Juara Harapan 1 #1DFanficContest13
by Alvianita Febriani , 18
HLS
“Hei! Gadis pemalas. C’mon wake up! And let’s
help me to make breakfast!”
Aku membuka selimut sebatas leher untuk melihat
orang menyebalkan yang menggangguku dengan suaranya yang seperti nenek-nenek
dikejar setan itu.
“Keylaa, kau cari makan di luar saja, atau
menumpang di tempat kekasihmu. Aku sedang malas memasak hari ini,” ucapku
serak. Ya, saudari kembarku itu memang tidak bisa memasak. Jangan pedulikan
kalimatnya yang memintaku untuk membantunya membuat sarapan. Aku yang membuat
sarapan sedangkan dia yang membantuku menghabiskan makanan yang aku buat.
“Aku sedang sakit. Kau tidak kasihan kepadaku?
Saudara macam apa kau ini?”
“Kau sakit? Haha, jangan membual kau Kaylaa
Hawthorne. Itu hanya kamuflasemu saja agar tidak memasak kan? Kau sudah bosan memasak
untukku? Kau tidak mau masak untukku lagi? Lalu aku harus makan apa?” Oh DAMN,
kenapa dia sangat menyebalkan sekali, hah? Lihat saja tampangnya yang sok
memelas itu membuatku ingin muntah. Kenapa dia sangat berlebihan sekali? Pasti
itu karena dia sering bergaul dengan Badboi si Zayn Malik. Aku memilih diam
mengabaikannya.
“Kaylaaa. Oh. C’mon please? Cacing-cacing di
perutku sudah berteriak minta makan? Bagaimana kalau mereka malah memakan
jantungku kalau tidak cepat-cepat di beri makan? KAYLAAA─”
“OH DAMN SHIT! BISAKAH KAU TIDAK BERLEBIHAN
SEPERTI ITU, KEYLAA?” teriakku. Aku membuka selimutku kasar dan berjalan menuju
dapur untuk membuatkannya sarapan. Aku sering berpikir untuk memberi racun
tikus ke makanannya supaya dia berhenti menggangguku. Oh, yang benar saja, aku kan
kembarannya tapi aku merasa lebih menjadi seperti Mama untuknya. Yah, kami
hanya tinggal berdua di sebuah apartemen yang disewakan orang tua kami. Mom and
Dad ada di Paris, tentu saja karena urusan pekerjaan. Aku pernah berpikir untuk
ikut mereka dan kuliah disana. Tapi kembaranku yang menyebalkan itu merengek padaku
agar menemaninya di London, dia tidak mau pindah karena pujaan hatinya ada
disini.
“Kaylaa, kau benar-benar sakit? Kau terlihat
pucat sekali dan…….jelek,” ucapnya dengan wajah polos yang membuatku malah ingin
mencakar wajahnya habis-habisan. Biar si Zayn Malik yang sangat digilainya itu
meninggalkannya. Oh, kenapa aku jahat sekali padanya?
“YA!” sahutku ketus.
“Kenapa kau seperti itu? Apa sakit bisa membuatmu
lebih galak dari anjing kamar sebelah?” aku ingin sekali memukul kepalanya
sekarang juga. Dia sangat konyol, itulah enaknya hidup bersamanya. Selalu ramai
dengan celetukannya yang sering kali membuat orang sakit hati. Kalau aku sudah
kebal, tapi tak jarang juga aku marah padanya karena dia kelewatan, seperti
sekarang ini.
Aku berdiri di depan meja dapur dan mulai
menyiapkan bahan apa saja yang akan aku gunakan untuk membuat sarapan
kembaranku yang seperti kerbau bunting itu.
Wajahku semakin pucat dan tenggorokanku terasa
gatal. “UHUKK”
“Aish, kukira kau hanya pura-pura. Tapi ternyata
kau memang benar-benar sakit, kau demam,” gerutunya sambil menampar pipiku
pelan. Aku hanya menatapnya tajam.
“Ayo tidur sweet girl, cepat sembuh dan temui
cupcake lalu lamar dia dengan cara yang romantis. Okay,” dia hanya nyengir dan
berlalu ketika menyelesaikan kalimatnya.
Cupcake. Ah, aku jadi ingat Pria manis berwajah
tampan itu. Aku sering sekali memanggilnya cupcake karena keahliannya membuat
cupcake dari pada aku. Sedang apa dia sekarang? Sudah beberapa hari ini dia
tidak menghubungiku. Apa dia lupa padaku? Dasar artis, lagi pula apa untungnya
kalau dia ingat padaku?
Yayaya, aku bukan kekasih, atau pun mantan
kekasihnya. Errr… entah dia bisa disebut temanku atau bukan. Begini saja, dia
teman segrup Zayn di One Direction, dan Zayn adalah kekasih kembaranku yang
semoga saja bisa berlanjut ke pelaminan.
Kau ingin tahu bagaimana aku bisa kenal dengan
cupcake itu? Okay, dulu sekitar setahun yang lalu ketika Keylaa baru saja
menjalin hubungan dengan Zayn, setiap hari dia seperti orang kesetanan yang selalu
menonton video One Direction dan memuja betapa tampannya Zayn. Padahal
sebelumnya dia juga sama sepertiku, tidak pernah tertarik dengan hal-hal
seperti itu. Bahkan Keylaa baru tahu kalau Zayn itu personil one direction
setelah mereka berpacaran.
Lalu suatu ketika, dia mengajakku menonton konser
mereka. Dia terus saja bertanya siapa yang menarik perhatianku atau siapa yang
menurutku paling tampan, lalu aku menunjuk Harry karena dia berdiri dekat
dengan posisi kami. Dan kau tahu apa yang terjadi? Besoknya ada orang yang
mengirimiku pesan singkat dan mengaku sebagai Harry. Aku yakin itu pasti ulah
Keylaa dan kekasihnya yang mirip setan itu.
Aku dan Harry sering bertemu, entah ketika dia
ikut Zayn menemui Keylaa di apartemenku atau ketika aku menemani kembaranku itu
menemui Zayn di basecamp yang tentunya ada Harry juga. Dan ya… karena Harry
orang yang menyenangkan dan sangat manis, aku jatuh cinta padanya. Seperti di
film-film bukan?
“Kaylaa, kenapa kau malah melotot dan tidak tidur?
Aish, kau merindukan cupcakemu? Apa perlu aku menyuruhnya kesini?” aku melirik
gadis itu sinis.
“Lakukan saja kalau kau ingin aku ikut Mom and
Dad,” ancamku.
“Okay whatever. Aku sudah pesan bubur untukmu,
ini masih panas. Ayo cepat makan!” ucapnya sambil meletakkan nampan berisi
semangkuk bubur dan segelas air putih di meja samping tempat tidur.
“Suapi aku, saudari kembarku yang cantik,”
pintaku dengan nada yang sedikit manja. Dia pasti akan mengamuk setelah ini.
“WHAT THE HELL? itu benar-benar menjijikkan. Seperti
pasangan lesbi saja,” sungutnya kesal. Sedangkan aku hanya tersenyum penuh
kemenangan karena berhasil membuatnya merengut.
“Kau pikir aku sudi?” balasku.
“Ya sudah, ini buburnya. Dimakan sampai habis,
aku tidak mau uangku terbuang sia-sia hanya karena tingkah manjamu kambuh,”
ujarnya datar. Benar-benar calon ibu rumah tangga yang baik. Sangat pelit,
semoga saja suaminya kelak tidak mati karena kekurangan gizi.
Aku mengambil mangkuk bubur yang disodorkannya
dan mulai memakan bubur yang ternyata disampingnya juga ada dua cupcake cokelat
kesukaanku itu. Aish… membuatku ingat cupcake itu lagi.
“Ngomong-ngomong, kenapa kau sakit? Kau tidak
sedang sekarat karena merindukan cupcakemu kan?” tanyanya dengan menatapku
curiga.
“Kau tahu tidak? Aku ingin sekali melempar bubur
ini ke wajahmu, Keylaa,” ucapku lalu tersenyum manis. Sedangkan dia hanya
tersenyum polos menanggapi perkataanku. “Kemarin aku kehujanan, kau tahu
sendiri kan kalau aku tidak suka hujan.”
“Wow, kau miskin sekarang? Bahkan payung saja kau
tidak punya? Miris sekali,” ledeknya dengan ekspresi prihatin yang menyebalkan.
“Mana aku tahu kalau kemarin akan turun hujan!”
sahutku ketus dan menjejalkan bubur dalam takaran banyak ke dalam mulutku.
“Kau ingin mati muda?” tanyanya dengan mata berbinar.
Aku hanya diam tak menyahutinya.
Aku meletakkan mangkuk bubur yang isinya sudah
kosong ke tempatnya semula dan mengambil air lalu meneguknya hingga habis.
“Anak pintar. Sekarang cepat tidur! Awas kalau
aku kembali kau masih bangun, akan kupanggil cupcakemu kemari dan mengumbar
aibmu kepadanya,” ancamnya. Aku diam dan menarik selimutku sampai menutupi
kepalaku. Aish, kenapa dingin sekali?
***
Aku mengerjapkan mataku berkali-kali karena silau
dengan cahaya lampu kamarku. Aku melirik jendela kamarku yang sedikit terbuka.
Gelap. Apa sekarang sudah malam? Astaga… berarti aku tidur sangat lama sekali.
Kenapa kepalaku malah terasa berdenyut-denyut seperti ini? Dan tubuhku rasanya
sangat lemas sekali. Apa aku belum sembuh?
“Kau sudah bangun? Apa masih pusing? Dari tadi
demammu tidak turun, tapi malah semakin parah. Besok kita ke dokter, okay?”
ucapnya lalu meletakkan baskom yang tadi dibawanya ke meja. Dia mengambil
handuk kecil yang bertengger di dahiku, mencelupkannya ke dalam baskom lalu
memerasnya dan meletakkannya lagi ke dahiku.
“Kau menungguiku dari tadi?” tanyaku serak. Bahkan
tenggorokanku sakit sekarang, dan hidungku mampet.
“Tentu saja. Bagaimana kalau ada sesuatu terjadi
padamu kalau aku tidak menungguimu? Aish… Mom and Dad pasti akan membuangku dari
daftar warisan keluarga Hawthorne yang sangat banyak itu,” sungutnya sambil
mempautkan bibirnya. Aku tersenyum, ternyata dia masih perhatian padaku.
Saudariku memang sangat baik, hanya saja terlalu gengsi menunjukkannya.
“Kau haus?” tanyanya. Aku mengangguk karena
tenggorokanku benar-benar sakit.
Keylaa membantuku minum. Aku sedikit lega ketika
air itu melewati tenggorokanku yang kering. Tapi tetap saja tidak mengurangi
rasa sakitnya. Aish, aku benar-benar menyedihkan.
“Kaylaa, dari tadi cupcakemu terus-terusan meneleponmu.
Karena bunyi dering ponselmu sangat berisik makanya aku copot saja baterainya,”
ucap Keylaa sambil menunjuk iphoneku yang telah terpisah dengan baterainya di
nakas tepat di samping baskom berisi es itu berdampingan dengan iphone miliknya
yang dibeli karena patungan dengan Zayn.
“Biar saja,” ucapku dengan suara yang tetap serak.
Hah, benar-benar menyebalkan.
Keylaa melirik ponselnya yang bergetar lalu mendengus.
“Lihat, bahkan dari tadi cupcake itu juga mencoba menghubungiku. Apa maunya,
hah?”
“Angkat saja,” ucapku masih dengan suaraku yang
mengerikan. Keylaa menuruti perkataanku untuk menerima telepon dari Harry itu.
“Apa?” tanya Keylaa dengan nada malas ketika
sudah tersambung.
“Hei! Kemana saudari kembarmu? Kenapa dia
tidak menerima teleponku dan malah mematikannya? Kenapa sekarang dia tidak bisa
di hubungi? Apa sekarang dia ada di dekatmu? Kalau iya, cepat berikan padanya
sekarang! Hei! Keylaa, jawab aku! Aku benar-benar khawatir padanya. Astaga,
kenapa kau tidak menjawabku? Kau punya dendam apa padaku sampai kau setega itu
padaku?” jawab suara di seberang. Ya, Keylaa mengaktifkan loudspeakernya.
Aku ingin tertawa mendengar cerocosan cupcake itu dan juga wajah Keylaa yang
seolah-olah ingin membanting ponselnya yang lumayan mahal itu.
“Sudah? Astaga Harry Styles, apa kau selalu
seperti ini jika menelpon Kaylaa? Pantas saja dia muak padamu. Apa kau tahu?
Dia sengaja tidak mengangkat telepon darimu dan berniat ganti nomor karena
terganggu olehmu,” aku terkekeh mendengar jawaban Keylaa yang tentu saja hanya
bualan saja.
“Hahaha, jangan bercanda Keylaa. Mana mungkin
Kaylaa seperti itu. Kemana dia sekarang?” tanya Harry.
“Dia belum pulang.”
“Astaga, ini sudah malam dan kau
membiarkannya berkeliaran di luar? Bagaimana kalau dia diculik lalu
diapa-apakan oleh preman-preman di luar sana? Saudara macam apa kau─. Astaga
louis, aku tidak selingkuh dengan Keylaa. Aku hanya menanyakan tentang Kaylaa.
Ini semua juga gara-gara kau dan rencana bodohmu itu,” sahut cupcake itu.
Dan sepertinya dia sedang digoda oleh Louis.
“Kaylaa memangnya belum memberitahumu? Dia sudah
punya kekasih, dan dia pergi dengan kekasihnya. Mungkin dia menginap di rumah kekasihnya
sekarang,” ucap Keylaa santai. Aku melotot ke arahnya sedangkan dia hanya
menjulurkan lidahnya ke arahku dan tersenyum penuh kemenangan. Aish, aku
benar-benar ingin mencekiknya sekarang juga. Aish, pasti cupcake itu berpikir
bahwa aku gadis gampangan yang mau saja diajak menginap. Aish, makin lama
bualannya makin tidak lucu.
“HOLLYSHIT! KENAPA BISA SEPERTI ITU, HAH? KAU
JANGAN BERCANDA, ITU SANGAT TIDAK LUCU!” teriak cupcake itu dari sana. Ah,
mati di tanganku kau Keylaa.
“Itu karena kau terlalu lambat. Kalau begini menyesal
kan?” ucap Keylaa penuh ejekan, lalu mematikan teleponnya.
“HAHAHA. Cupcake itu pasti sedang kebakaran
jenggot sekarang,” tawa Keylaa lepas begitu saja, dia bahkan memukul-mukul
kakiku tanpa sadar. Sakit.
“Kau puas? Awas saja kau. Aku akan merebut Zayn
darimu kalau sampai cupcake idiot itu percaya dengan bualanmu,” teriakku dan
aku menyesalinya karena tenggorokanku tambah sakit.
“HAHAHAHAHAHAHA.”
Aku hanya menatap Keylaa sebal karena tawanya tak
kunjung berhenti. Tertawa diatas penderitaan orang lain, Aku bangkit dan
mengambil ponselku yang tergeletak mengenaskan. Aish, kapalaku pusing sekali.
Aku memasang baterai ponselku dan menyalakannya. Dan benar saja, terdapat
puluhan panggilan tak terjawab dan dan juga puluhan pesan tak terbaca. Semuanya
dari orang yang sama, Pria berwajah tampan bernama Harry Styles itu. Baiklah, aku
akan meneleponnya duluan dan mengklarifikasi bahwa semua yang dikatakan Keylaa
itu bohong.
Cupcake calling…
Baru saja aku akan meneleponnya, tapi dia sudah
menghubungiku duluan. Okay, aku bisa menghemat tagihan pulsa. Aku berbaring
lagi karena kepalaku masih berdenyut-denyut. Lalu aku menekan tombol call dan
menempelkan ponselku di telinga kananku.
Aku mendengarnya bernafas lega di seberang. Lalu
diam beberapa saat, hanya suara tawa Keylaa yang masih saja terdengar. “Kau…
dimana?” tanyanya pelan, tidak menggebu-gebu seperti pada Keylaa tadi.
“Di kamar,” jawabku serak. Aish, aku benar-benar
tidak senang dengan suara seperti ini.
“Kau tidak apa-apa?” tanyanya dengan
nada khawatir. Pasti dia tahu aku sedang sakit, makanya dia bertanya seperti
itu.
“Ya,” jawabku singkat.
***
Harry Styles POV
“Itu karena kau terlalu lambat. Kalau begini
menyesal kan?” ejek Keylaa lalu mematikan sambungan teleponnya. Aish, aku
benar-benar ingin melempar apapun sekarang.
“SHIT! KEYLAA! KEYLAA! BETAPA MENYEBALKANNYA
DIRIMU” hah, benar menyebalkan.
“Why? Keylaa memutuskanmu? Sudah kubilang jangan
selingkuh dengannya,” aku melirik tajam orang yang duduk disampingku ini, Louis.
“Kaylaa punya pacar,” sahutku singkat. Aku tidak
ingin berdebat urusan tidak penting dengannya.
“Oh, bukankah bagus? Kenapa wajahmu malah
frustasi begitu?” tanyanya menyebalkan. Apa dia buta? Aku menyukai ah tidak,
aku mencintainya. Padahal aku yang meminta saran padanya bagaimana caranya
mengetahui agar dia juga mencintaiku atau tidak.
“Aish, aku mencintainya Louis, dan gara-gara
saran bodohmu itu semua jadi seperti ini,” aku mengacak-acak rambutku frustasi.
Bagaimana ini? Bagaimana kalau yang dikatakan Keylaa tadi benar?
“Ah, iya. Aku baru ingat,” ujarnya dengan
cengiran aneh di wajahnya.
Aku hanya melirik Louis kesal. Hah, gara-gara aku
konsultasi padanya tentang bagaimana caranya mengetahui perasaan Kaylaa padaku,
aku malah jadi seperti ini. Louis menyuruhku untuk tidak menghubungi Kaylaa,
karena menurutnya kalau Kaylaa mencintaiku maka dia akan merindukanku lalu
menghubungiku duluan. Dan betapa bodohnya aku karena melupakan fakta bahwa
Kaylaa tidak akan menghubungi duluan atau dia akan menghubungimu kalau kau
memintanya menghubungimu duluan. Bahkan pada orangtuanya pun dia seperti itu.
Bagus sekali Harry Styles.
“Kenapa kau tidak menghubunginya dan menanyakannya
langsung pada Kaylaa?” usul Liam yang langsung membuatku menoleh cepat kearahnya.
Entah kenapa aku yakin kalau Kaylaa juga mencintaiku.
Firasatku berkata begitu dan juga karena insting lelaki mungkin? Aish, aku
tidak tahu. Tapi yang jelas aku yakin itu. Aku menghubunginya karena khawatir
dia sudah melihat video music one direction terbaru dimana aku harus melakukan
adegan berciuman dengan Cara Delevigne seorang model di video music last first
kiss. Bagaimana kalau dia sakit hati lalu bunuh diri? Astaga, membayangkannya
saja membuat perutku bergejolak.
Aku mencoba mengikuti saran Liam untuk menghubunginya
dan bertanya langsung padanya tentang kebenaran ucapan Keylaa, saudari kembarnya.
Aku menekan speed dial nomor tiga di ponselku, karena dia suka angka tiga.
Aku hampir saja melonjak kegirangan karena
tersambung. Tapi aku masih was-was, takut jika dia tidak mengangkat telponku
mereject panggilanku seperti tadi. Tapi ternyata dugaanku salah, dia mengangkat
telponku. Aku bernafas lega, lalu aku mengernyit heran ketika mendengar tawa
yang menyebalkan milik Keylaa, tentu saja karena tidak mungkin Kaylaa akan
tertawa mengerikan seperti itu. Mendadak pemahaman muncul dalam otakku. Pasti
Keylaa telah membohongiku. Tadi dia bilang kalau Kaylaa keluar bersama pacarnya
kan? Tapi kenapa aku malah mendengar suara tawanya? Tidak mungkin kan kalau dia
ikut kencan bahkan menginap?
“Kau… dimana?” tanyaku pelan, aku sudah tidak
sepanik tadi ketika menghubungi Keylaa.
“Di kamar,” jawabnya serak lalu disertai
seperti ada suara isakan yang sangat memilukan. Astaga… apa dia sudah melihat
foto itu dan menangis seharian sampai-sampai tidak mau menerima teleponku?
“Kau baik-baik saja?” tanyaku konyol. Tentu saja
dia tidak baik-baik saja. Aku pasti juga akan sangat sakit hati kalau
melihatnya berciuman dengan pria lain walau pun karena tuntutan pekerjaan.
“Ya,” jawabnya dengan suara yang tetap
serak disertai isakan yang memilukan.
“Maaf,” ucapku pelan. Gara-gara aku dia seperti ini.
“Untuk apa? Aku yang harusnya minta maaf,”
isakannya makin kencang lalu aku dengar dia mengumpat pelan. Dia berdehem
mengambil nafas dalam-dalam. Sebegitunyakah efek foto itu untuknya? Aku
menggigit bibir bawahku.
“Ini sudah malam. Kau tidak tidur?”
“Aku… tidak bisa tidur,” jawabnya dengan
suara yang tetap serak. Aish, pasti dia sangat tersiksa sampai tidak bisa tidur
seperti ini.
“Tidurlah, istirahatlah dengan baik. Get well
soon” ucapku. Aku tidak tahan mendengar suaranya yang seperti itu. Jahat sekali
aku membiarkan Kaylaa seperti itu.
“Ya,” jawabnya. Lalu memutus sambungan
telepon. Aku sedikit lega, setidaknya ucapan Keylaa tadi tidak benar.
“Bagaimana?” aku terkejut ketika mendengar
seseorang bertanya kepadaku. Aku menoleh kesamping dan ternyata Liam.
“Astaga, kau membuatku kaget, Liam.”
“Kau saja yang aneh, dari tadi aku disini tapi
kau malah tidak menyadarinya,” Liam melirikku sinis.
Aku tidak menjawabnya. Apa Kaylaa benar-benar
sakit hati karena foto itu? Kalau iya berarti dia juga mencintaiku. Ah, senang
sekali rasanya. Baiklah, besok aku akan menemuinya dan meyakinkannya kalau aku
hanya acting dan yang kucintai hanya dia seorang. Oh, kau benar-benar tampan
Harry Styles.
***
Ting Tong
Aku menekan bel apartemen yang di tempati oleh
dua saudara kembar yang sama-sama cantik itu. Tapi Kaylaa lebih cantik
tentunya, HAHA. Ah, entah kenapa aku senang sekali hari ini. Apalagi jika
mengingat kalau Kaylaa sampai menagis seperti itu karena melihat fotoku yang
berciuman dengan Cara, pasti dia sangat mencintaiku sekali.
“Mau apa? Kenapa kau tersenyum seperti itu.
Wajahmu tambah jelek sekali, kau tahu?” aku kaget mendengar seseorang bicara di
depanku. Aku menoleh dan mendapati Keylaa bersandar di daun pintu dengan tangan
terlipat di depan dada.
“Mana saudari kembarmu?” tanyaku dengan senyum
yang kuberikan semanis mungkin pada calon iparku ini.
“Kaylaa? Dia tidak ada. Dia pergi bersama
pacarnya sejak pagi tadi,” jawabnya cuek. Aish, untung saja Kaylaa tidak seperti
ini.
“Jangan membohongiku lagi. Pagi kapan maksudmu,
hah? Bukankah ini masih jam delapan?”
“Lalu? Aku tidak berbohong dan aku tidak pernah
berbohong. Aku hanya membual saja. Jadi, sekarang lebih baik kau pulang. Anak
manis dilarang bermain di rumah orang pagi-pagi,” ucapnya dengan tampang sok manis
dan juga sok polos. Aish, lagi pula apa itu? Dia pikir aku anak kecil?
“Keylaa! Kau kemanakan laptopku?” aku mendengar
teriakan dari dalam. Dan itu suara Kaylaa. Aku menatap penuh kemenangan ke arah
Keylaa. Dia hanya membalas tatapanku dengan tatapan datar. Lalu melengos masuk
ke dalam tanpa menutup pintu. Aku ikut masuk lalu menutup pintu apartemen
mereka.
“Di ruang belajar. Aku masih pinjam. Kau pakai
computer saja Kaylaa,” teriak Keylaa menjawab teriakan Kaylaa.
“Yang benar saja! Cepat kembalikan atau aku turun
dari ranjang sekarang juga,” ancam Kaylaa. Tapi aku belum melihatnya karena dia
ada di dalam kamarnya.
“Jangan manja, kalau kau mau turun dan
membuatkanku sarapan silahkan saja. Tapi awas kalau kau tiba-tiba pingsan, aku
akan membiarkanmu tergeletak mengenaskan di lantai,” jawab Keylaa santai.
Astaga, bisakah dia bersikap lebih manis?
“Ya sudah. Aku marah padamu,” jawab Kaylaa dengan
nada kesal.
“Apa aku boleh masuk dan menemuinya?” tanyaku
minta izin pada Keylaa.
“Silahkan saja asal kau jangan memperkosanya,”
jawabnya acuh. Ya Tuhan, kenapa dia sangat menyebalkan?
Aku membuka pintu kamar Kaylaa, lalu masuk dan
menutup pintunya. Ini pertama kalinya aku masuk ke sini. Kamarnya rapi, tembok
di cat biru muda, dan lantainya di lapisi karpet tebal dan empuk berwarna putih.
Ranjangnya besar berwarna hijau dengan motif polkadot berwarna biru, selimutnya
berwarna biru dengan motif ikan nemo. Di salah satu sisi ada lemari besar
berwarna putih dan di sebelahnya terdapat meja rias yang berwarna putih juga.
Dan di sisi lain lagi ada pintu berwarna putih yang sedikit terbuka, kamar
mandi.
Aku melihat Kaylaa di salah satu sisi ranjang
dengan seluruh tubuh terbalut selimut. Aku mendekatinya lalu ikut berbaring di
sebelahnya dan memeluknya yang terbungkus selimut itu. Dia sedikit menegang.
“Kaylaa, kau kenapa? Kalau kau ingin minta maaf
jangan seperti ini. Bukankah kau sendiri yang bilang bahwa ini akan membuat
kita terlihat seperti pasangan lesbi? Lepaskan aku!” aku tersenyum mendengar
penuturannya. Jadi dia mengira aku itu Keylaa? Aku diam saja. Dan sepertinya
posisinya sekarang menghadapku, karena aku dapat mendengar deru nafasnya yang
tidak beraturan dan juga suaranya yang cukup jelas dari sini. Aku mengelus
punggungnya dan dia sedikit bergidik.
Dia membuka selimutnya kasar sampai ke dada dan
terbelalak mendapati aku yang ada di hadapannya. Rambutnya awut-awutan, kantung
matanya tebal dan sedikit menghitam. Astaga, kalau boleh jujur, sebenarnya dia
benar-benar menyeramkan. Tapi masih cantik, dan aku tidak bohong.
“Morning,” sapaku. Dia masih diam melihatku
dengan tatapan tak percaya. Aku terkekeh lalu kusentuh pipinya yang berwarna
pink itu. Kulitnya hangat, bahkan cenderung panas. Astaga, lihatlah Harry
Styles, akibat melihat adegan ciumanmu dengan lawan mainmu, Kaylaa sampai sakit
seperti ini.
“Kau sakit?” tanyaku yang sebenarnya sudah jelas
jawabannya.
Kaylaa mengangguk. “Kenapa kau kesini?”
Lagi-lagi aku tersenyum. “Untuk melihatmu.
Gara-gara aku kau jadi seperti ini, kan?”
Dia mengerutkan alisnya bingung. “Apanya yang
gara-gara kau? Aku begini karena aku hujan-hujanan kemarin,” ucapnya.
“Hujan-hujanan? Maksudnya? Tadi malam kau
menangis dan sekarang kau sakit karena kau hujan-hujanan?” tanyaku masih tak
mengerti.
“Apa? Kapan aku menangis? Aku sakit sejak
kemarin, bukan sejak sekarang. Sekarang aku sudah agak sembuh kurasa.”
“Memangnya tadi malam ketika aku menelponmu kau
sedang tidak menangis?” tanyaku memastikan. Hey, bukankah tadi malam dia
terisak sampai seperti itu?
“Hah? Astaga cupcake… aku tidak menangis. Aku akan
menangis kalau laptpoku hilang atau rusak tiba-tiba, atau koleksi buku di perpustakaanku
terbakar,” ucapnya disertai senyum geli yang terukir di bibirnya yang sedikit pucat.
“Lalu? Yang semalam itu?”
“Eh, i… itu ehm… aku… aku sed… sedang flu. Kau
tahu? Errr… cairan bodoh itu terus keluar dari hidungku, jadi ak… aku… me…
nariknya kembali,” jawabnya tergagap dan menunduk malu. Wajahnya yang
sebelumnya sedikit merah jadi bertambah merah. Astaga, jadi… jadi…
“Jadi… kau… tidak cemburu padaku?” tanyaku. Aish,
hancur sudah bayanganku bahwa semalam dia menangisiku. Ternyata itu… ingus?
“Cemburu padamu? Untuk apa? Aku bukan
siapa-siapamu, jadi aku tidak punya hak untuk cemburu,” ucapnya pelan. Ya
Tuhan, Ya Tuhan, Ya Tuhan… mati kau Harry Styles.
“Benarkah? Ah iya, aku kan bukan siapa-siapamu,
kenapa kau harus cemburu ya? Hahaha,” aku tertawa garing untuk menutupi
kekecewaanku. Jadi… aku memang bukan siapa-siapa untuknya, begitu? Kenapa
dadaku sesak sekali ya? Aish, bagaimana kalau Kaylaa benar-benar tidak menyukaiku? Ah, mendadak keyakinanku
tentang dia yang juga mencintaiku lenyap tak berbekas.
Aku mengeratkan pelukanku, menghirup udara di
rambutnya. Walaupun rambutnya awut-awutan tak karuan, tapi baunya enak. Bau
apel, sangat segar.
“Kau pakai shampoo apa?” tanyaku memecah
keheningan yang lumayan agak lama diantara kami. Aku akan memakai shampoonya
juga agar jika aku merindukannya bau rambutnya masih ada.
“Kenapa? Kau ingin memakainya juga supaya jika
kau merindukanku kau dapat mencium bau rambutku di rambutmu?” tanyanya geli dan
terkekeh di dadaku.
“Dari mana kau tahu?”
“Karena… karena kau mirip hantu.”
“Yak! Jawaban macam apa itu, hah?” protesku tak
terima. Karena aku mirip hantu?
“Kau mencintaiku?” tanyanya tiba-tiba. Aku diam
sejenak, kenapa dia tanya seperti itu? Mau menertawakanku, hah?
“Ya,” ah, akhirnya hanya satu kata singkat itu
yang aku ucapkan.
“Aku juga,” ucapnya pelan, tapi aku masih dapat
mendengarnya. Astaga, apa aku tidak salah dengar? Apa barusan dia baru saja
berkata bahwa dia juga mencintaiku. Ya Tuhan, Ya Tuhan… apa aku sedang mimpi?
Kenapa jantungku berdebar keras sekali ya? Dan kenapa juga wajahku panas?
“Ya sudah, kita pacaran saja,” sahutku berusaha
sebiasa mungkin. Oh… Ya Tuhan… aku amat sangat sangat sangat sangat sangat
sangat sangat sangat sangat senang sekali. Aish, baiklah, aku akan memeluk Paul
kalau aku sudah pulang nanti. hahahaha.
“Ya sudah. Tapi, debaran jantungmu keras sekali,
cupcake. Kau begitu senang ya?”
“Kau pikir kau tidak?”
“Aish, kau ini. Sekarang cepat lepaskan aku dan keluar
dari kamarku!” ucapnya datar.
“Yayaya. Kau marah? Maafkan aku kalau begitu,”
“Aku tidak bilang begitu. Aku mau mandi,”
***
Ah… haruskah aku menjelaskan kalu aku sangat
senang sekali. Aish, aku seperti remaja yang baru jatuh cinta saja. Dari tadi
aku terus tersenyum seperti seorang pangeran tampan yang sedang jatuh cinta.
Kau tahu apa yang sedang kulakukan sekarang? Aku
sedang duduk di ruang TV bersama Kaylaa dan dia duduk di sebelahku dengan
kepala bersandar didadaku, dan tanganku memeluk punggungnya. Dia tampak lebih
segar dan cantik ketika sudah mandi. Dan juga rambutnya basah karena baru
keramas dan bau apelnya semakin tercium. Aish, aku benar-benar mencintainya.
Kami sedang menonton video music last firs kiss
yang sedang diputar di acara TV swasta. Dan di video ini ada kissing scenenya.
Dia tidak akan marah, pasti dia sudah melihatnya kan?
“Aish, sudah beberapa hari ini aku tidak online.
Dan aku tidak tahu tentang music videomu ini. Aku penasaran ada adegan seperti apa,”
ucapnya tiba-tiba yang membuatku menegang. Jleb! Jadi… dia belum melihatnya?
Astaga, bagaimana ini? Ya Tuhan… tolong aku. Aish, ini kan hanya acting. Tapi
bagaimana kalu dia tidak bisa menerimanya? Apa yang akan terjadi? Putus bahkan
sebelum hubungan kami berjalan satu jam? OH GOD!
Menit demi menit berlalu. Aku semakin berdebar
ketika hampir sampai di bagian itu. Astaga… hampir. Ya Tuhan, tolong aku.
Hampir… hampir… hampir… Yah… terjadi sudah. Aku memjamkan mataku takut jika ada
serangan mendadak dari Kaylaa.
1 menit…
2 menit…
3 menit…
Kenapa lama sekali? Akhirnya aku membuka mata dan
mendapati Kaylaa tetap diam di posisinya. Memelototi layar laptop Keylaa yang
kami pakai. Dia tidak marah? Ah, dia memang benar-benar pengertian. Terima
kasih Tuhan, Kau telah menyelamatkanku.
Aku terkejut ketika Kaylaa tiba-tiba merubah
posisinya menjadi menghadapku. Dia tersenyum manis, sangat manis malah. Aku
jadi sedikit waswas. Dia mengalungkan lengannya di leherku. Astaga, jangan
bilang kalau dia ingin mematahkan leherku sekarang juga! Kalau aku mati
sekarang bagaimana nasib Directioners dan juga One Direc─
CHUPS
Aku sangat terkejut ketika dia menempelkan
bibirnya ke bibirku. Ah, kejutan yang sangat manis. Aku suka, sangat suka
malah. Bagaimana kalau dia sering-sering seperti ini saja? Dia mulai
menggerakkan bibirnya. Aku juga ikut menggerakkan bibirku. Kenapa rasanya enak
sekali? Baiklah, aku akan sering-sering melakukannya kalau begitu.
Kami berciman cukup lama. Dia melepas bibirnya
dan menyeringai ke arahku.
“KELUAR DARI RUMAHKU SEKARANG! KAU SANGAT MENYEBALKAN!
DASAR CUPCAKE BODOH!” Kaylaa berteriak keras sekali lalu menjambak rambutku
keras.
“Kaylaa, lepaskan cepat! Ini sa… aaarrrggghhhh,”
“MATI KAU CUPCAKE JELEK!”
“Kaylaa, ini sangat sakit sekali. Aaarrrggghhh…”
No comments:
Post a Comment