4th Favourite Fanfic of 1D Fanfic Contest
“Ouchh!”
“Hey! You drop my food!”
“Oh, I’m so sorry!”
“Ganti gak?!”
“Easy, Man. It’s okay, girl.”
“Gak bisa gitu dong! Enak aja!”
“Hey, udahlah!”
“Maaf. Nanti aku ganti deh.”
“No, you don’t have to. Eh, hmm, kok kayaknya aku gak pernah lihat kamu ya?”
“Yeah, itu… aku anak baru. Kenalin, namaku (YN).”
“I’m Harry. Harry Styles.”
“Apa-apaan nih malah pada kenalan?! Makananku gimana?!”
“Sekali lagi aku minta maaf. Gini deh, jam istirahat nanti aku traktir makan
siang, gimana? You too, Harry. Anggap aja ini seb—”
“I’m Niall! Niall Horan. Nice to meet you!”
“Ah dasar!”
“Haha it’s okay, Harry. Nah, aku buru-buru nih, sudah dulu ya! Sampai ketemu
nanti siang!”
“Bye, (YN)! Apa kau senyum-senyum, Harry?”
“Dasar sok jual mahal! Jadi harus ditraktir dulu baru mau kenalan?”
“Ah diam kau! Ayo masuk kelas!”
Dan begitulah Harry, Niall, dan seorang gadis bernama (YN) memulai persahabatan
mereka.
***
“Tell me more about you, (YN)! Who are you? Where are you from? Why you moved
here?” tanya Harry antusias sambil menyeruput jusnya.
“Why you so
curious, Harry?” (YN) tertawa kecil. “Hmm, aku ini campuran. Ayahku asli
Inggris, dan ibuku Indonesia-Amerika. Aku memang sering pindah-pindah. Ini
sudah yang kelima kalinya.”
“Ooo jadi itu rahasia wajah cantiknya? Campuran tiga benua.” Gumam Harry sambil
menopang dagunya, mengamati (YN) tanpa berkedip seolah wajah (YN) adalah karya
seni tingkat tinggi.
“Sorry?”
“Ah? Gak papa kok.” Jawab Harry salting, “Tadi kamu bilang apa? Ini kelima
kalinya? Memangnya kamu pernah sudah tinggal di mana?”
“Aku lahir di Inggris, tapi setahun kemudian aku pindah ke Brazil. Umur lima
sampai sepuluh tahun aku tinggal di Indonesia di tempat keluarga ibuku. Lalu
aku pindah lagi ke Australia, setelah itu Turki, lalu aku kembali ke Inggris
lagi sekarang.”
“Kenapa bisa sampai pindah-pindah gitu sih?” tanya Harry lagi seolah belum
puas. (YN) menarik napas sebelum memulai cerita panjangnya lagi.
“Bisnis. You know, Harry, kadang aku pengin bisnis ayahku bangkrut supaya kami
gak pindah-pindah lagi. Sebenarnya aku suka sih pindah-pindah, aku jadi
mengenal banyak budaya. Apalagi waktu aku menghabiskan masa kecil di Indonesia.
Aku sering main permainan tradisional yang unik-unik yang gak ada di tempat
lain. Aku juga punya banyak teman di sana. Tapi kalau pindah terus bosan juga
kali! Berpisah dengan sahabat berkali-kali, rasanya mengerikan.”
“Wow, that’s terrible.” Ekspresi Harry menyiratkan kekhawatiran. “Ya, semoga
kali ini ayahmu benar-benar bangkrut ya?” Mereka berdua tertawa.
“Maunya sih gitu. Aku rasa bakal menyebalkan kalau suatu saat aku sampai harus
berpisah dengan kalian. I don’t know, but, I have a feeling that we’re gonna be
a good friends.” Belum-belum Harry sudah dibuat tersanjung. (YN) benar-benar
tahu bagaimana membuat orang lain merasa berharga. Meskipun orang itu baru
dikenalnya beberapa jam yang lalu.
“Yeah, me too.” Mereka berdua saling melempar senyum.
“Harry, is he always eating like that?” kata (YN) lagi sambil melirik Niall
yang menyantap menu makan siangnya dengan lahap.
“Like what? Rhino?” Harry cekikikan.
“S’ut ‘p ‘arry!” gumam Niall tidak jelas sambil memelototi Harry.
“Cute rhino.” Kata (YN) sambil tersenyum.
“Thanks, Honey!” ujar Niall sok imut. Harry mendengus kesal. “Hish! Tiga jam
yang lalu kau marah-marah di depan mukanya, dan sekarang kau panggil dia
‘Honey’?”
Niall mengangkat bahu dan meneruskan makannya. (YN) tertawa melihat kelakuan
mereka berdua. “Ayahku harus benar-benar bangkrut kali ini….”
Kemudian
tawa (YN) tiba-tiba memudar. Mulutnya terbuka. Matanya yang berbinar-binar
menatap takjub mereka yang baru saja lewat.
Di sana, di
balik punggung Harry dan Niall, ketiga makhluk paling sempurna yang pernah (YN)
lihat. Cara mereka berjalan, anggun sekaligus gagah. Tatapan mereka, tajam dan
angkuh, tapi juga mempesona. Dan penampilan mereka, persis seperti supermodel
yang dibalut seragam sekolah.
“Harry, aku
tidak salah masuk sekolah kan?” gumam (YN) sambil terus menatap mereka dari
ujung rambut sampai ujung kaki.
“Hah?”
“Ini bukan Heaven High School kan?”
“Kamu ngomong apa sih, (YN)?” Harry mulai kebingungan.
“Aku rasa aku baru saja melihat… malaikat.” (YN) menghela napas.
Niall
menoleh sekilas, lalu berbalik lagi dengan muka masam kemudian menggigit kuenya
dengan ganas. “Sudah kuduga pasti mereka!”
Harry yang juga penasaran ikut menoleh. Dan memang mereka. Who the hell are
they?
“3D Boys.” Gumam Harry dengan nada malas. Harry dan Niall saling berpandangan.
“3D?” tanya (YN) penasaran.
“Three Direction.” jawab Harry. “Dazzling, Dare, and Danger. That’s what they
said.”
“I thought it was Dictator, Dreadfull,…… and Donkey.” Niall menjentikkan
jarinya. Harry tertawa terbahak-bahak sambil memukul meja.
“Seriously, guys!” keluh (YN).
“Okay, I’m sorry, (YN).” Harry berusaha berhenti tertawa.
“Umm, mereka
itu geng 3D. Dan mereka punya band namanya Three Direction. Band gagal kalau
menurut Niall. Yang paling kanan itu Louis Tomlinson, yang di sebelahnya Liam
Payne. Dan yang itu…” Harry menunjuk seorang cowok tampan dengan rambut yang
dijambul tinggi. (YN) memperhatikannya tanpa berkedip. Jantungnya berdegup
kencang. “…dia itu bisa dibilang pemimpin mereka. Namanya Zayn Malik.”
“Zayn?! What a proper name!” seru (YN) sambil menepuk tangannya sekali.
“Apa maksudmu?”
“Zayn means ‘beautiful’ in Arabic.” (YN) menjelaskan.
“But it means ‘donkey’ here.” tambah Niall. Harry tertawa lagi. The laughter
was so damn sexy!
“Oh my God, can you stop that, Niall?!” (YN) memelototi Niall. “You’re not cute
anymore!”
Tapi Niall tetap cuek, dan Harry tetap tertawa. Terlalu keras sampai ketiga
cowok keren itu menyadarinya. Melihat Harry tertawa dan (YN) yang terus
memperhatikannya, Zayn langsung melirik ke arah mereka. Ekspresi wajahnya
menunjukkan ketidaknyamanan. Kedua alis tebal yang bertaut itu membuat (YN)
lemas seketika. Ia melambaikan tangan ke arahnya. Tapi Zayn malah menatapnya
dengan pandangan yang merendahkan sambil menyeringai dari seberang sana.
“Lebih baik jangan.” Harry memalingkan wajah (YN) dari sekumpulan supermodel
berseragam itu.
“Apanya yang jangan?”
“Mengagumi mereka. Mereka sama sekali tidak pantas untuk itu.”
“What’s wrong with you, guys?!”
“Not us. Them!”
“Ya tapi kenapa?”
“Pokoknya jangan. Mereka itu tidak seperti kelihatannya. Dari luar mereka
malaikat, tapi di dalam mereka itu… ah sudahlah! ” Harry menatap (YN) tajam,
seolah memberi peringatan.
“Ya, lebih baik dengan kita berdua saja! Iya kan, Hazza?” seru Niall.
“Yeah buddy! Finish your lunch before the donkeys grab your foods!”
***
Semakin lama (YN) semakin dekat dengan Harry dan Niall. Sikap (YN) yang ramah
dan supel membuat Harry dan Niall nyaman berteman dengannya. Mereka berdua yang
bersahabat sejak SD seperti mendapat adik baru. Mereka jadi sering kemana-mana
bertiga sekarang.
“I don’t want to move anymore, Dad.” kata (YN) suatu hari pada ayahnya. “Aku
mau meneruskan sekolah di sini sampai lulus. Aku juga mau kuliah di sini.”
“Kenapa baru sekarang kamu bilang gak mau pindah lagi?” jawab ayahnya (YN).
“Pasti ada sesuatu.”
“Sudah cukup banyak perpisahan. Aku gak mau kalau harus pisah lagi sama
teman-temanku.”
“Ayah gak janji ya? Ada kemungkinan kita akan pindah lagi ke Swedia satu atau
dua tahun lagi. Atau malah mungkin lebih cepat.”
“WHAT?!” pekik (YN) kaget. “Seriously, Dad?!”
“Kenapa kaget? Bukannya ini sudah biasa buat kamu?”
“Justru karena aku terlalu terbiasa, Yah!” (YN) yang kesal meninggalkan
ayahnya.
***
Pintu kamar
Harry menjeblak terbuka dan (YN) masuk tiba-tiba. Harry yang setengah naked
langsung panik.
“Harry aku
galau!” keluh (YN).
“Oh my God, (YN)! Ketuk pintu dulu dong!” kata Harry sambil memakai kaosnya.
“Kak Gemma bilang aku boleh langsung masuk kok.” (YN) menjatuhkan dirinya di
tempat tidur Harry, duduk dengan tangan terlipat dan muka ditekuk.
“Harry aku
galau!” suara (YN) meninggi. Mengingatkan Harry akan alasannya kemari.
“What’s wrong?” Harry duduk di sampingnya.
“Aku bakal pindah lagi.” jawabnya sedih. Tiba-tiba ekspresi Harry berubah
seperti orang yang baru saja ditampar. “Kapan?”
“Satu atau dua tahun lagi. Tapi bisa juga lebih cepat dari itu.”
“Kemana?”
“Swedia!! Padahal aku mulai betah di sini. Ini tempat kelahiranku. Dan meskipun
di sini teman dekatku cuma kamu dan Niall, aku gak mau pisah dengan kalian
berdua!”
“Me too, (YN).” Harry mengusap bahunya.
“Aaaa Harry aku harus gimana?” mata (YN) mulai memerah. Suaranya bergetar.
Harry merangkulnya.
“Sshh, don’t worry about it. Aku gak akan biarin itu terjadi. Aku yakin Niall
juga. Meskipun dia kelihatan cuek, dia juga peduli kok sama kamu. Dia pasti
juga pengin kamu tetap di sini.”
“Aku bener-bener gak mau pergi, Harry.” (YN) terisak. Harry menyandarkan (YN)
di bahunya.
“Tenang, aku bakal cari cara supaya kamu tetap di sini. Jangan nangis ya?”
<333
***
Malam itu juga Harry pergi ke rumah Niall dan menceritakan semuanya.
“Apa?! Swedia?!” pekik Niall. Harry mengangguk sedih.
“I know you wont let her go, Niall.”
“Yaah, gak ada yang traktir kita makan lagi dong?” kata Niall dengan muka
sedih. Harry langsung melotot.
“Kidding, Harry. Of course I’m sad if she leave us! Kalau dia sampai pergi kita
gak punya teman cewek lagi dan bakal dikira homo lagi! Najis!”
“You’re right, Nialler.” Harry menepuk bahunya. “Terus gimana dong?”
Niall berdiri lalu jalan mondar mandir seperti setrika. Butuh hampir lima menit
sebelum Niall akhirnya berhenti kemudian menjentikkan jarinya.
“Ahaa!”
“Apa?!” Harry bangkit dengan wajah penasaran.
“Ah tapi aku gak yakin ini berhasil...” gumam Niall, kembali mondar mandir.
“Heeh, apa?! Kasih tau aku!”
“Caranya adalah…. Ah, tapi aku gak yakin!”
“NIALL JAMES HORAN!” Harry menjerit di depan wajahnya. Niall langsung syok.
“Okay, gak ada salahnya dicoba. Sini!” Niall membisiki Harry sesuatu. Kemudian
seutas senyuman muncul di bibir Harry.
“I love you so much, Niall Horan!”
***
Keesokan harinya, Harry dan Niall segera mencari (YN) untuk memberitahu kabar
gembira ini. (YN) sedang duduk sendirian di kafetaria sambil mendengarkan
iPodnya. Begitu mereka datang, bahkan sebelum (YN) menyadarinya, Harry langsung
menodong (YN) dengan pertanyaan, “(YN)! Kamu bisa nyanyi?”
“Kenapa kalian tanya?” (YN) melepas earphonenya.
“Udah jawab aja! Bisa nyanyi apa engga?”
“Hmm… bisa.”
“Bagus?” tanya Niall. (YN) menaikkan satu alisnya.
“Aku ikut paduan suara di sekolah lamaku, Niall.”
“GREAT!” Harry memukul meja sambil tersenyum lebar. (YN) menatapnya ngeri.
“Ini!” Harry menyodorkan selembar kertas pada (YN).
“Apaan nih?”
“Ini supaya kamu gak jadi pindah ke Swedia. My idea!” Niall membetulkan
kerahnya dengan wajah songong. (YN) terkejut melihat isi kertas itu. Formulir
audisi X-Factor UK!
“Kalian suruh aku ikut ini?! Buat apaan?”
“Begini lho, (YN).” Niall duduk di samping (YN) dan merangkulnya. “Kalau kamu
ikut ini dan kamu terpilih, kamu bakal jadi artis. Kalau kamu jadi artis
berarti kamu bakal punya fans dan schedule show yang gak mungkin kamu tinggal
begitu saja kan? Dengan begitu ayahmu gak punya pilihan lain selain tinggal.
Bagaimana? Aku pintar kan?”
(YN) yang awalnya kebingungan mencerna kata-kata Niall tiba-tiba tersenyum
lebar.
“Aaaa Niall I love you fuuull!” (YN) langsung memeluk Niall saking senangnya.
“Apaan nih?” seseorang tiba-tiba menghampiri mereka bertiga dan mengambil
kertas itu. Dua orang berdiri di sampingnya.
(YN), Harry, dan Niall terkejut bukan main. Sedang apa Zayn dan teman-temannya?
“I-itu formulir X-Factor.” Jawab (YN) gugup saking terpesonanya. Habisnya Zayn
tampan seperti pangeran sih.
“Kembalikan! Itu punya (YN).” kata Niall galak.
“Kalau kamu mau ambil aja, gak papa kok. Ambil aja semua yang kamu mau!” kata
(YN) ngawur karena salting. Harry menyenggol kakinya dari bawah meja. “Apaan
sih, (YN)? Itu kan buat kamu.”
“Iih biarin aja, Harry.” Jawab (YN) sambil memandang Zayn genit.
“Nih! Siapa juga yang mau ikut acara begituan. Norak! Let’s go boys!” kata Zayn
tengil sambil membuang kertas itu begitu saja.
Sebelum mereka bertiga benar-benar pergi Harry menahan Niall yang siap meledak.
“Dasar cowok-cowok songong! Punya band gagal aja bangga!” katanya emosi.
“Mestinya tadi aku hajar dulu mereka satu-satu! Kau sih Harry, nahan-nahan aku
segala!”
“Mau hajar pake apa? Pake ayam?” sindir Harry. (YN) tertawa. Hampir
guling-gulingan di lantai.
“Stop it, (YN)!”
“Sorry, Niall. Habis kamu mukamu lucu banget sih!” (YN) mencubit pipi Niall
dengan gemas. Harry berdeham.
“Jadi... kamu mau kan ikut X-Factor?” tanya Harry menyembunyikan rasa kesalnya.
“I don’t know, Harry.” (YN) mengangkat bahu. “Sebenarnya aku mau tapi aku gak
yakin ini bakal berhasil.”
“Can you play an instrument?” sela Niall.
“Just guitar.”
“Perfect! I could play guitar too! Kita bisa latihan sama-sama! Aku akan bantu
kamu. Pokoknya kamu harus lolos! Okay?” seru Niall sambil mengajak (YN) toss.
Harry memandang kedua tangan yang bertaut itu dengan dada yang panas dan sesak
seolah ada sesuatu yang mendidih di dalam sana.
Cemburu?
***
“Three X’s. You through!”
Rasanya (YN) mau terbang. Dia berhasil lolos audisi. Turun dari panggung dia
langsung memeluk kedua sahabatnya.
“Congrats, (YN)!” kata Harry senang.
“Thank you so much, guys! Aku hutang budi nih sama kalian berdua.” kata (YN)
menahan air mata harunya.
“Sama-sama, calon artis. Kita berdua lakukan ini karena kami sayang sama kamu
dan gak mau kamu pergi. Sekali lagi selamat ya!”
Boot Camp, Judge’s House, Live Show, Grand Final. (YN) sukses di X-Factor dan
berhasil jadi pemenang ketiga. Hari ini, setelah berbulan-bulan meninggalkan
sekolah untuk berkompetisi, akhirnya (YN) kembali lagi ke sekolah.
Kalau dulu cuma Harry dan Niall yang menyapanya setiap pagi, hari ini ada
ratusan murid yang menyerbunya. Mereka menunggunya untuk minta tanda tangan dan
foto. (YN) menyambut mereka dengan gembira. Tapi rasanya ada yang kurang.
Kemana dua cowok dengan mata biru dan rambut keriting favoritnya itu?
“Missing someone?” senyum (YN) mengembang ketika mendengar suara itu sementara
memberikan tanda tangan pada salah seorang fans yang juga teman sekolahnya.
(YN) langsung menerobos kerumunan dan menemukan mereka berdiri di sana. Tanpa
ragu dia berlari sekencang-kencangnya menghampiri mereka.
“Harry! I miss you so much!” (YN) memeluk Harry erat sampai-sampai membuat
Harry hampir kehabisan napas.
“Miss you too, (YN). How’s life?”
“Spectacular!”
“You don’t want a Horan Hug?” gumam Niall yang berdiri di samping Harry. (YN)
tersenyum.
“Of course I am!” Niall langsung membuka tangannya lebar-lebar dan
membenamkan wajahnya ke dalam pelukan (YN).
“Aaah aku kangen kalian berdua.” (YN) mulai menangis.
“Hey, is that tears?” Harry menunjuk sesuatu yang berkilau di sudut mata (YN).
“Come on, you supposed to be happy!”
“It’s happy tears, Harry!” (YN) pun memeluk mereka berdua.
***
“Welcome back, Pretty!” sebuah suara mengejutkan (YN) yang sedang
berjalan sendirian melewati taman. Tidak ada siapa-siapa. Lalu tadi itu suara
siapa?
“Nice to see you again.” (YN) celingukan mencari asal suara itu.
Ternyata di
sana! Suara itu datangnya dari atas pohon. Dan yang bicara itu Zayn! Zayn Malik
sedang tiduran di atas batang pohon dengan santainya. (YN) terkejut. Apalagi
saat tiba-tiba Zayn melompat turun dan mendarat tepat di depannya.
“This is for you.” katanya sambil memberikan setangkai bunga mawar putih yang
dia petik entah dari mana. Senyum manisnya hampir membuat (YN) mati berdiri.
“A-aku? Bunga ini buat aku?” tanya (YN) gugup. Jantungnya melompat-lompat di
dalam dadanya. Tiba-tiba dia lupa caranya bernapas.
“Apa ada gadis lain di sini yang cukup cantik untuk menerima bunga ini selain
kamu?” satu alis tebal Zayn terangkat. (YN) butuh oksigen sekarang.
“Thank you.” (YN) gemetaran saat menerima bunga itu. Terlebih saat Zayn meraih
tangannya, mengangkatnya, dan menciumnya lembut. (YN) menahan diri sekuat
tenaga untuk tidak melompat-lompat sambil fangirling.
Sebenarnya
yang artis itu dia atau Zayn?
“Your biggest fan, (YN). Bye!” lalu Zayn pergi. Dan (YN) melayang.
***
“Tampar aku!” (YN) yang baru datang mengejutkan Harry dan Niall.
“Kenapa sih?” tanya Harry bingung.
“Tampar aku sek—awww!” Niall menamparnya.
“Hey, what are you doing?” bentak Harry.
“(YN) bilang minta ditampar, bukan salahku dong.” Niall membela diri. “Sekarang
baru aku tanya ada apa?”
“This!” (YN) mengangkat bunga mawarnya sambil mengusap pipinya yang panas.
“Wah, pasti dari fansmu ya?”
“Ya, my biggest fan. Aaaaarghh!” (YN) histeris.
“Dia kenapa sih, Harry?” tanya Niall sambil menggaruk kepalanya. Harry
mengangkat bahu.
“Dari Zayn.” Jawab (YN) malu-malu.
“APA?!” Harry dan Niall melotot.
“Buang gak?!” Niall berdiri dan menodong (YN) dengan telunjuknya. Harry
terdiam. Ekspresinya tidak bisa ditebak.
“Heeh enak aja!” (YN) berusaha melindungi bunganya.
“(YN), come on! Dia itu Zayn! Geng 3D! Dictator, Dreadfull…”
“Donkey! I know!” bentak (YN). “Kayaknya salah aku cerita sama kalian berdua!”
“(YN), wait!” Harry berteriak memanggil (YN) yang beranjak pergi. “Ah, gara-gara
kau sih, Niall! (YN), stop!”
Lalu semenjak kejadian itu (YN) dan Niall resmi bertengkar dan tidak saling
bicara.
“Selama dia masih terus menghina Zayn dan teman-temannya, jangan harap aku mau
bicara dengannya!”
“Selama dia masih tergila-gila pada Donkey Kong itu, jangan harap aku mau
bicara dengannya!”
***
Malam ini Harry menginap di rumah Niall dan mereka begadang sampai larut malam.
“Kau tidak
kangen (YN) ya?” tanya Harry.
“Kalau dia berhenti berhubungan dengan pasukan donkey itu, baru aku kangen!”
Jawabnya cuek sambil mengunyah pizza yang dipesannya bersama Harry.
“Niall, come on! Ini sudah sebulan lebih! Dan sekarang dia jarang main lagi
dengan kita.” kata Harry murung.
“Dia kan keasyikan bergaul dengan genk 3D itu! Harry, (YN) itu artis sekarang.
Jadi wajar kalau teman-temannya berubah dari kita menjadi anak-anak eksis
seperti mereka.”
“Kalau tau bakal begini, aku jadi menyesal dia ikut X-Factor. Kita harusnya
cari cara lain.” gumam Harry sedih sambil memandang langit malam lewat jendela
kamar Niall.
***
Harry sedang berjalan-jalan di koridor yang sepi. Dia sedang melewati deretan
lab. IPA ketika melihat mereka di sana. (YN). Zayn. Cowok itu tiba-tiba
mendorong (YN) ke sudut dan menahannya di sana dengan tangannya. And then he
kissed her passionately.
Perasaan Harry hancur berkeping-keping. Seolah ada yang menarik keluar
jantungnya dan melemparkannya ke tanah begitu saja. Karena tidak tahan Harry
berlari menghampiri Zayn, menarik bagian belakang bajunya dan mendorongnya
hingga jatuh ke lantai. Melepaskannya dari (YN) sejauh mungkin. Tidak ada yang
boleh menyentuh gadis itu.
“HOW DARE YOU!” kata Harry geram sambil meninju wajah Zayn.
“Hey, what’s your problem?!”
“HARRY!” pekik (YN) yang berusaha memisahkan mereka berdua.
“Kamu pikir dia cewek apaan? HA?!” satu tinju lagi di rahang Zayn. “Dia itu
bukan cewek yang bisa kamu perlakukan seenaknya!”
“Harry, stop it!” Harry tidak mempedulikan kata-kata (YN). Zayn yang terus
menerus dipukuli tiba-tiba bangkit dan balik menyerang Harry. Di pukulnya wajah
Harry keras-keras.
“Oh my God, please stop, BOTH OF YOU!”
“Apa salahnya aku mencium pacarku sendiri?!” Seketika Harry seperti hilang
kesadaran. Lalu dengan mudahnya Zayn membuat Harry terpuruk di lantai dengan
bekas merah di sudut bibirnya.
“Zayn, get off!” (YN) menarik Zayn, melepaskannya dari Harry. “STOP IT!”
Harry terbatuk. Darah keluar dari mulutnya. “Jadi kalian?”
“Ya! We’re in relationship right now! Do you have any problem with that?”
bentak Zayn sambil mengusap darah di bibirnya dengan jempolnya. (YN) langsung
merasa bersalah.
“No, I’m not.” Perlahan Harry bangun. Mengerang karena kesakitan. Saat (YN)
akan membantunya Zayn menahannya. “He can do it by himself, Baby.”
“Ya, aku bisa sendiri. Urus saja pacarmu itu!” kata Harry sebelum meninggalkan
mereka dengan tertatih-tatih.
“Harry!” panggil (YN) dari kejauhan.
“Ouchhh!” tiba-tiba Zayn mengerang, mencoba mengalihkan perhatian (YN) dari
Harry.
“Apanya yang sakit?” tanya (YN) khawatir sambil menyentuh wajah Zayn yang memar
dan langsung melupakan Harry.
“Bibirku. Sepertinya perlu dicium lagi.” kata Zayn dramatis sambil tertawa.
(YN) langsung meninju dadanya.
***
But I see
you with him slow dancing
Tearing me
apart cause you don’t see
Whenever you
kiss him
I’m breaking
Oh how I
wish that was meeeeee
Oh how I
wish that was me….
“Shut up, Niall!” erang Harry sambil mengompres memarnya. “Tidak lucu, tau!”
Niall tertawa. “Poor you, Harry! Whenever you kiss him I’m—”
“I said shut up!” bentak Harry lagi. “Dari mana coba kau dapat lagu itu?!”
“Setelah aku tahu darimana kau dapat memar-memar itu, aku langsung membuat lagu
ini. Bagus kan?” Niall tertawa lagi.
“Sama sekali tidak bagus!” kata Harry kesal. “Bukannya simpati malah nyindir!
Teman macam apa kau ini?!”
“Bagus tau! Dan sangat cocok denganmu.” Tambah Niall lagi. “Aku tau kok kau
suka sama (YN).”
“Eh? Memangnya kelihatan ya?”
“Astaga, Harry! Siapa pun yang pernah melihat bagaimana caramu menatap (YN)
pasti tau kalau kau suka dia!”
“Oh ya?” sambil terus mengompres memarnya Harry tersenyum. Pikirannya melayang.
“Can you see it too, (YN)?”
***
Ting tong! Bel rumah (YN) berbunyi. (YN) yang sedang santai-santai di ruang
tengah berjalan ke pintu dengan wajah bersungut-sungut.
“Siapa sih malam-malam beg—Zayn?!” Cowok tampan itu berdiri di depan pintu.
Gagah seperti biasanya. Baju kotak-kotak, varsity, sepatu kets, dan senyum yang
manis.
“Hello, beautiful!” satu alisnya terangkat. Ketampanan Zayn membuat (YN)
membeku seketika.
“Can I come in?” Zayn melambaikan tangan di depan wajah (YN).
“Ah? Ya! Of course! Come in.”
Begitu Zayn masuk ke dalam, matanya langsung mengamati bagian dalam rumah (YN)
yang menurutnya sangat menarik. Rumah ini penuh dengan barang-barang etnik yang
di dominasi kayu. Di ruang tamu ada lukisan suasana pasar di Bali, tempat di
mana (YN) menghabiskan masa kecilnya. Di bawahnya ada meja dengan deretan
foto-foto masa kecil (YN) dan keluarganya. Dari mulai di Inggris sampai
terakhir di Turki.
“Rumahmu sepi ya? Pada kemana orang-orang?” tanya Zayn sambil melepas
varsity-nya dan menjatuhkan dirinya di sofa besar yang empuk.
“Aku belum cerita ya? Keluargaku sudah pindah ke Swedia seminggu yang lalu.
Lebih cepat dari rencana, seharusnya tahun depan.”
“Terus kamu?”
(YN) tersenyum, “Aku tinggal.”
(YN)
menceritakan semuanya pada Zayn. Tentang keinginannya untuk tetap tinggal di
Inggris sampai lulus kuliah dan alasannya ikut X-Factor. Kemudian Zayn
mendekati (YN) lalu berbisik, “Jadi, sekarang kamu tinggal sendiri? Gak ada
orang di rumah?”
“Ya.”
“Jadi kita bisa bebas melakukan apa saja?” Zayn memainkan alisnya. (YN)
tersenyum lagi. “Ya. Kita bisa…. Ngapain aja.”
(YN) menatap Zayn lekat-lekat. Berharap Zayn punya ide brilian tentang apa yang
akan mereka lakukan malam ini berdua saja di rumahnya. Tadinya (YN) memikirkan
sesuatu yang lebih, tapi ternyata yang keluar dari mulut Zayn adalah sesuatu
yang tidak terduga.
“Ayo kita
kemping!” Zayn mengangkat kedua tangannya yang terkepal dengan semangat.
***
Api unggun. Tenda. Langit malam. Zayn. Bagi (YN) rasanya belum pernah ada malam
seindah ini. Walaupun kelihatannya sederhana tapi semuanya terasa sangat
sempurna. Ternyata selera Zayn unik juga.
Setelah
mendirikan tenda Zayn menghampiri (YN) yang sedang menusuk-nusuk api unggun
dengan kayu. “Suka?”
“Kok kamu bisa punya ide begini sih?”
“Kenapa? Norak ya?” Zayn duduk di sampingnya.
“No, Zayn. It’s beautiful.” (YN) melempar senyum.
“Beautiful? Maksudmu ini?” Zayn membelai wajah (YN) yang langsung merah
padam karena malu.
Tiba-tiba Zayn merebahkan tubuhnya di samping api unggun kecil buatannya itu.
Kedua tangannya terlipat di bawah kepalanya. Matanya memandang lurus ke atas.
“Lihat deh! Indah ya?” bisiknya. (YN) mendongak.
“Cuma ada
satu bintang di atas sana, Zayn. Apanya yang indah?”
“Berbaringlah di sampingku, pasti akan berbeda.” Zayn tersenyum.
Ragu-ragu
(YN) merebahkan tubuhnya di samping Zayn. Di atas rumput halaman rumahnya yang
baru saja di sulap jadi area kemping. Ia memandang lurus ke atas. Lalu
tiba-tiba (YN) merasa takjub. Entah kenapa langit itu terlihat jauh lebih indah
sekarang. Bintangnya masih ada satu, tapi dengan Zayn di sampingnya, dan
tangannya yang merangkulnya, bahkan seandainya ada jutaan bintang pun seolah
tidak ada apa-apanya dibanding ini.
“Kamu tahu
kenapa cuma ada satu bintangnya di langit malam ini?” tanya Zayn sambil
mengusap rambut (YN).
“Karena ini
di London. Kita gak bisa lihat bintang di kota besar seperti ini. Terlalu banyak
lampu.” Jawab (YN) serius.
“Salah! Tapi
karena bintang-bintang yang lain sekarang lagi ada di sampingku.” Zayn
tersenyum manis. Tiba-tiba tawa (YN) meledak.
“Bhahaha!
Jangan sok romantis deh! Itu gombalan basi tau!” Zayn ikut tertawa.
Mereka
memandang langit lagi. (YN) yang sebenarnya tersanjung dengan gombalan Zayn
tersenyum. Pikirannya melayang. Tidak pernah terbayangkan dalam hidupnya bisa
merasakan hal ini. Menjadi pemenang ketiga X-Factor bahkan terasa lebih nyata
dibandingkan dengan ini. Berbaring di samping Zayn sambil memandang bintang,
rasanya seperti sedang bermimpi.
Di tengah
lamunannya itu tiba-tiba (YN) mendengar Zayn bernyanyi.
There is no
other place that I would rather be
Than right
here with you tonight
As we lay on
the ground
I put my
arms around you
And we can
stay here tonight
Cause
there’s so much that I wanna say
I wanna say…
“I love you, Zayn.” Bisik (YN) di telinga Zayn. Zayn menoleh, ditatapnya gadis
di hadapannya lekat-lekat. Kedua mata cokelat itu saling beradu.
“Do you love me?” tanya (YN) lagi. Tapi tidak ada jawaban. Tidak ada apa-apa
selain satu ciuman lembut di pipi.
“Sudah malam. Masuklah ke tenda dan tidur!” kata Zayn lembut. (YN) yang ngantuk
berat pun menurut.
“Kamu gak mau masuk juga?” kata (YN) sebelum menutup tendanya.
“Terus kita tidur sama-sama di dalam gitu? Naaah.” Zayn menggeleng. “Aku
tidur di luar. Aku akan jagain kamu dari sini aja. Sana, masuk.” Zayn
tersenyum. Lalu tiba-tiba (YN) serasa ingin meneteskan air mata.
“Bagaimana
bisa aku tidak mencintai cowok sepertimu?”
“Sleep tight, baby. Jangan lupa mimpi aku ya?” Zayn mengedipkan sebelah
matanya.
“Good night, Zayn!” sambil tersenyum (YN) menutup resleting tendanya.
***
Setelah tahu (YN) sekarang tinggal sendiri, sekarang Zayn, Louis, dan Liam
sering menghabiskan waktu bersama di sana. Tapi kali ini bukan cuma kemping.
Dari sekedar nonton DVD sampai pesta besar pun sering mereka lakukan. Kadang
Liam dan Louis mengajak pacar-pacar mereka, Danielle dan Eleanor ikut ke rumah
(YN) dan membuat acara triple date. They six become bestfriends now.
***
Harry sedang menuju perpustakaan ketika ia tidak sengaja menemukan mereka di
sana. Bertiga seperti biasa. Salah satu dari mereka memegang majalah dengan
wajah Zayn dan (YN) sebagai covernya. Harry bersembunyi di balik dinding
sebelum belokan di lorong itu dan menguping seluruh pembicaraan mereka.
Kalau saja saat ini Harry sedang menggenggam sesuatu, benda itu pasti sudah
remuk di tangannya sekarang.
***
“Gimana hubunganmu sama Zayn?” tanya Harry hati-hati.
“Baik. Baik banget malah!” jawab (YN) antusias.
Harry
terdiam. Bingung setengah mati bagaimana cara memberitahu (YN) yang sebenarnya
kalau selama ini Zayn dan teman-temannya cuma memanfaatkan popularitasnya untuk
mendongkrak band mereka. Mereka masih band yang gagal. Gagal karena tidak bisa
menaikkan popularitasnnya sendiri, tapi malah dengan cara licik yang menyakiti
hati orang lain.
“Tentang berita-berita di majalah itu, kamu sama sekali gak keganggu ya?”
“Kenapa harus keganggu? Yang mereka tulis berita baik semua kok. Dan karena itu
juga, sekarang Three Direction jadi semakin populer. Jadi mereka bukan band
gagal lagi sekarang!” nada bicara (YN) meninggi pada kalimat terakhir.
“Justru karena itu, (YN)… justru karena itu kamu harus jauhi Zayn sekarang
juga!” kata Harry dalam hati.
“Harry?” (YN) membuyarkan lamunannya.
“Ya?”
“Lukamu belum sembuh ya?” (YN) menyentuh lembut bekas memar Harry di sudut
bibirnya. Bekas pukulan Zayn waktu itu.
“Ah? Gak papa kok.” Harry menyingkirkan tangan (YN). “Udah gak terlalu sakit,
cuma memang masih berbekas. Sebentar lagi juga hilang.”
“Aku minta maaf ya? Seharusnya waktu itu aku—”
“No, (YN). You don’t have to doing anything.” Harry menggenggam tangannya.
“It’s okay if I gets hurt, at least it’s not you.”
“Why you say this, Harry?”
Harry menarik napas dalam-dalam. “Aku minta maaf karena harus bilang ini, tapi…
sebaiknya kamu hindari Zayn dan juga teman-temannya mulai sekarang.”
Terlihat
jelas keterkejutan sekaligus kebingungan di wajah (YN). “Harry what do you mean?”
“Dia bukan
cowok baik-baik, (YN)! Zayn, Liam, Louis, Three Direction, selama ini mereka
cuma memanfaatkan popularitas kamu untuk naikin popularitas band gagal mereka!”
“Berhenti
bilang mereka band gagal!” suara (YN) mulai meninggi. “Mereka berbakat kok!
Mereka cuma belum punya kesempatan. Kalau sekarang mereka populer itu karena
usaha mereka sendiri, bukan karena aku!”
“(YN), come
on! Sejak kapan mereka mulai deketin kamu? Sejak kamu menang X-Factor kan?
Sebelum itu, boro boro! Melirik kamu sedikit pun aja mereka gak pernah!” Mata
hijau Harry menatap (YN) tajam.
“Stop it,
Harry! Sampai kapan kamu dan Niall mau jelek-jelekin mereka terus?!” (YN)
bangkit dari kursinya. “Aku tahu kamu marah karena Zayn udah mukulin kamu, tapi
bukan begini caranya balas dendam, Harry! Lagi pula, coba deh ingat-ingat lagi,
siapa yang mulai duluan?!”
“Bukan
gitu—”
“Aku gak tau
apa masalah kalian, dan aku gak peduli! Tapi yang jelas tolong jangan pernah
hina mereka di depanku. Zayn itu pacarku, dan Liam sama Louis itu
temanku. Jadi kamu jangan coba-coba jelek-jelekin mereka di depanku
karena aku gak akan percaya! Aku percaya mereka seperti aku percaya kamu dan
Niall. Aku akan melakukan hal yang sama kalau ada orang yang jelek-jelekin kamu
atau pun Niall. So, please Harry… stop it.”
“(YN),
listen to me! Zayn itu cowok gak bener!” Harry menarik tangan (YN) tapi (YN)
menghempaskannya begitu saja.
“Terus cowok
yang bener itu yang seperti apa? Seperti kamu?!” bentak (YN) di depan wajahnya.
Suaranya bergetar. “That’s enough, Harry!”
(YN) pergi.
Menyisakan Harry yang menjerit-jerit memanggil namanya. Tapi (YN) tidak pernah
menoleh. Tidak pernah bicara dengan Harry lagi. Dua orang favoritnya, dua orang
yang pertama kali dikenalnya di sekolah ini, dua alasan yang membuatnya ingin
tetap tinggal, rasanya sudah tidak ada lagi.
Selama
berminggu-minggu mereka tidak saling bicara. (YN) dan Niall masih seperti
musuh. Tapi (YN) dan Harry seperti dua orang yang tidak pernah saling mengenal.
Bahkan saat berpapasan pun mereka saling menghindar. Lebih tepatnya (YN) yang
menghindari Harry.
Selama itu
juga hubungan (YN) dan Zayn baik-baik saja. Begitu juga dengan Three Direction.
Mereka bahkan mendapat tawaran untuk berkolaborasi di sebuah acara besar bulan
depan. Perlahan popularitas Three Direction hampir menyamai (YN). Seems like
everything’s okay, rite?
Yes, it is.
Everyrthing is okay. Sampai suatu hari Harry tidak sengaja bertemu (YN) di
lorong. (YN) yang sedang berlari tiba-tiba menubruk Harry dari arah berlawanan.
“Heh, matamu
di mana sih?” pekik Harry kesal. Setelah sadar bahwa yang menabraknya adalah
(YN), ekspresi Harry langsung berubah.
“(YN)?”
panggilnya pelan.
(YN) tidak
menjawab. Wajahnya menunduk. Mereka berdua berdiri bergeming sebelum Harry
menyadari ada yang salah dengannya. Harry tercengang. Wajah (YN) basah oleh air
mata. Matanya merah dan bibirnya bergetar.
“(YN),
what’s goin’—” Harry lifted her chin softly.
“Harry…”
Tiba-tiba (YN) menghambur dalam pelukan Harry.
“Hey, what
happened?” Harry balas memeluknya erat. Mencoba menenangkannya sekaligus
melepas rasa kangennya pada (YN) selama ini. (YN) tidak menjawab dan terus
terisak. Dipeluknya Harry semakin erat seolah sedang menahan sakit yang teramat
sangat. Harry bisa merasakan bajunya mulai basah karena tetesan air mata.
“It’s okay,
(YN), it’s okay. I’m here. Menangislah kalau itu bisa bikin perasaanmu tenang.
My shoulders are always here for you.” Harry membelainya lembut.
“Forgive me,
Harry.” Suara (YN) parau. “Sorry I’m not listened to you. You’re right! He’s a
bastard! Aku—”
“Hey,” Harry
melepaskan pelukan (YN). Diraihnya wajah (YN) dengan kedua tangannya. Mata
hijau itu menatap (YN) lagi. “Abis ini kamu ada kelas apa lagi?”
“Math.”
Jawabnya.
“Ah, Math is
boring!” gumam Harry. “Tahan dulu ceritamu, gimana kalau kita makan es krim?
Kita cabut!”
***
Di tengah
kekesalannya, sambil menyambar semangkuk es krim dengan ganas, (YN)
menceritakan kebusukan Zayn dan Three Direction pada Harry. Tadi siang (YN)
tidak sengaja melihat Zayn sedang bersama Perrie, si kapten cheerleaders.
Mereka kelihatan sangat mesra. Selain itu Zayn juga bilang ke Perrie, kalau dia
hanya memanfaatkan (YN) untuk bandnya. (YN) pun langsung menghampiri Zayn dan
menghajarnya.
“That’s for
Niall!” satu tamparan keras di pipi.
“For Harry!”
satu tinju perut.
“And that’s
for our friendship that you break!” dan satu tendangan maut di bawahnya, yang
langsung membuat Zayn KO sambil bergumam, “Ooouch, my boy!”
“I was so
stupid, Harry! Coba waktu itu aku—”
“Hey,” Harry
menggenggam tangan (YN) untuk menghentikan ocehannya. “Forget about it, okay?
Kamu sudah tahu kebenarannya dan kamu juga sudah memberinya pelajaran kan?”
“Tapi Harry,
aku masih belum puas! Rasanya benar-benar sakit diperlakukan seperti itu! dia
itu benar-benar—”
“Sshhh, gak
baik ngomongin orang. Ikut aku yuk!” Harry menarik tangan (YN).
***
Roller
coaster. Kincir raksasa. Komidi putar. Balon warna-warni. Gula-gula kapas.
Harry. Sekali lagi (YN) merasa malamnya sempurna. Sehabis makan es krim Harry
mengajak (YN) ke Fun Fair. Teriak sekeras-kerasnya saat meluncur dengan roller
coaster, naik cangkir putar sampai muntah dan melupakan Zayn.
(YN) bisa
tertawa lagi berkat Harry dan boneka kucing yang diberikannya, hadiah dari
permainan lempar gelang. Harry juga merasa lebih baik bisa dekat dengan (YN)
lagi. (YN) memang tidak memberikannya boneka atau apa pun, tapi melihat senyum
(YN) rasanya sudah lebih dari cukup. Meskipun setiap saat fans (YN) datang
menyerbu minta foto bersama, dan Harry diminta untuk memotret mereka, tapi dia
sama sekali tidak terganggu. Apa pun, asal bersamanya, berarti bahagia bagi
Harry.
“Are you
happy tonight?” tanya Harry dalam perjalanan pulang sambil memakan gula-gula
kapasnya. “Maaf ya, aku cuma bisa ajak kamu ke Fun Fair.”
“It was the
best night I ever had in my life, Harry. Thank you.” (YN) tersenyum lalu
menggandeng tangan Harry.
“Oh ya?
Great then.” Harry balas tersenyum.
“Yaa,
specially for this.” (YN) mengangkat boneka kucingnya “It’s really cute. And it
looks like you.”
“Apanya yang
mirip?” protes Harry.
“Tuh, mata
kalian berdua. Sama-sama hijau dan besar!” (YN) cekikikan. Harry ikut tertawa.
Kemudian mereka berjalan lagi. Menikmati angin malam yang membelai lembut
mereka berdua.
Setibanya di
depan rumah (YN), ketika Harry akan pulang, (YN) menarik tangannya. Menahannya
agar jangan pergi. Tangannya yang satu lagi terangkat, jarinya menghapus noda
pink gula-gula kapas di sudut bibir Harry. “Thank you for tonight,
Harry.”
Harry
meletakkan tangannya di atas tangan (YN) lalu menyingkirkannya perlahan.
Ditatapnya mata (YN) dalam-dalam. Sambil mendekat, Harry mengusap pipinya.
Mereka sudah
sangat dekat. Kedua mata mereka sudah menutup. Ketika benda lembut dengan rasa
gula-gula kapas itu menyentuh bibir (YN), tiba-tiba suara seseorang
mengejutkannya.
“(YN),
masuk!” seorang cowok yang sangat mirip (YN) dengan rambut spike dan tangan
berotot berdiri di depan pagar. Secepat kilat Harry dan (YN) menjauh, tidak
sengaja saling mendorong.
“Kakak?!”
pekik (YN) terkejut.
“Kakak?”
ulang Harry sama kagetnya.
“Harry, kamu
pulang ya?” panik karena kepergok kakaknya, (YN) menyuruh Harry pergi. Kakak
(YN) menatap Harry sampai-sampai Harry salting.
“Aku pulang
dulu ya? Sampai ketemu besok!” Harry berjalan mundur sambil melambai. Tidak
bisa menyembunyikan senyum bahagianya karena kejadian malam ini.
“See you at
school, Harry!” (YN) membalas senyumnya.
***
“Harry?” suara parau (YN) keluar dari handphone Harry.
“Hallo, (YN)? Kamu di mana? Sebentar lagi masuk!” jawab Harry panik.
“Aku di bandara.”
“Di mana?!” tanya Harry setengah berteriak.
“Ayahku sakit, Harry. Bisnis kami jadi kacau, begitu juga dengan keluarga kami.
Yang kemarin di depan rumahku itu kakakku. Dia datang dari Swedia untuk…
menjemputku.”
“Well, hati-hati kalau begitu.” Jawab Harry pelan. “Salam sama ayahmu ya,
semoga cepat sembuh dan kamu bisa cepat pulang.”
“Aku gak akan pulang, Harry.” Entah karena sinyal yang buruk atau apa, tapi
Harry mendengar suara (YN) tercekat. “Aku harus tinggal di Swedia sekarang dan
menetap di sana. Harry, aku menyesal pernah berharap bisnis ayahku bangkrut.
Sekarang ini kejadian! Tapi aku gak tau kalau semua akan jadi seburuk ini. Aku
harus membantu keluargaku untuk memulai bisnis baru di sana. Aku juga udah gak
peduli lagi dengan karierku. Aku cuma mau ayahku sembuh dan keadaan membaik.
Maafkan aku karena belum mengucapkan salam perpisahan. Tapi kalau pun sempat
aku rasa aku gak akan mampu melakukannya saat melihat wajahmu.”
Begitu banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan Harry saat ini. Tapi bahkan
sebelum ia menyelesaikan satu kata pun, (YN) memotongnya.
“Sampaikan permintaan maafku ke Niall ya? Atas semua yang udah terjadi sama
kita selama ini. Karena ketololanku aku jadi memusuhi sahabatku sendiri. Tapi
aku gak pernah benar-benar marah sama dia kok. Niall dan juga kamu akan tetap
jadi dua orang favoritku sampai kapan pun. I love you so much, guys! Thank you
for everything you gave to me. Aku gak akan pernah lupain kalian. Selamat
tinggal.” Suara tangis yang pilu. Lalu telepon terputus.
Seketika Harry hancur. Seolah semua organ tubuhnya ditarik paksa dari
tulangnya, sampai cuma tersisa air mata, yang bahkan setiap tetesnya tak
kan mampu mengungkapkan kesedihan yang dirasakan Harry.
(YN) pergi. Teman, sahabat, orang yang paling Harry sayang, yang menjadi alasan
di balik setiap senyumnya, sekarang sudah tidak ada lagi. Setidaknya di sini,
di sisi Harry. Segala usahanya dan Niall untuk mempertahankannya sia-sia. Jadi
artis, X-Factor, semua itu tidak ada gunanya lagi. Dia tidak akan kembali.
Kehilangan (YN) bagi Harry sama halnya seperti kehilangan alasan hidup, dan
alasan untuk menjalaninya. Berhari-hari, berminggu-minggu, tidak ada yang Harry
lakukan selain diam. Ignore the world. Duduk dengan wajah murung menanti gadis
blasteran tiga benua itu menghampirnya dan membuat segalanya menjadi lebih baik
seperti sebelumnya, adalah rutinitas barunya sekarang. Seolah tidak ada yang
lebih penting di dunia ini selain (YN). Seolah dia menghadapi semua ini sendirian.
Seolah dia tidak punya Niall yang kehilangan sahabatnya, bukan cuma satu tapi
dua.
Seperti hari-hari suram lainnya, Niall duduk sendirian di kafetaria. Satu lagi
yang hilang setelah kepergian (YN), yaitu Niall yang begitu mencintai makanan.
Tanpa (YN) dan Harry, Niall juga kehilangan dirinya.
“Hey, where’s your mate, Leprechaun?” seseorang menyapanya tapi Niall tidak
peduli.
“Come on! Life is beautiful, Man! Sampai kapan kalian berdua hidup seperti
patung beg—”
“Can’t you just stay away from me, HA?!” Niall tiba-tiba bangkit dan menarik
kerah baju Zayn. Yes, it’s Zayn.
“Easy, Man! Aku tidak ingin cari gara-gara denganmu kok!”
“Lepaskan dia, Niall. Ini sekolah, kau tidak mau dapat masalah kan?” Louis
mencoba menenangkan Niall. Dihempaskannya Zayn begitu saja lalu dia kembali
duduk.
“What do you want from me?! Punya rencana busuk apa lagi kalian?” desak Niall.
“Wow, calm down, Man!”
“Jangan sok akrab deh! Kalian tau kan kita ini musuh?!”
“Musuh?” Liam tersenyum padanya. Begitu pula Zayn dan Louis. “Sejak kapan kita
resmi jadi musuh, Niall?”
“Sejak kalian memanfaatkan (YN) untuk band gagal kalian? Dan sejak sebelumnya?”
“Really?” Zayn memandang langit-langit. “We don’t think so.”
“Look, I’m sorry for everything, okay? Aku tahu seharusnya bukan padamu aku
meminta maaf.” Wajah Zayn tiba-tiba murung. “Karena itu aku butuh bantuanmu.”
“Kita… saling membantu.” Tambah Liam.
“What are you talking about?!”
Zayn memandang Liam dan Louis bergantian. Senyum mengembang di bibir mereka.
Lalu Liam menepuk bahu Zayn sambil tersenyum ke arah Niall. “Kau dan Harry…
suka musik kan?”
***
“Mau apa kau di sini?” tanya Harry lesu.
“Aku cuma mau memberimu ini.” Niall meletakkan gitarnya di atas meja Harry.
“Tuangkanlah semuanya ke dalam musik. Gitar ini akan membantumu untuk
melupakannya.”
“Bukannya ini gitarmu?” tanya Harry tanpa memandang Niall seolah mereka tidak
saling kenal. Niall terlalu mengingatkan Harry pada (YN), dan itu menyakitkan.
“Ya, tidak papa. Kalau cuma gitar aku masih bisa beli yang baru. Tapi kalau
sahabat, aku tidak tahu harus membelinya di mana.”
Harry
tersentak. Hatinya mencelos. Ia pun mendongak dan memandang Niall, sahabatnya
sejak kecil, yang kini terabaikan olehnya.
“She said sorry to you.” kata Harry kemudian. Sebelum keluar Niall berhenti
tepat di ambang pintu.
“Maaf aku baru bilang sekarang, tapi… dia minta maaf. She never hate you, you
know? Kau masih jadi cute rhino-nya. She loves you. You know, as a best friend,
maybe brother.”
Sebelum Niall menutup pintu, Harry bisa melihat titik yang berkilau di mata
Niall dan senyum kecil di bibirnya.
***
3 YEARS
LATER
If he’s the
reason that you’re leaving me tonight
Spare me
what you think and
Tell me a
lie
Tell me a
lie
Tell me a
lie
Tell me a
lie….
“Okay thank
you everyone! Good job!” Suara tepuk tangan membahana di ruangan itu.
“Aku keluar
duluan ya? Nanti kalian menyusul!”
Harry
berjalan sendirian di lorong berkarpet tebal itu. Ia tersenyum. Tidak pernah
terbayangkan olehnya kalau semuanya akan jadi seperti ini. Ini terlalu indah
untuk dibayangkan.
Keadaan
sudah jauh lebih baik sekarang. Dan semua itu berkat mereka. Berkat mereka
Harry merasa hidupnya kembali. Berkat mereka Harry menemukan apa yang
sesungguhnya dia inginkan dalam hidup. Musik.
Tiba-tiba
Harry seperti disihir. Tubuhnya membatu. Tidak bergerak sama sekali. Dia bahkan
tidak bernapas. Matanya terbelalak. Dan hatinya… entah bagaimana cara
menggambarkannya.
Gadis itu
berdiri kurang dari sepuluh meter di depannya. Selain pakaian mahal yang
membalut tubuhnya, tidak ada yang berbeda darinya. Wajahnya, matanya, semuanya
masih tampak sama.
Harry
berjalan mendekat. Perlahan seolah ada batu besar terikat di kakinya. Begitu ia
berdiri tepat di hadapannya, ia bertanya pelan, “Is this you?... (YN)?”
“Harry?
Wha—” belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba dia sudah berada di
dalam pelukan Harry. Dengan kehangatan yang masih sama seperti dulu.
“I miss you
so much, (YN)!” suara Harry bergetar. “Aku gak percaya akhirnya kita bisa
ketemu lagi. Ini bukan mimpi kan?”
(YN) tidak
bicara sepatah kata pun. Hanya menikmati harum dan hangatnya pelukan Harry yang
dia rindukan selama hampir dua tahun. Air mata mengalir di pipinya dan
membasahi baju Harry.
“Harry…”
kata (YN) susah payah sambil menahan rasa sakit di tenggorokannya.
“I love you,
(YN)!” kata Harry tiba-tiba. Seketika (YN) melepaskan pelukannya. Terkejut.
“Aku sudah
menunggu tiga tahun lamanya untuk mengucapkan kata-kata itu. Dan sekarang aku
lega.” Harry tersenyum.
“Kamu...
bilang apa barusan?” tanya (YN) gemetar.
“Jag alskar
dig (‘I love you’ in Swedish).” Ulangnya sambil membelai wajah (YN) lembut.
Tiba-tiba
(YN) merasa de ja vu. Seolah mereka kembali ke malam itu. Setelah pulang dari
Fun Fair di depan rumahnya. (YN) menutup matanya. Ia penasaran, apakah benda
lembut di bawah hidung Harry rasanya masih seperti gula-gula kapas?
“Yow, Harry!
Gotcha! What are you doin’—”
Benar-benar
persis seperti malam itu. Suara seseorang mengacaukan semuanya. Cowok imut
berambut pirang tiba-tiba muncul di belokan. Mulutnya terbuka.
“Niall?!”
pekik (YN) sama terkejutnya. “Harry, kamu kesini sama Niall?!”
Belum pulih
jantung (YN) karena kehadiran Niall, muncul tiga orang lain dari tempat yang
sama.
“Kalian?!”
“(YN)?!”
pekik Zayn, Liam, dan Louis bersamaan.
“Kenapa—”
“Oh my God,
(YN)!” Niall langsung berlari ke dalam pelukan (YN), membenamkan wajahnya di
leher (YN). She missed the Horan Hug so badly.
“I’m sorry,
(YN). I’m sorry for everything! Setiap hari aku berdoa supaya kita bisa ketemu
lagi. I really really miss you.” isak Niall. Sambil tersenyum (YN) membelai
rambut pirangnya, one of her favorite thing.
“(YN)…?”
tiba-tiba seseorang menarik Niall mundur agar dia bisa gantian memeluk (YN).
Niall mengumpat dalam bahasa gaul Irlandia.
“I miss you
so much, babe!” Zayn memeluk (YN) erat. (YN) terkejut sampai-sampai lupa untuk
balas memeluknya.
“Come on,
Zayn! Kau mau dihajar (YN) lagi?” Liam dan Louis tertawa.
“Aku minta
maaf ya? Waktu itu aku—”
“Forget
about it, Zayn.” (YN) tersenyum. “It never happened. Aku juga minta maaf sudah
menghajarmu waktu itu.” Zayn memeluknya sekali lagi.
“Nice to see
you again, (YN)!” Liam memeluknya singkat.
“Yeah, kapan
kita bisa nonton DVD di rumahmu lagi?” (YN) tersenyum sambil balas memeluk
Louis. “You know, Eleanor miss you so much.”
“Danielle
miss you too.” Sahut Liam. “But I can’t believe we can see you again here!”
“Neither do
I!” jawab (YN). “Kenapa kalian bisa ada di sini sih?! Berlima lagi!”
“Memangnya
kenapa kalau kita bisa sampai ke Swedia?” Harry melirik teman-temannya sambil
tersenyum jahil. Kompak membuat (YN) semakin bingung.
“No, I mean
here! Kenapa kalian bisa ke sini? Ke studio rekaman ini dan berlima?! Someone
need to tell me right now!” desak (YN) penasaran.
“You right!”
Louis menjentikkan jarinya. “Someone need to tell you. Come on, boys!
Kita sapa fans kita di luar.” Louis menggiring Niall, Liam dan Zayn sambil
melirik Harry yang langsung tersenyum padanya. Mata hijau Harry seolah berkata
“Terima kasih, Louis!”
“Wait! No!
Aku belum—” Zayn memberontak sambil terus memandang (YN).
“Come on,
Zayn! You’ve already break her heart!” bisik Liam. Louis dan Niall terkikik.
“Tapi aku
kan sudah bilang ke kalian kalau aku—”
“Eits!
Jangan coba-coba ya, Zayn? Kalau kau berusaha merebut (YN) dari Harry, aku
tendang kau sampai ke Bradford!” ancam Niall. Di tengah suara tawa Liam dan
Louis, Zayn mengeluh kecewa.
***
FLASHBACK 3
YEARS EARLIER
“Sorry. But
I think I love (YN), Perrie.”
“What?!
Zayn, we just kissed!”
“Yeah, you
ask for it! Tapi jujur aku tidak bisa berhenti memikirkan dia. Maaf, aku memang
menyukaimu tapi—”
“Enough,
Zayn! Seharusnya tadi aku biarkan (YN) menghajarmu sampai mati!”
Skip
“Kau dan
Harry… bisa main musik kan?”
“Memangnya
apa urusanmu?”
“Ada yang
ingin aku sampaikan ke (YN). Karena itu harus bertemu dengan dia.”
“Forget
about it! Kau tahu kan dia ada di Swedia sekarang?”
“Karena itu
aku butuh bantuan kalian!”
“Perlu kau
tahu kalau bandku bukan band gagal lagi! Saat ini popularitas kami sedang naik.
Aku kenal orang yang punya perusahaan rekaman yang berbasis di Swedia. Mereka
bisa mengatur supaya band ini bisa rekaman di sana. Tapi mereka merasa ada yang
kurang di band ini.”
“Ya. Otak!”
“Whatever,
Niall, dengarkan aku dulu! Mereka hanya mau mengontrak band yang benar-benar
hebat! Kalau kalian ingin bertemu dengannya di Swedia, bergabunglah dengan
bandku. Kita ciptakan musik yang bagus supaya kita bisa punya kesempatan untuk
rekaman di sana!”
“Kenapa kau
mengajak kami berdua?”
“Karena aku
tau kalian berdua bisa main musik. Dan aku tahu kalian hebat. Selain itu juga……
yang dia ingin temui itu kalian, bukan kami apalagi aku. Aku cuma ingin bilang
maaf padanya, and I think I…. I love her.”
“What are
you talking about, Zayn?”
“I don’t
know, Liam. Tapi seperti itulah perasaanku. Entah kenapa aku tidak bisa
berhenti memikirkan dia. Gara-gara sandiwara itu, aku malah jadi suka betulan!
But don’t worry, Niall, aku tidak akan mengambil dia lagi kok. Tujuanku adalah
supaya aku bisa bertemu dia dan meminta maaf. Cuma itu. Dan… untuk mengakhiri
perang dingin yang tidak jelas asalnya ini dengan kalian berdua.”
“Harry bisa
bernyanyi. Suaranya bagus. Tapi aku rasa dia perlu waktu. Aku akan coba
pelan-pelan membujuknya supaya dia mau main musik lagi.”
“Beri tahu
Harry alasannya, Niall. Dia pasti tidak akan menolak.”
***
PRESENT DAY
“Akhirnya kami bergabung di band yang sama. Dan yang mengejutkan ternyata musik
kami cocok. Itu juga yang membuat kami berlima jadi kompak. Melalui musik hidup
kami jadi lebih… I don’t know, more colorful? Yang jelas kami jadi sahabat
sekarang. Kami juga sepakat untuk mengubah nama band ini dari Three Direction
menjadi One Direction. Dan untungnya orang-orang suka dengan konsep baru band
ini! Orang kenalannya Zayn itu mengontrak kita dan akhirnya, di sini lah kami
sekarang. Rekaman untuk album kedua kami.” Harry mengakhiri ceritanya.
“Aku senang akhirnya kalian akur berkat band ini.” (YN) tersenyum. “Dan One
Direction, aku rasa itu nama yang bagus. It’s sounds better than Three
Direction.”
“Kamu tau alasannya kenapa kami memilih nama itu?” Harry tiba-tiba
berhenti di depan sebuah toko dengan jendela yang besar. Diraihnya tangannya
(YN).
“The reason is you, (YN).” Harry menggenggam tangan (YN). “Itulah alasannya
kenapa band ini bisa ada. Alasan aku, Niall, Zayn, Liam, dan Louis bisa jadi
seperti ini. Alasan kami bisa merasakan pengalaman yang luar biasa sebagai satu
band. Dan aku yakin kamu menyimak ceritaku, kalau tujuan band ini dibuat adalah
supaya kita bisa punya kesempatan untuk ketemu kamu lagi di sini.”
(YN) hanya
bisa terdiam dengan matanya yang berkilauan. Kata-kata Harry terlalu indah
baginya. Mana mungkin dia seberarti itu bagi mereka. Mana mungkin semua ini
bisa terjadi karena dirinya.
Mungkinkah?
Harry
menghapus air matanya perlahan. Tidak peduli mereka sedang berada di jalan yang
ramai, orang-orang berlalu lalang di sekitar mereka. Dengan fans One Direction
dan (YN) yang bisa muncul kapan saja dan menyerbu mereka, Harry tetap mendekat.
Begitu dekat sampai mereka bisa merasakan hembusan napas satu sama lain. Untuk
pertama kalinya setelah tiga tahun, tanpa ada suara apa pun yang akan merusak
segalanya, (YN) bisa merasakan sensasi manis gula-gula kapas itu sekali lagi.
“And towards
on you… is my direction.” Bisik Harry kemudian.
***
No comments:
Post a Comment