggu-tunggu adalah pertolongan dari Gadis kemarin yang sudah berjanji
akan menolongku, hanya dia satu-satunya harapanku saat ini karna memang hanya
dia yang aku kenal di jaman ini.
Kemana gadis
itu? Kenapa dia tidak datang juga? Aku mengharapkan pertolonganmu, cepatlah
datang kumohon. Mataku berkeliling mencari-cari keberadaan gadis itu.
“okee kita
mulai eksekusinya, letakkan kepalanya ke dalam penggalan itu” seru seorang
lelaki membangunkanku dari lamunanku yang terlihat dari wajahnya sangat
menyeramkan tetapi pakaian yang di pakainya sangat mewah, apakah dia Rajanya?.
Sedetik kemudian para prajurit yang tadi menarikkupun menghampiriku dan siap
membawaku ke dalam penggalan yang berada tidak jauh dari tempatku berdiri saat
ini.
Aku sangat
kaget dengan perkataan lelaki barusan, apa? Apakah aku akan dipenggal? Tidak
mungkin. Hanya karna dituduh selingkuh lalu kepalaku akan dipenggal? Oh god
dimana perikemanuisaan di jaman ini?. Aku tidak bisa tinggal diam diperlakukan
seenaknya, aku memang tidak bersalah memang seharusnya aku membela diriku.
“aku tidak
bersalah, jangan lakukan itu, aku tidak pernah berselingkuh dengan Ratu”
teriakku kepada semua orang yang berada disini tetapi semuanya seakan tidak
percaya dengan omonganku lalu melemparkanku dengan batu. Tidak akan ada yang
bisa membantuku, oh tuhan apakah aku harus meninggal dengan tragis seperti
ini?.
Para pengawal
itu mencengkeram lenganku dan menarikku ke depan penggalan yang sudah
disediakan, aku meronta-ronta melepaskan pegangan para prajurit yang sangat
kuat ini tapi hasilnya sia-sia prajurit ini terlalu kuat.
“HENTIKAN ITU”
aku mendengar suara teriakkan dari suaranya terdengar seperti suara seorang
perempuan, apakah itu gadis yang sedari tadi kutunggu-tunggu? Ahh akhirnya dia datang
juga. Aku membalikkan tubuhku dengan perasaan senang dan benar saja suara tadi
adalah suara gadis pemberani itu. Entah kenapa aku merasakan hidupku akan
terselamatkan.
“DIA TIDAK
BERSALAH” ucap gadis itu setengah berteriak sambil menunjuk diriku dengan jari
telunjuknya “kalau ingin menghukum, hukum saja aku, aku yang membawanya kesini”
lanjutnya masih dengan suara lantangnya.
Beberapa detik
kemudian kerumunan orang yang sedari tadi melihatku dengan tatapan membunuhpun
berbisik-bisik kepada seseorang yang berada disebelahnya. Aku tidak tahu apa
yang mereka bicarakan karna semuanya terdengar sangat ramai, tidak seperti tadi
sangat sepi dan sunyi.
“tapi yang
mulia, dia—“ seru seorang yang kukira adalah pejabat kerajaan karna dari
pakaian yang dia kenakan mulai berbicara.
“DIAM, aku
tidak menyuruh kalian untuk berbicara, aku hanya ingin semua ini dihentikan”
ujarnya memotong pembicaraan pejabat kerajaan tadi, masih dengan gayanya yang
berani, pejabat kerajaan itupun langsung menutup mulutnya.
Aku sangat salut
dengan gadis itu, entah kenapa aku merasakan bahwa saat ini aku memang
benar-benar jatuh cinta dengannya. Aku tahu ini terlalu cepat tapi aku
merasakan bahwa perasaan ini bukanlah perasaan hanya sekedar menyayangi,
terlalu rumit untuk dijelaskan, aku hanya merasa bahwa aku benar-benar jatuh
cinta pada gadis ini.
Semua orang
disinipun langsung ikut terdiam, aku tersenyum memandangi sesosok gadis yang
sangat berbeda ini, ahh gadis ini begitu sempurna dimataku.
Dia lalu
menghampiriku dan memegang bahuku lalu berkata “semuanya akan baik-baik saja”
desisnya sambil tersenyum ke arahku, akupun ikut tersenyum dan menganggukkan
kepalaku lalu kemudian dia melepaskan ikatan tali yang mengikat tanganku.
Dia
menggenggam tanganku “ayo kita pergi dari sini” bisiknya padaku, semua orang
disini masih terdiam seakan-akan mereka takut kepada gadis ini, orang
menyeramkan yang kukira Rajapun terdiam membeku masih dalam keadaan melihat ke
arahku.
Dia menarik
tanganku lembut ke bawah panggung dan aku mengikutinya. Saat kami melewati
ratusan orang yang masih melihat kami dengan pandangan penuh Tanya itu langsung
menyingkirkan tubuhnya seakan-akan mempersilahkan kami untuk pergi.
Kenapa
segampang ini? Aku tahu dia adalah Ratu, tetapi kenapa bisa melakukannya
segampang ini? Apakah dia sebegitu berkuasanya di jaman ini sampai Rajapun
takut kepadanya? “Impossible” kata itu yang bisa aku ungkapkan untuk gadis
cantik yang sedang menggandengku ini.
Beberapa menit
yang lalu aku merasa bahwa hidupku akan berakhir tragis tapi semua itu langsung
lenyap dengan hanya kehadiran gadis ini, astaga aku semakin kagum kepadanya.
Kamipun
akhirnya berjalan meninggalkan kerumunan orang yang masih melihat kea arah kami
menuju sebuah hutan lebat yang tumbuh bermacam-macam tumbuhan di dalamnya
dengan pohon-pohon cemara menjulang tinggi ke angkasa. Kurasa aku tahu tempat
ini tapi dimana?.
Saat ini aku
hanya berdua dengan gadis ini karna kami sudah pergi jauh ke dalam hutan
meninggalkan kerumunan orang aku tidak tahu sedang berbuat apa. Dalam
perjalanan kami hanya diam dan memikirkan sesuatu yang berada di otak kami
masing-masing.
Aku rasa aku
benar-benar mencintai gadis ini, tapi bagaimana? Aku dan gadis ini sangat
berbeda, dia adalah ratu di jamannya dan aku hanya seorang rakyat biasa di
jamanku. Apa aku harus membawanya pergi ke jamanku lalu menjadikannya seseorang
yang selalu mendampingi hidupku? Apakah dia mau?.
“sampai”
ucapnya padaku membangunkanku dari lamunanku dan menghentikkan kakinya,
wajahnya mengarah ke wajahku sambil tersenyum lembut.
Aku menaikkan
alisku, apanya yang sampai? Aku hanya melihat banyak pohon cemara menjulang
tinggi, tidak ada apapun disini “sampai bagaimana? Disini tidak ada apapun” seruku
padanya menatap matanya dengan tatapan penuh Tanya. Ahh aku baru ingat ini
adalah hutan cemara yang berada di gunung semeru.
“Kau hanya
perlu berjalan ke antara dua pohon itu lalu kau akan kembali ke duniamu”
ujarnya sambil menunjuk arah kedua pohon yang terlihat berbeda dari pohon
cemara yang lain. Ahh jadi itu gerbang masuk ke jaman ini.
Aku
menganggukkan kepalaku tanda mengerti lalu kemudian menggandeng tangannya untuk
memasuki gerbang itu bersama. Dia terdiam di tempatnya tampa mengikutiku
berjalan, kemudian aku membalikkan tubuhku untuk melihatnya, aku melihatnya
tertunduk lesu, aku merasakan tubuhnya gemetar. “kenapa?” tanyaku padanya
sambil berjalan mendekatinya.
“tidak
apa-apa, kamu kembalilah” serunya masih dengan menundukkan wajahnya tampa
melihat ke arahku.
Aku meraih
dagunya dan menaikkannya agar dia bisa melihatku “aku ingin kembali denganmu”
ucapku selembut mungkin kepadanya, merasakan air matanya menetes ke wajahnya
“kenapa kau menangis?” lanjutku sambil menghapus air mata yang mulai membasahi
pipinya.
Dia
menggeleng-gelengkan kepalanya “tidak apa-apa, aku hanya sedih akan berpisah
denganmu” desisnya sambil memaksakan senyum.
“kita tidak
akan berpisah jika kau ingin pergi bersamaku keduniaku” ujarku sambil meraih
tangannya “aku yakin aku pasti akan membahagiakanmu disana”
“aku tidak
bisa, aku Ratu disini, aku mempunyai banyak kewajiban untuk rakyat-rakyatku”
ucapnya dengan suara yang sedikit bergetar “kau harus pergi, aku tidak akan
kenapa-kenapa disini” dia membalas mengusap jemariku lembut.
Aku menghela
napas pelan “baiklah, aku tidak akan memaksamu” desisku padanya lalu kemudian
mengecup keningnya lembut, dia tidak menolakku dan tersenyum lebar kepadaku
“aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku sangat mencintaimu” lanjutku sambil
menyunggingkan senyuman terlembut yang kupunya.
Di mengangkat
alisnya tanda tidak mengerti “mencintai? Apa itu?” tanyanya sambil mengerutkan
dahinya. Astaga apakah di jaman ini belum mengenal arti cinta?.
Aku mengusap
jemarinya lembut “cinta itu adalah perasaan ingin melindungi, memiliki dan
selalu ada di dekat seseorang yang kita cintai” tuturku padanya tersenyum
lembut ke arahnya “dan orang yang ku cintai itu adalah kamu”
Dia terlihat
terkejut dengan perkataanku barusan “a—aku juga merasakan hal yang sama”
serunya gugup dengan wajah yang memerah kemudian menundukkan wajahnya malu.
Seketika
jantungku seakan-akan berhenti beberapa detik. Astaga dia mencintaiku juga,
apakah aku sedang bermimpi? Oh tuhan gadis ini mencintaiku “kalau begitu ayo
kita pergi keduniaku dan aku akan menjadikanmu seseorang yang selalu berada di
dekatku” ucapku padanya dengan nada yang sangat bersemangat, bagaimana mungkin
aku tidak bahagia jika seseorang yang aku cintai juga mencintaiku.
“aku tidak
bisa” ujarnya dengan suara yang bergetar, sepertinya dia menangis kembali “ini
adalah kerajaanku, aku tidak mungkin meninggalkannya” lanjutnya masih dengan
wajah yang menunduk.
Seketika aku
reflex memeluknya, merasakan degupan jantungku dan dia yang semakin meningkat,
merasakan gemetar yang berasal dari tubuhnya, merasakan hal pedih yang terjadi
di antara kita. “tidak apa-apa, aku mengerti, aku pasti akan sangat
merindukanmu” seruku padanya tampa terasa air mata sudah mengalir di seluruh
wajahku “aku akan sangat merindukanmu, aku tidak tahu bagaimana caranya agar
aku bisa mengutarakan kerinduanku kepadamu nantinya” air mataku terus mengalir
tiada henti, aku mempererat pelukkanku seakan-akan aku tidak ingin berpisah
dengannya.
Dia membalsa
pelukkanku, menyenderkan kepalanya di bahuku “aku juga pasti akan merindukanmu,
kamu baik-baik ya disana, tetap ingat aku” serunya dengan suara yang sangat
serak dan bergetar.
“aku pasti
akan selalu mengingatmu dan menjadikanmu seseorang yang tetap mengisi hatiku”
bisikku ditelinganya tersenyum walau senyuman ini tidak bisa dilihat olehnya.
Sebetulnya aku ingin selalu disini berada dekat denganmu tapi aku tidak bisa,
aku harus kembali.
Dia melepaskan
pelukkanku “cepatlah pergi, sebelum rakyat-rakyatku berubah pikiran dan
memenggal kepalamu” serunya sambil terkekeh pelan dan memaksakan senyuman di
bibinya.
Aku
menghembuskan nafasku “oke-oke, oh yaa kita sudah saling mencintai tapi belum
berkenalan, aku ingin tahu siapa namamu” ujarku sambil tertawa pelan dan
menjulurkan tanganku padanya.
Dia melihat
tanganku yang di julurkan kepadanya lalu kemudian melihat ke arahku tanda tidak
mengerti, oh ayolah di jaman ini belum ada system perkenalan seperti ini memangnya?.
“genggam
tanganku dan beritahu aku namamu, begitulah cara perkenalan di jamanku” ucapku
padanya sambil terkekeh pelan.
Dia ikut
tertawa bersamaku dan menganggukkan kepalanya tanda mengerti, dia menjabat
tanganku “namaku Tribhuwana Wijayatunggadewi atau nama asliku Dyah Gitarja”
ucapnya sambil memperlihatkan senyumannya lagi.
“astaga namamu
susah sekali” terkekeh pelan “namaku Zayn Javvad Malik kamu bisa panggil aku
Zayn saja” lanjutku sambil mengusap-usap bagian belakang kepalaku, sepertinya
aku pernah mendengar nama itu.
“Zayn, zayn,
zayn, aku akan selalu mengingat namamu”
Aku tersenyum
“bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan Dyah saja?” ucapku padanya menggigit
bibir bawahku pelan.
“ahh tentu
saja boleh, tapi ini hanya untuk kamu saja yaa, semua orang disini selalu
memanggilku dengan sebutan ‘yang mulya’ soalnya” tuturnya sambil tertawa dan
menepuk pundakku pelan.
“hahaha kau
bisa bercanda juga ternyata” ledekku sambil mencolek hidungnya yang tidak
terlalu mancung itu.
Dia tertawa
manis sekali menurutku “ini untukmu, hanya untuk mengingatkanmu bahwa kita
pernah bertemu” serunya sambil menyerahkan sebuah kalung yang tadi dipakainya
kepadaku, kalung itu mempunyai liontin yang seperti sebuah batu permata
berwarna hijau daun, sangat indah.
Aku tersenyum
lalu memakainya di leherku “terima kasih” aku melepaskan sebuah jam tangan yang
melekat di tanganku lalu memasangkannya di pergelangan tangannya “aku hanya bisa
member ini kepadamu, sebagai pengingat bahwa kita pernah bersama” lanjutku
mengikuti kata-katanya sambil tertawa pelan.
Dia tersenyum
sambil melihat jam yang sekarang berada di pergelangan tangannya “benda apa
ini? Ahh bagus sekali terima kasih” serunya masih tetap memandangi jam tanganku.
“itu jam
tangan untuk menunjukkan waktu pada saat ini, dan jarum yang menunjuk
angka-angka yang berada di dalamnya menunjukkan waktu pada saat ini” tuturku
padanya sambil menunjuk-nunjuk jarum dan angka yang berada di jam tangan itu.
Aku melihatnya
menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti, “oke aku mengerti” serunya lalu
kemudian mendorong tubuhku pelan “cepatlah pergi, sudah jam lima sore, gerbang
itu akan tertutup saat matahari terbenam, jadi kau harus cepat-cepat” lanjutnya
masih sambil mendorong tubuhku.
“ahh kau cepat
sekali mengerti, oke-oke aku akan pergi” ucapku dengan nada yang pelan lalu
kemudian memeluknya untuk yang terakhir kalinya. “tetap seperti ini satu menit
saja, aku ingin mengingat bagaimana rasanya memelukmu dan merasakan degupan
jantungmu, aku ingin mengingat harumnya tubuhmu”
Aku merasakan
dia memelukku kembali “aku juga ingin mengingat semua itu” bisiknya sambil
menenggelamkan kepalanya di pelukkanku.
“terima kasih
karna kamu telah hadir di dalam hidupku”
“terima kasih
karna kamu hidupku menjadi lebih berwarna” ucapnya padaku sambil melepaskan
pelukkannya “sudah waktunya, cepatlah pergi” lanjutnya sambil mendorong tubuhku
untuk menjauhinya.
Aku tersenyum
dan menganggukkan kepalaku pelan lalu kemudian berbalik berjalan menjauhinya
sambil menggenggam liontin pemberiannya. Setelah sampai di depan pohon yang
menjadikan gerbang antara duniaku dan dunianya, aku berbalik melihatnya untuk
terakhir kalinya “selamat tinggal my Queen in my life” seruku sambil
melambai-lambaikan tanganku padanya. Aku melihat air mata sudah membanjiri
wajahnya “jangan menangis, kita pasti bertemu lagi” lanjutku meyakinkannya
walaupun aku sendiri tidak yakin akan bertemu kembali dengannya atau tidak.
Dia membalas
melambaikan tangannya padaku “aku pasti akan menunggumu” ucapnya sambil menyeka
air mata yang membasahi wajahnya.
Aku tersenyum
dan membalikkan tubuhku lalu kemudian melangkahkan kaki ke dalam gerbang yang
berada di antara kedua pohon cemara yang sekarang berada di hadapanku saat ini.
*
Aku terbangun
karna sebuah ketukan atau bisa dibilang geduran hebat dari kaca jendela
kamarku, errgghh pasti itu si blonde hair. Aku menggulung selimut yang menutupi
tubuhku dengan hentakkan yang keras. Sambil melemparkan guling ke arah jendela
tempat Niall mengetuk jendelaku tadi.
Aku berjalan
dengan langkah panjang ke arah jendela lalu menghentakkan horden dengan satu
hentakkan keras dan membuka jendela lalu melangkahkan kakiku ke balkon kamar
dan memandangi kota Jakarta yang cukup indah ini.
Aku mulai
mengingat mimpiku semalam, sepertinya mimpi itu begitu nyata, aku merasakan
sesuatu yang kurasakan di mimpiku tadi malam itu dan aku rasa aku memang tidak
sedang bermimpi. Tanganku kemudian meraba dadaku untuk mencari apakah kalung
yang di berikan oleh Gadis itu masih ada atau tidak, untuk memastikkan bahwa
kejadian itu adalah nyata.
Ada, kalung
itu ada, aku menggenggam kuat-kuat kalung yang menjadi saksi cintaku dengan
Gadis itu sambil tersenyum lebar, my Queen really real. Oh tuhan terima kasih
suah memberikanku kisah yang sangat tidak bisa kulupakan, terima kasih sudah
membuatku bertemu dengannya.
Hey sebentar
sepertinya aku pernah mengalami hal seperti ini, astaga ini kan hari dimana
keberangkatanku untuk mendaki, kenapa bisa terjadi lagi? Aku seperti mengalami de javu, jadi yang ku alami bersama gadis
itu apa? Dan arti dari kalung yang kupunya ini apa?.
No comments:
Post a Comment