oleh Fanni Pradita , 16
NLS
Bel
masuk menyambutku saat memasuki gerbang sekolah. Ku berlari sekuat tenaga
mencapai kelas. Sialnya Bu Diana lebih dulu mencapai kelas dan mencegatku. Aku
yang hanya bisa pasrah ini, menuruti apa yang disuruh Bu Diana yaitu menghitung
semut yang melewati kelas ini. Dasar guru biologi.. Hal-hal seperti terlambat
pun masih dihubungkan dengan biologi. Tapi untunglah aku tidak sendiri. Ada si
rambut keriting yang menemaniku. Harry. Tentu saja aku yang datang lebih awal.
“Kau
sedang apa?” tanya si rambut keriting. Harry.
“Menghitung semut” jawabku malas sambil terus
menghitung semut. Jumlahnya sekarang ada 32.
“Kau ini tidak punya kerjaan atau memang sudah
gila?” jawabnya meremehkanku. Memangnya siapa yang mau menghitung semut kecil
ini.. Dia yang gila.
“STYLES, ayo cepat kau hitung semut bersama
Haylee atau kau mau kutambahkan menghitung semut satu sekolah?!” teriak Bu
Diana dari dalam kelas. Mampus kau, Styles.
“Ba-ba-baiklah” ujarnya kalap dan segera
mengambil tempat di sebelahku dan menghitung hewan mikro ini.
“32-33-34---.” Belum selesai aku menghitung,
Aku terusik kembali oleh gelak tawa yang familiar di telingaku. Tiba-tiba pintu
kelas terbuka. Keluarlah laki-laki dengan rambut pirangnya. Ternyata tebakanku
benar. Tawa tersebut milik Niall Horan.
“Ada apa kau di sini?” tanya Harry dengan suara
seraknya yang menurutku ‘seksi’.
“Aku disuruh ikut bergabung dengan kalian.
Pasti kalian sudah tahu alasannya” jawabnya menggaruk kepalanya dan ikut
jongkok dengan kami. Tapi tentu saja aku jongkok dengan gaya wanita.
Lengkaplah sudah. Aku, Niall, dan Harry. 3
orang ini disuruh menghitung ratusan semut yang melewati kelas hanya karena
terlambat belasan menit. Tapi yang satunya karena menertawakan penderitaan
orang lain.
“Geser sedikit Harry” kataku mendorong-dorong
tubuh Harry yang besar itu.
“Geser sedikit Niall” giliran Harry yang
mendorong-dorong tubuh Niall yang lebih kecil dari badan Harry. Akibatnya Niall
terjatuh dan tersantuk lantai. Kami berdua hanya tertawa terbahak-bahak tak
terkendali melihat tingkah Niall yang mengelus-elus kepalanya. Tak mau kalah,
Niall pun mendorong-dorong tubuh Harry. Alhasil, badan Harry yang lebih besar
dari badanku ini harus menerima kenyataan. Badanku tergencet badan Harry.
“Aww” aduhku. I swear. It’s really hurting me.
“Are you okay, Haylee?” dengan sigap Harry bangun dan membantuku berdiri.
Gentle sekali dirinya. Beda dengan Niall yang menertawakanku dengan keras
bahkan hampir terguling..
Harry menepuk-nepuk lenganku yang terkena
lantai membersihkan debu-debu yang menempel di seragamku. Aku hanya bisa
menatap mata Harry yang hijau itu. Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Matanya
terlalu sempurna untuk kutatap lama-lama. Sedangkan Niall, dia hanya memegang
perutnya yang sakit karena tertawa terlalu berlebihan. Terimalah itu, Niall.
10 menit berlalu, kami masih dalam aktivitas
yang sama. Sampai kapan kami harus menghitung semut-semut ini?! Aku sudah mulai
gerah. Apalagi ada saja gangguan ketika kami menghitung. Mulai dari suara kentut
Niall, keluhan Harry, bunyi handphoneku, atau pembersih sekolah yang sedari
tadi mondar-mandir menyapui koridor. Memang sih itu tidak mengganggu tapi
debunya terus masuk ke hidungku dan menyebabkanku bersin-bersin tidak berhenti.
Aku memang punya riwayat alergi debu.
“Bisakah kau hentikan itu Haylee. Kau bisa
membuat virusnya menyebar” kata Niall.
“Aku hatchi alergi hatchi debu hatchi Niall
hatchi” jawabku yang tidak bisa mengontrol bersinku.
“Niall
benar Hay, kau bisa membuat virusnya menyebar. Lebih baik tutup mulutmu. Soal
kau alergi itu bukan urusan kami” kata Harry terus menutup hidungnya. Huh~~ Niall
dan Harry sama saja!
Kami terdiam selama beberapa saat. Tiba-tiba
Harry menyeletuk. “Hey.. Apa hanya aku yang menyadarinya jika semut-semut ini
saling bertabrakan satu sama lain jika saling bertemu?” Aku dan Niall yang
sedari tadi mengacuhkan hewan-hewan kecil ini jadi mengamati lebih dekat.
Bahkan Niall hampir ingin mengambil mikroskop yang ada di ruang laboratorium.
“Kurasa bukan hanya kau saja” kataku yang
langsung disetujui Niall.
“Hey.. coba lihat semut ini! Mereka membawa
makanan! Makanan! Ya ampun aku jadi lapar” dasar Niall di saat seperti ini pun
dia lapar. Memang benar yang dikatakan Niall. Semut-semut kecil ini menggotong
makanannya sendiri. Apa tidak berat? Menakjubkan.
“Apa kalian sudah selesai?” tanya Bu Diana yang
tiba-tiba datang tanpa kami sadari.
“Uhmm..uhmm.. jumlahnya sekitar uhmm puluhan”
kata Niall
Aku menyenggol siku Niall. Bagaimana mungkin
dari beberapa puluh menit yang lalu kami hanya dapat puluhan. “Ratusan! Ya
ratusan Niall memang kurang pandai menghitung” kataku mengoreksi. “Apa?! I’m a genius math.. Ask me a
question!” protes Niall
“Berapa hasil dari 375 books+115 books?”
tantang Harry
“A library! Ask me a harder question, Haz!”
sombong Niall dengan bangganya seperti baru memecahkan sebuah kasus pencurian.
Pencurian pena maksudku.
“Jawaban macam apa itu?!” protesku kesal dengan
tingkahnya.
“Diam semua!!!” teriak Bu Diana yang aku yakin
suaranya bisa terdengar sampai beberapa kilometer. “Sekarang aku mau kalian
sebutkan apa yang kalian bisa dapatkan dari segerombolan semut!”
“Food!!” teriak Niall mengangkat tangannya. Aku
dan Harry hanya bisa menatap sinis. Sebenarnya aku juga tidak tahu akan jawab
apa.
“Kalian sebenarnya mau dihukum bagaimana lagi?!
Ibu sudah capek” bukankah justru kami
yang lebih capek? “Kembali ke
kelas kalian!” suruh Bu Diana. Dengan cekatan kami masuk ke kelas yang sudah
mulai kosong karena jam istirahat sudah tiba.
***
Aktivitasku kembali ke rutinitas biasa. Mandi,
makan, sekolah, online, belajar, tidur dan kembali lagi ke awal. Bosan?
Defintely. Sebenarnya aku sendiri tidak tahu apa yang aku dapatkan setelah
pulang sekolah. Personally, aku adalah orang yang pemalas, agak tomboy, kurang
rapi dan sifat-sifat buruk yang belum atau aku tidak ingin ketahui. Tapi
dibalik itu semua aku sebenarnya mempunyai sedikit kelebihan. Kelebihanku
adalah... uhmm kelebihanku.. uhmm kelebihan.. ku uhmm apa ya?
Suara klakson memenuhi indra pendengaranku. Lagi-lagi
terlambat! Entah sudah keberapa kalinya aku mengalami hal yang seperti ini.
Berlari-lari di koridor saat bel masuk berbunyi termasuk kebiasaanku. Dan
lagi-lagi juga aku dihadang oleh Bu Diana. Kenapa harus selalu dia yang
mengambil jam pertama?!
“Haylee.. Senang sekali melihatmu sepagi ini..”
sindir Bu Diana. Jika boleh jujur aku benci dia. “Sepertinya jika kau berdiri di
luar kelas aku akan lebih senang lagi..” tambahnya. Dengan pasrah aku menuruti
keinginannya. Baguslah. Aku tidak perlu repot-repot menyimak pelajarannya.
“Kau lagi?!” tanyaku saat kutemui duo bodoh ini
berdiri diam di luar kelas. “Justru kami
yang bertanya!” seru Harry. “Tidak usah diladeni Haz, dia bahkan belum bilang
‘hai’ pada kita” ujar Niall menatapku sinis.
“Ok.. HAI!!” teriakku kesal.
“Bagus..” kata Niall mengangguk. “Justru kami
yang bertanya!” tambahnya.
“Itu kalimatku Niall”
“Oh.. Maaf, Haz” jawab Niall menundukkan
kepalanya dengan rasa bersalah.
“Jadi, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?”
tanyaku memandangi mereka secara bergantian. Mereka pun saling memandang satu
sama lain.
“Ke kantin!” seru Niall “I think its a good
idea” kata Harry mengangguk. “Lets go!!” teriak Niall bersemangat dan
menggandeng kami berdua. Anak ini.
HARRY’S POV
Kami digandeng oleh Niall menuju kantin. Niall
memang seperti ini jika sudah berhubungan dengan makanan. Dan tidak ada yang
bisa menghentikannya.
Sesampainya di kantin, seperti biasa Niall
memesan banyak makanan. Aku dan Haylee hanya memesan minuman. Sementara Niall
makan dengan brutal, aku dan Haylee hanya mengobrol.
“Jadi, kau memang mendapatkan rambut keriting
ini sejak kau lahir atau kau sengaja membuatnya keriting?” tanya Haylee
memandangi curls ku.
“Oh ini?” aku mengelus rambut keritingku.
“Sebenarnya rambut keritingku ini kudapatkan ketika berumur 12 tahun jadi
sebelumnya rambutku lurus” jelasku mantap.
Haylee mengerutkan keningnya. “Apa?! Kenapa
bisa begitu?”
“Well,
aku juga tidak tahu” jawabku mengangkat bahu. Ya, sesungguhnya aku memang tidak
tahu. Takdir mungkin?
“Kau ini ada-ada saja, hahahaa” tawanya
mendorong-dorong tubuhku, bercanda. Aku hanya bisa tersenyum mendengar gelak
tawanya yang agak lucu itu. Sebenarnya dia termasuk perempuan yang cantik juga.
Maksudku dengan rambutnya yang bergelombang, matanya yang berwarna hazelnut
itu, dan bibirnya yang mungil. Ya ampun bangun Haz!! Jangan terlalu lama
memandanginya kau harus ingat kau itu milik seseorang!! Aku pun memandang ke
arah lain. Jujur saja, yang tidak aku suka dari dirinya yaitu dia agak tomboy,
malas, kurang rapi, dan dari bentuk tubuhnya dia sama sekali bukan tipeku. Yah,
jika kau tahu maksudku.
“Look guys!!” teriak Niall histeris. Ada apa
lagi? Apakah Bu Diana menuju kemari. Sial.. Dia bisa membunuh kami dan
melaporkannya kepada orang tuaku. Aku tidak mau Anne, ibuku marah-marah tidak
jelas dan menyita handphone ku lagi!
“Lihat ada asap di sana!” teriak Niall lagi.
Untunglah ternyata dugaanku salah. Tapi apa katanya? Asap? Kebakaran? Oh..
Tidak aku harus segera menyelamatkan nyawaku..
HAYLEE’S POV
Kebakaran? Ya ampun.. Apa yang harus kulakukan?
Aku dengan segera menyelamatkan handphoneku bagaimanapun juga handphoneku
adalah nyawaku. Kulihat Harry berlari mengelilingi lingkaran kecil sedangkan
Niall berteriak tidak jelas. Aku memfokuskan mataku dan menangkap asap yang
Niall maksud. Asapnya memang agak aneh. Asapnya kecil, abu-abu.. Tunggu ini
sepertinya asap... asap..
BYURR! Tiba-tiba tanpa aku sadari Niall
menyiram asap terseput dengan air yang tadi aku pesan. Sebenarnya itu tidak
masalah.. Tapi kenapa harus minumku?!
“Hey.. Siapa yang menyiramku?” teriak seseorang
dari balik meja yang diduga sumber asap berasal. Kami bertiga terkesiap saat
mengetahui seseorang itu memegang puntung rokok. You’re in trouble Niall.
“dia” Niall menunjuk Harry. “Bukan aku.. Tapi
uhmm dia” Harry menunjuk diriku.Spontan aku menunjuk Niall kembali.
“Dasar bocah!!” teriaknya dengan penuh amarah.
Dia mengepalkan tangannya bersiap untuk memukul. Kami hanya bisa menutup mata.
Berharap ada keajaiban datang.
“Sudahlah
Zayn.. kau ingat janjimu kemarin?” Aku membuka mataku dan terkejut karena
kepalan tangan itu berhenti hampir mengenai wajah Niall. Kurasa ditahan oleh..
Hey kurasa aku mengenalnya.. Dia adalah salah satu siswa populer di sekolah..
Louis Tomlinson. OMG!! Louis Tomlinson berdiri di depanku!! Oke aku rasa aku
berlebihan sekarang.
“Tapi bocah-bocah ini menyiramku, Lou. Aku
tidak terima!” teriak Zayn memperlihatkan wajahnya yan basah. Dia pun menghentakkan
meja di dekatnya dengan tangannya. Ketakutan, Niall pindah berdiri ke
sebelahku. Begitu pun Harry. Dia pindah ke sebelah Niall. Tanpa menoleh, dengan
cepat Zayn mengepalkan tangannya dan melemparkan pukulan tepat ke arah pipiku.
Sumpah ini sakit sekali. Memang satu pukulan tapi bagiku ini seperti ratusan.
“Are you okay?” tanya Zayn dengan ekspresi muka
yang cemas. Tidak peduli, aku mengarahkan pukulan ke arah Zayn. Seperti yang
dilakukan Zayn kepadaku. Darah mengalir dari mulutku dan dia hanya bilang ‘Are
you okay’?!
Zayn terus menutup mulutnya. Tapi tidak
terlihat darah mengalir. Padahal kuharap dia mendapatkan yang lebih parah
dariku. Aku berniat menambahkan pukulan lagi. Tapi tanganku ditahan oleh Niall
dan Harry. “Sudahlah Hay, kau akan membesarkan masalah” bujuk Harry. “Ayolah
Hay, lebih baik kau makan dulu agar staminamu bertambah dan kau pun bisa
melanjutkannya lagi” Harry langsung melebarkan matanya ke arah Niall. “Well,
itu hanya saran dariku” gumamnya berbisik.
***
“Mulai sekarang kau tidak boleh mengikuti
kursus bela diri lagi!!” seru ayahku saat kuceritakan mengenai kejadian
kemarin. Kalian tahu? Bu Diana memergoki kami dan langsung melaporkannya kepada
orang tua. Bukan hanya itu. Kami juga disuruh menulis 2 halaman essay mengenai
semut. Kenapa harus semut? Maksudku.. ada banyak sekali spesies di dunia yang
telah diciptakan Sang Pencipta. Tapi kenapa harus semut? Mungkin mulai saat ini
aku akan memanggilnya Bu Semut.
Bosan, aku berencana menelepon Ella, sahabatku.
Ya, dia satu-satunya orang yang kupercayakan menjadi sahabatku. Sebenarnya aku
ingin sekali mempunyai banyak teman. Tapi mereka justru takut padaku. Aku
sempat heran dengan sikap mereka karena seperti yang kalian tahu.. I don’t
bite.
“El, bisakah kau temani aku ke toko buku siang
ini? Kau tahu, Bu Diana menghukumku dengan 2 halaman essay mengenai semut?!.....
yaiya aku tahu dia memang gila....bukan sedikit tapi memang gila....Kau
mau?.....Ok aku tunggu di rumahmu” Ella memutuskan teleponnya. Segera aku
bergegas memakai sweaterku yang dilapisi dahulu oleh kemeja biru lautku. Kalian
tahu? Soal fashion aku memang sedikit feminim.
Sesampainya, Kami memasuki toko buku. Hembusan
angin dari AC menyambut kedatangan kami. Aku segera mencari buku bagian
binatang. Ella? Entah kemana. Aku dengan cekatan menyalin isi buku tersebut in
the corner. Aku berharap tidak ada pegawai yang memasuki aisle ini. Tolonglah..
aku sedang tidak punya uang.
Selesai mengerjakan tugas, aku bersiap untuk
pulang tapi sebelum itu aku harus mencari Ella. Berlama-lama di perpustakaan
membuat kepalaku pusing. Selain debu, aku rasa aku punya alergi terhadap buku.
“Kau kemana saja?” tiba-tiba kurasakan tangan seseorang menahanku. Saat
kutolehkan kepalaku, kudapati seseorang yang familiar dengan muka lebam di
wajahnya. Sepertinya aku kenal.. “Kau?! Kenapa aku harus bertemu denganmu?!”
serunya.
“Seharusnya aku yang bertanya?! Zayn!!” kataku
setelah menyadari seseorang itu adalah Zayn Malik. Preman sekolah.
“Sial sekali aku.. Pindah ke kota dengan tujuan
hidup yang lebih baik, tapi malah justru bertemu dengan perempuan sepertimu?!
Oh.. great” dengusnya. Siapa juga yang ingin mengenalnya.
“Minggir!!”
lanjutnya menabrak sebelah bahuku dan pergi berlalu.
Orang
aneh. Bahkan tak ada satu kata maaf pun keluar dari mulutnya. Aku melangkahkan
kakiku kembali. Tapi sepertinya aku menginjak sesuatu. Setelah kuperiksa,
ternyata itu hanyalah gantungan kunci. Tapi meskipun begitu, benda ini sangat
familiar bagiku. Ya, aku ingat ini mirip seperti gantungan kunci ku.. Tapi
milikku telah tergantung rapi di tas ku.. Jadi dengan kata lain benda ini
adalah miliknya. Milik seseorang yang tidak aku ingin keberadaannya. Dan benda
ini berasal dari Zayn. Apakah dia ada hubungan dengan Zayn? Tunggu.. Zayn
mengatakan kalau dia baru saja pindah ke kota ini? Apa maksud dari semua ini?!
“Kau kenapa?” suara Ella membuyarkan lamunanku.
Aku harus bersikap biasa saja.
“No-nothing.. Let’s go home”
***
Pagi ini, aku mengulang kebiasaan burukku.
Berlari-lari di koridor saat bunyi bel masuk. Tapi beruntunglah aku. Karena
hari ini tidak ada pelajaran Bu Semut maksudku Bu Diana. Aku bisa masuk kelas
dengan tenang tanpa harus dicegat dan tanpa harus menghitung semut, serta tanpa
suara berisik dari si rambut keriting dan pirang itu. Harry and Niall.
Tapi rasa tenang itu tak berlangsung lama.
Harry dan Niall ternyata berlari mengekor di belakangku. Mereka juga terlambat
sepertinya.
“Bagi kalian yang terlambat, dipersilahkan
menuju ruang aula” Ternyata harapanku tidak terkabul. Tidak ada Bu Diana, Pak
Tri yang mengambil alih. Ini sih sama saja!!
Lagi-lagi aku tidak sendiri. Harry dan Niall
disuruh melakukan yang sama. Bedanya Zayn dan Louis yang bisa dibilang kakak
kelasku, juga melakukan hal yang sama serta beberapa murid lain. Tapi kenapa
harus bersama orang-orang yang kubenci?!
Sementara yang lain berbaur satu sama lain, aku
memilih menyendiri. Memikirkan hal-hal yang kusebut ganjil di dalam hatiku. Aku
memukul-mukul kepalaku sendiri memerintahkannya agar tetap berpikir positif. Oh
ayolah yang punya gantungan kunci seperti itu bukah hanya kami berdua. Tapi
pada saat itu, tidak banyak orang-orang yang memilih gantungan kunci dengan
bentuk seperti itu. Bentuk seperti anjing yang mengangkat salah satu kakinya
seperti ingin buang air kecil. Lihat... kalian pasti sudah jijik mendengarnya
apalagi memilikinya. Kami berdua memang anti-mainstream. Dan jangan heran juga
bahwa kami mempunyai sepasang benda yang sama. Mungkin yang membedakannya
hanyalah warna. Selebihnya sama. Mungkin karena kami ‘terlalu sama’ aku jadi
agak membencinya. Dan memilih untuk pindah menjauhinya.
“Haylee?” seseorang dengan suara serak
memanggilku. Aku terlalu malas untuk menoleh. Karena dari suaranya saja aku
kenal bahwa suara itu milik Harry Styles.
“Kenapa kau tidak berbaur dengan yang lain?”
tanyanya mengambil posisi untuk duduk di sampingku. Dia menepuk-nepuk lantai
memastikan tidak ada debu yang menempel di lantai. Ya, aku memang duduk di
lantai aula.
“Kau ada masalah?” tanyanya lagi. Aku sedang
malas berbicara dengan siapa pun.
“Kau tidak mau cerita? Ok.. ya sudah” Aku
menahan tangan Harry yang beranjak dari duduknya. Sepertinya aku memang
membutuhkan seseorang.
“Memangnya kau mau apa jika aku menceritakan
masalahku?”
“Ya, mungkin aku bisa membantumu
menyelesaikannya. Tapi jika kau tidak mau.. ya itu hakmu” jawabnya menatapku.
Oh ya ampun.. kuakui matanya indah sekali..
“Sebenarnya aku ingin tapi kurasa aku tidak
mampu”
“Ya sudah kalau begitu tidak usah kau ceritakan”
katanya masih menatapku. OMG he’s just giving me a heart attack!!
“Haylee?” “yeah?” “Aku ingin tau.. Apakah kau
tidak capek?” lanjutnya. “Capek? Kenapa aku harus capek?” tanyaku balik. “Apa
kau tidak capek seharian berlari di pikiranku?” Mengerti apa maksudnya, aku
hanya memaksakan tawaku. Tapi jauh di dalam hatiku, aku sebenarnya terbang
sampai ke langit ke tujuh. Dia sungguh manis.. Kurasa aku mulai menyukainya.
Niall tiba-tiba berjalan mondar-mandir di depan
kami. Mengganggu suasana saja.. aku pun menghalanginya dengan meluruskan
kakiku. Sesuai dengan rencana, Niall pun jatuh tepat di depan kami. Aku tertawa
tak terkendali sampai-sampai perutku sakit, sedangkan Harry sampai terguling.
“Awas saja kalian.. kapan pun aku akan
membalasnya” ancam Niall sembari bangkit dan mengelus lututnya.
Tiba-tiba seorang pria berdiri di belakang
Niall. “Hei.. Wanita perkasa.. masalah kita belum selesai” seru Zayn
menghampiriku. He’s a moodbreaker. Seriously
“Kau
bahkan belum meminta maaf padaku” lanjutnya.
“Bukankah justru kau yang meminta maaf?” Harry
tiba-tiba bangkit dan hampir menghajar Zayn. Tapi kuhalangi dia. Aku tidak mau
ada perkelahian.
“Hei curls.. Ayo maju sini kalau kau berani”
tantang Zayn. Harry pun semakin panas. Louis pun membujuk Zayn agar berhenti.
Dan aku melakukan hal yang sama kepada Harry. Sedangkan Niall, dia hanya
memakan chips nya. Anak itu selalu makan kapan pun, dimana pun, dan dalam
situasi apa pun.
Harry yang memanas tidak dapat ditahan. Dia
mengerahkan kekuatannya untuk menghajar Zayn. Dia pun melayangkan tinjunya. Aku
yang mencintai perdamaian ini, langsung menghalangi Harry.
‘DUAKK’ “OMG.. Kau tidak apa-apa?” “Ya ampun...
hidungmu berdarah” “Ayo cepat bawa dia ke UKS” “Kau tidak apa-apa, Haylee!!”
***
Aku di mana? Dengan siapa? Tabunganku sudah
berapa? Ya ampun ini sakit sekali. Aku berusaha mengingat kejadian tadi. Oh..
ya aku ingat.. Aku baru saja dipukul Harry ketika aku berusaha menghalanginya.
Ya ampun.. artinya ini sudah kedua kalinya aku ditonjok oleh 2 lelaki kekar. Ya
Tuhan, apa salahku?!
“Guys!! Haylee sudah sadar!!” teriak seseorang
yang kuyakini adalah Niall. Kudengar banyak derap kaki menghampiriku.
“Haylee, bagaimana keadaanmu?” tanya Ella
cemas. Aku hanya bisa membuka mataku perlahan dan mengangguk. “Syukurlah”
“Maafkan aku, Haylee.. i didn’t mean to..
forgive me” kata Harry menggenggam tanganku. Tangannya hangat sekali. Aku hanya
tersenyum.
“Apa?! Kau baru saja menonjoknya.. dan kau
hanya bilang ‘maaf’?”
“Diamlah, Niall. Atau kau mau kutonjok juga?”
“Tentu tidak, Harry.” Jawab Niall mqsih
mengunyah chipsnya. Entah yang keberapa.
“Oke.. Harry sudah meminta maaf. Sekarang
giliranmu Zayn..” tawar Ella.
“Apa? Aku? Minta maaf?” Zayn berhenti sebentar.
“Aku tidak mau” dengusnya.
“Sudah seperti ini.. Kau masih tidak mau.. Kau
mau aku menghajarmu?!” Harry berusaha menendang Zayn tapi dihadang oleh Niall.
“Sudahlah.. Guys” aku berteriak setengah
tenaga. Ternyata teriakanku ampuh.
“Jika Zayn memang tidak mau minta maaf, itu
juga tidak ada untungnya bagiku” kataku melipat tanganku di atas dada.
“Ya sudah kalau begitu ayo Lou.. kita keluar
dari sini..Lou? Ayolah” Zayn menarik Louis yang sedari tadi diam seperti
menatap seseorang.. Apakah dia memandangi Ella?
“Kupikir kau lapar.. Kau mau ini?” tawar Niall
mendorong chipsnya kepadaku. “Niall.. Haylee sedang sakit. Mana mungkin dia mau
makanan itu..” tolak Harry. “Ini Hay, minumlah” Harry menawarkan sekotak susu
padaku. Dengan sigap aku meminumnya.
“Ku pikir, kami harus segera ke kelas Hay, aku
akan meminta Pak Tri agar mengizinkanmu tidur di sini.. Ayo, Niall” Giliran
Harry yang menarik Niall. Mereka pun keluar meninggalkanku dan Ella. Tapi
sebelum itu, Niall membuang bungkus chipsnya ke arahku. “Itu balasan yang
tadi!!” teriaknya dari luar.
Aku hanya menggelengkan kepala melihat
tingkahnya. “Dia menyebalkan!!” teriakku kesal. “Jangan begitu, Kau harusnya
berterima kasih” sahut Ella.
“Berterima kasih atas apa?” tanyaku heran.
Bagaimana mungkin aku berterima kasih kepada orang yang menyebalkan tingkat
dewa?
“Atas lukamu. Dia yang mengobati lukamu saat
kau tak sadarkan diri..” jelasnya. Aku hanya bisa diam terpaku. “Haha.. Aku
kembali ke kelas dulu ya.. kau hati-hatilah di sini karena ku dengar.. di sini
agak angker.. Byeee” Ella menutup pintu meninggalkan ku sendiri.
“ELLLAAA.. JANGAN TINGGALKAN AKU”
***
“Ini sebagai ucapan terima kasihku” aku
menyodorkan es krim ke arah Niall keesokan harinya. “Anggaplah sebagai
permintaanku menjatuhkanmu kemarin” gumamku.
“Hanya satu? Oke ini aku anggap sebagai rasa
terima kasih. Tapi, mana sebagai permintaan maaf?”
“Anggaplah dua-dua nya sekaligus.” Aku
mengambil tempat di samping Niall..
“Baiklah.. karena ketulusan hatimu aku terima”
Niall langsung melahap es krim yang kuberikan. Aku curiga.. jangan-jangan dia
juga melahap stik es krimnya.
“Kau sedang apa?” tanya Niall ketika melihatku
mengeluarkan buku dan pena.
“Mengerjakan tugas matematika. Kau sudah?”
“Uhmmm” dia berpikir sebentar. “Belum” lanjutnya
terus menjilat es krim. Anak ini...
“Where’s Harry?” tanyaku sembari membuka buku
halaman pertama.
“Itu dia” jawabnya menunjuk pojok kelas.. Oh Ya
ampun.. Sedang bersama siapa dia? Memang tidak terlihat jelas. Tapi aku bisa
melihat bahwa dia sedang berciuman bersama seorang perempuan. Entah kenapa
hatiku pecah menjadi beberapa bagian ketika melihatnya. Dadaku sesak.. Tapi
untunglah aku tidak mengeluarkan air mata. Aku adalah wanita kuat.
“Kau kenapa?” tanya Niall menyentuh bahuku. Aku
bahkan belum mengalihkan pandanganku ke Harry. “Kurasa Harry sedang menikmati
hubungannya dengan pacar barunya.”
“Pacar barunya?” tanyaku balik. “Ya, kemarin
dia baru saja putus dengan Cara karena Harry ketahuan selingkuh dengan Kenya.
Tapi sekarang dia sudah mendapatkan Kenya seutuhnya. Aku bahagia atas mereka.
Lihat? Mereka terlihat serasi.” Jelas Niall.
Aku hanya menganggukkan kepalaku. Dan kembali
ke tujuanku semula. Mengerjakan tugas matematika.
“OMG..
Nialll!!!” aku terkejut saat melihat buku tugasku dipenuhi dengan lelehan es
krim. “Ada apa lagi Hay—OMG.. Aku-aku yidak tahu Hay.. Kau jangan marah padaku.
Pleeeaassee” rengeknya. “Aku hanya bisa mendengus kesal dan menahan amarahku
dengan meninggalkan Niall sambil menghentakkan kakiku keras-keras. Anak itu selalu
saja..
Masih kesal dengan
Niall aku lebih memilih taman sekolah. Di sini tidak terlalu ramai dan kau bisa
melakukan apa saja di sini. Kecuali memukul orang tentu saja. Tiba-tiba aku
merasakan getaran di handphoneku menandakan panggilan masuk.
***
NIALL’S POV
Aku harus segera meminta maaf ke Haylee atas
kejadian kemarin. Aku tidak mau bermusuhan dengannya. Kau tahu kan dia jago
berkelahi..?! Selain itu, setiap aku bermusuhan dengannya, aku merasakan hal
yang lain.. dan itu tidak enak sama sekali.
“Di mana Haylee?” Harry mendahuluiku sebelum
aku menanyakan hal yang sama padanya.
“Aku sendiri sedang mencarinya.. Memang ke mana
dia?” tanyaku balik. “Itulah sebabnya aku bertanya, Niall.. Hei Kenya kau dari
mana saja?” Harry menghampiri Kenya di ujung koridor.
Tiba-tiba Zayn ada di sebelahku “Mana wanita
perkasa itu?”
“Haylee” kata Louis membantu. “Ya itu.. namanya
Haylee.. Kemana dia?”
“Aku sendiri sedang mencarinya. Memang ke mana
dia?” tanyaku balik. “Itulah sebabnya aku bertanya. Ya sudah kami pergi dulu.”
Kenapa semuanya mencari Haylee?! Dan kenapa
semuanya menjawab jawaban yang sama ketika aku menanyakan keberadaannya!? Ke
mana dia? Apa dia tidak masuk? Yah.. hidupku akan terasa hampa tanpa dirinya..
Ya ampun apa yang baru saja aku pikirkan? Tidak.. kumohon aku kan tidak punya
perasaan padanya. Dia kan wanita perkasa seperti yang dijuluki Zayn.. Ya
ampun.. Lebih baik aku makan saja...
***
Ini hari ke tiga Haylee tidak menunjukan batang
hidungnya. Ke mana dia? Dia bahkan tidak memberi kabar. Sudah kucoba
menghubunginya beberapa kali tapi tetap saja hasilnya nihil. Serius.. Aku
khawatir sekarang. Apa dia sakit? Apakah dia punya urusan keluarga? Oh..
berhentilah Niall.. untuk apa kau mengurusi hidunya.. Urusilah hidupmu sendiri
dan kerjakan tugas Fisika mu sekarang!!
“Niall.. Kau kenapa? Tugasmu sudah selesai?..
Kalau sudah ayo kumpulkan” sahut Bu Maddie menghampiriku. Sepertinya
gerak-gerikku mencurigakan.
“Oh.. tidak a-a-aku-aku belum selesai.. Mungkin
beberapa menit lagi.” Jawabku canggung.
Bel pun tiba-tiba berbunyi. Menandakan waktu
istirahat tiba. “Baiklah anak-anak.. selesai tidak selesai segera kumpulkan
tugas kalian. Kalau tidak dikumpulkan, Ibu akan menambahkan 10 soal lagi” Ya
ampun aku kan belum selesai.. Ini semua gara-gara Haylee!!
Aku segera membawa diriku ke kantin.. Lapar?
Tentu saja. Banyak orang-orang pikir aku rakus, perut karet, dan sebagainya.
Tapi aku tidak merasa sama sekali.. lihat saja bentuk tubuhku yang jauh dari
kata gemuk
“Hei..
Niall..” Aku pun tersedak lcyhee float yang baru saja kupesan akibat kedatangan
Harry yang datang secara tiba-tiba..
“Santai
saja Niall.. Jangan tegang begitu” Harry pun menepuk punggungku. “Kau tahu?
ketidakhadiran Haylee membuat suasana jadi hampa sekali” Aku tersedak kembali.
Bagaimana bisa hal yang aku rasakan sama seperti Harry? Tidak usah
dipikirkan..Lebih baik aku minum lychee floatku lagi.
“Itu
dia, Haylee!!” teriak Harry tiba-tiba. Dengan segera aku menoleh ke arah yang
Harry tunjuk tapi yang kulihat hanyalah Lisa.. wanita gendut yang kerjanya
hanya membully.
“Kau
tertipu Niall!! Hahaah..” Harry tertawa. “Kau mau lihat bagaimana ekspresimu
tadi?” tawa Harry semakin membesar. “Seperti ini!! Hahaaha” ejeknya memperlihatkanku
wajahnya dengan ekspresi yang jelek sekali. Itu sama sekali tidak lucu..
Hahahaha
Aku
melanjutkan minumanku setelah beberapa kali tersedak. Aku tidak mau tertipu
lagi oleh Harry. Kenapa aku bisa tertipu hanya karena itu? “Hei.. hei Niall..
lihat!!” panggil Harry menggoyangkan bahuku. “Ada apa Haz?” tanyaku tanpa
menoleh ke arahnya.
“Itu..
Itu Haylee..!!”
“Sudahlah
Haz... aku tidak mau tertipu oleh bercandaanmu la--- OMG!!” aku terkejut saat
kutolehkan wajahku ke arah yang Harry tunjuk. Aku bukan lagi tersedak tapi
minuman yang hampir kutelan tidak sengaja kusembur keluar. Aku tidak percaya..
Haylee berubah!! Dia mengenakan rok yang lebih pendek dari biasanya. Dia juga
mengikat bagian ujung seragamnya. Dan memendekkan kaos kakinya.
“Dia
lebih- lebih-lebih.... cantik dan feminim” kata Harry melebarkan matanya.
“Yes.. She is” tanyaku yang matanya tidak kalah
lebarnya. Dia menuju kemari sepertinya.
“Hei.. Guys” sapanya tersenyum. Kenapa dia jadi
lebih manis?
“Hai.. Haylee.. kenapa kau tidak hadir selama 2
hari. Kau tahu aku merasa hampa tanpamu?” kata Harry yang mendahuluiku. Dasar
playboy..
“Haylee?? Uhmm.. Well,, aku harus menyelesaikan
sesuatu.. Kau pasti tahu kan? Haha” katanya. Tapi aku masih meyakini bahwa
wanita di depanku ini bukan Haylee. Tatapannya saja berbeda.
“Hey
wanita perkasa.. Akhirnya kau masuk juga.. Ayo kita se— .” kata Zayn terputus
saat melihat lawan bicaranya. Haylee. Kenapa dengan Zayn? Tiba-tiba wajahnya
memucat.
“Oh..
kurasa aku harus pergi.. Ayo Lou” Zayn menarik Lou dan pergi meninggalkan kami.
Haylee juga tampak habis terkejut. Ada apa dengan mereka.
“Ayo.. Guys.. tampaknya kita harus ke kelas”
ajaknya. Kami pun bangkit dan segera menuju kelas karena 5 menit lagi bel akan
berbunyi.
Selama perjalanan ke kelas, Haylee lebih banyak
ngobrol dengan Harry dibanding denganku. Kata-katanya juga lebih halus
dibanding biasanya. Haylee sepertinya berubah 180 derajat. Dia juga bukan lagi
gadis tomboy yang kukenal. Lihat saja dia sekarang.. Dia terlihat manja dengan
Harry saat kakinya membentur kursi. Dengan dramatis dia menangis dan berteriak.
Dia bahkan meminta Harry untuk menggendongnya. Untung saja Kenya hanya lewat
saat itu. Jadi Harry menolaknya. Memangnya apa saja yang dia lakukan selama
tidak bersekolah?
HARRY’S POV
Keesokannya, aku tiba-tiba ingin cepat-cepat
menemui Haylee. Kau tahu? Aku sampai-sampai tidur lebih cepat agar bisa bangun
lebih pagi dan bersekolah. Tapi tetap saja . Aku selalu terlambat.
“Bagi yang terlambat, silahkan berdiri di luar
kelas” Lagi-lagi Bu Diana mengambil jam pertama.. Sial!! Aku harus berdiri di
tempat menyebalkan ini lagi.
“Kau terlambat lagi?” tanya Niall saat kusadari
bahwa dia juga berdiri di sebelahku.
“Yes... as you see. And i’m sure you too”
jawabku. Niall hanya menganggukan kepalanya. “Hei.. Guys..” Suara yang lembut
itu kembali terdengar saat kutolehkan kepalaku, benar saja.. Haylee!! Entah
kenapa aku se-excited ini bertemu dengannya.
“Kau terlambat lagi?” tanya Niall.
“Lagi?? Oh tidak.. ini baru yang pertama kali..”
jelasnya. Aku melihat Niall yang sepertinya terlihat terkejut dan heran.
Bagaimana bisa Haylee bilang ‘baru pertama kali’ sedangkan Aku, Niall, dan
Haylee sendiri sudah beberapa kali dihukum akibat selalu terlambat. Aneh
sekali. Aku hanya tertawa memaksa.
Beberapa menit kemudian, kami hanya saling
diam. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Aneh sekali.. Tidak biasanya
Haylee diam seperti ini.
“Kalian ingat? Kita waktu itu disuruh
menghitung semut oleh Bu Diana? Haha itu aneh sekali” celetuk Niall. “Haha..
Tentu saja aku ingat.. Itu sangat melelahkan” jawabku.
“Menghitung semut? Untuk apa? Kalian dihukum?”
Haylee pun angkat bicara
“Apa? Kau tidak ingat? Aku, Harry, dan kau
dihukum Bu Diana. Dan dia menyuruh kita untuk menghitung semut.. Apakah ketidak
hadiranmu selama 2 hari membuatmu hilang ingatan?” Niall menatap Haylee sinis.
Aku hanya bisa menyabarkan Niall.
“Oh.. te-tentu saja aku ingat.. bagaimana
mungkin aku melupakannya.. ya aku sangat lelah setelah itu” Haylee memaksakan
tawanya. Sepertinya berbohong.
Selang beberapa menit, pembersih sekolah
mondar-mandir di depan kami dengan sapunya sehingga debunya menyebar ke
mana-mana. Aku jadi ingat ketika Haylee bersin-bersin karena debu yang disapu
pembersih sekolah menyebar. Kurasa dia punya alergi akan itu. Tapi sekarang,
Haylee tidak menunjukkan tanda-tanda dia akan bersin. Kenapa dengannya.. Dia
seperti orang lain saja...
NIALL’S POV
Aku, Harry, dan tentu saja (bukan) Haylee
menuju kantin. Sebenarnya aku tidak mau Haylee ikut dengan kami. Tapi karena
Harry bilang kasihan jadi aku mengizinkannya. Dia memang bukan Haylee. Kalian
tahu? Dia bahkan tidak menyapa Ella saat kami berpapasan.
“Kurasa aku harus ke kamar kecil” kataku
meninggalkan Harry dan (bukan) Haylee berdua. Ini tidak dapat ditahan lagi..
Sehabis dari kamar kecil, aku memutuskan untuk
kembali ke kantin.Tentu saja karena aku lapar. Baru berjalan 2 langkah, bahuku
ditabrak oleh seorang perempuan.. Dia.... Haylee!! Bukankah dia di kantin?
“Kenapa kau di sini? Bukankah kau di kantin?”
tanyaku heran.
“Kantin? Ya aku akan segera menyusul.. Aku
tidak tahan lagi, Niall!” Dia segera memasuki kamar kecil.. Kamar kecil wanita
pastinya.. Aku hanya menggelengkan kepala.
HARRY’S POV
“Hah? Kenapa kau ada di sini? Baru saja kita
bertemu dan kau masuk kamar kecil.. Kenapa cepat sekali? Aku bahkan tidak
melihatmu lewat” kata Niall dengan wajah heran. Wajahnya seperti baru saja
melihat hantu. “Jadi itu tadi siapa?” gumamnya.
“Sudahlah, Niall. Mungkin kau hanya melamun.
Kau saja bisa tertipu dengan gurauanku kemarin. Itu karena kau kebanyakan
melamun. Haylee tetap berada disini. Bersamaku” Kataku menenangkannya. “Mungkin
saja” jawabnya. Tapi aku masih bisa lihat bahwa dia masih sangat bingung.
“Maaf aku harus ke kamar kecil dulu. Kalian
tahu Bu Diana—OMG!!” Aku dan Niall langsung menoleh ke sumber suara. Tapi
dia—dia mirip sekali eh bahkan sangat mirip dengan Haylee. “HAYLEE?!!” teriak
aku dan Niall bersamaan. Aku langsung menoleh ke arah Haylee yang berada di
sebelahku. Memastikan bahwa dia bukan hantu. Tapi dia masih saja duduk manis di
sebelahku dengan muka datarnya.
“A-a-a-apa maksud dari semua ini?!Ka-Kalian ada
dua?!” teriak Niall masih dengan ekspresi yang sama. Aku pun begitu.
“Perkenalkan aku Kaylee.. Adik sekaligus
kembarannya Haylee” katanya tersenyum. Dia menyodorkan tangannya ke arah kami.
Aku dan Niall langsung menjabatnya.
“Kenapa kau bisa ada di sini, Kay?!” tanya
Haylee masih shock.
“Aku mulai bersekolah di sini.. Kau keberatan?”
jawabnya
“Tapi-tapi mengapa?”
“Kurasa aku mulai menyukai sekolah ini.. Jadi,
bolehkan?”
“Tentu saja boleh..” celetukku. Niall langsung
menyenggolku. Menyuruhku diam. Tapi tak lama dia berkata “Ku rasa kami
dipanggil oleh Bu Diana.. Jadi kami permisi dulu.” Niall menarik tanganku.
Mengerti apa maksudnya, aku menurutinya.
***
HAYLEE’S POV
Aku
tak habis pikir.. Mengapa Kaylee.. kembaranku pindah ke sini. Seharusnya kan
dia di Aussie. Kalau begini caranya.. lama-lama aku ingin pindah ke Aussie
bersama Mom.. Tapi aku terlanjur suka dengan tempat ini.. Dan aku tidak suka
dengan kembaranku. Asal kalian tahu, aku dulu sebenarnya akrab bahkan sangat
akrab dengan Kaylee.. Dia bahkan selalu menuruti apa yang aku punya. Sikat
gigi, gantungan kunci, gelas.. semuanya. Bahkan dia juga menyukai apa yang aku
suka. Artis idola, makanan favorit, hobi.. bahkan laki-laki yang dulu sangat
aku suka. Liam Payne. Kaylee mengambil segalanya dariku.. Dia telah memiliki
Liam.. Dia yang juga telah membuat Mom dan Dad cerai kerena kemanjaannya. Aku
dan Kaylee memang berbeda. Aku yang sedikit tomboy dan berani sedangkan Kaylee
sebaliknya. Dia ikut bersama Mom.. sedangkan aku harus ikut dengan Dad. Tapi
ada hikmah dibalik semua itu yaitu aku bisa berpisah dengannya.
Perempuan
yang amat sangat mirip denganku ini sekarang duduk di depanku dengan majalah
fashionnya. Aku harus bicara dengannya.
“Ini”
kataku memberikan gantungan kunci nya yang sempat jatuh oleh Zayn di toko buku waktu
lalu “Apa ini punyamu?”
“Da-Dari
mana kau dapat?!” ujarnya kalap.
“Apa
hubunganmu dengan Zayn?”
“A-Aku
tidak punya hubungan apa-apa”
“Bohong!!
Apa yang membuatmu ke sini.. Apa tujuanmu? Bagaimana Liam?”
“Liam?
Dia sangat payah.. Dia bahkan tidak berani menciumku.. Aku tidak suka dengan
laki-laki yang seperti itu” Dia mengambil nafas. “Lalu Zayn datang padaku.. Dan
menyatakan perasaannya.. Aku dengan terpaksa menerimanya karena aku kesepian.
Tapi beberapa minggu kemudian, dia harus pindah ke sini karena suatu hal.
Mengingat kau juga tinggal di sini, aku ikut dengan Zayn.. Aku merindukanmu”
jelasnya.
Air
mataku telah mengintip di balik pelupuk mata. Sebenarnya aku juga
merindukannya. 3 tahun kami tidak bertemu. “Aku dengar, Zayn memanggilmu wanita
perkasa.. Itu berarti dia telah memukulmu. Dan kalian pasti berkelahi. Kau tahu
kan dia punya jiwa berkelahi? Aku tidak bisa diam.. Aku memutuskan hubunganku
dengannya”
“Jadi,
Zayn sudah tahu lebih dulu bahwa kita kembar?” tanyaku penasaran.
“Ya,
dia sempat terkejut pertamanya. Tapi setelah kujelaskan mengenai kesamaan kita..
dia mengerti. Soal gantungan kunci itu, aku memberikan padanya sebagai bukti bahwa
kita memang kembar. Aku juga menceritakan bahwa kita selalu memiliki barang
yang sama. Tapi aku tidak tahu apakah dia telah menyamakannya atau belum”
“Belum..
Aku bahkan bermusuhan dengannya.”
“Seperti
yang ku duga” jawabnya tersenyum. Aku ikut tersenyum. Bagaimana pun juga dia
kembaranku. Dia juga peduli
terhadapku. Sepertinya aku harus membuang rasa benci ini dan lebih bersikap
dewasa.
***
Lagi-lagi
aku terlambat.. Kapan kebiasaanku ini akan berakhir?! Kaylee? Aku tidak tau dia
di mana.. Bangun tidur, tidak kudapati dia di sebelahku. Masa bodoh..
Aku
dihukum membersihkan taman sekolah. Tapi yang mencuri perhatianku adalah Niall
dan Harry tidak terlambat hari ini. Tumben sekali mereka. Kenapa tidak dihukum
yang lain saja sih.. Aku kan alergi debu.. Aku tidak mau menyebarkan virus
sekarang ini.
“Haylee..
Kau terlambat lagi?” Niall menghampiriku.
“Tidak
ada hujan, petir.. tiba-tiba kau tidak terlambat.. Tumben sekali.”
‘Hahaha..”
Niall tertawa.. Anak ini selalu saja tertawa. “Kau tahu? Hari ini tugas kita
banyak sekali.. Jadi aku datang pagi untuk menyalin tugas.. Biasaaa” jawabnya.
Pantas saja..
“Tugas?
Aku bahkan tidak tahu kalau kita punya tugas?”
“Tentu
saja kau tidak tahu.. Kau kan tidak masuk sekolah”
“Oh
iya.. hatchi.. hatchi..”
“Kau
tidak apa-apa, Hay..??” Niall terlihat cemas. “Biar aku saja yang melanjutkan”
Aku
terdiam. “Kenapa kau tidak masuk kelas?” tanyaku. “Aku.. uhmmm.. dikeluarkan..
ya dikeluarkan ya.. kau pasti tahu kan? haha” jawabnya canggung.. Kenapa
dengannya. “Sini biar aku saja” Niall merebut sapu yang ku genggam dan menyapu
halaman sekolah.. Ya ampun dia seperti pahlawan. “Kau duduk saja di sana”
katanya menunjuk bangku taman sekolah. Aku pun menurutinya.
Selang
beberapa puluh menit, Niall sudah selesai. Aku hampir tertidur menikmati
suasana taman sekolah yang rindang ini.
“Di
mana Harry?” tanyaku saat Niall mengambil tempat di sampingku.
“Uhmm”
Dia menoleh kanan dan kiri. “Oh.. Itu dia.. Dia uhmm bersama seseorang?”
Aku
mengikuti arah pandangan Niall.. Ya Niall benar.. dia memang bersama
seseorang.. Tapi.. itu bukan Kenya melainkan... Kaylee??! Apaku bilang? Dia
selalu merebut apa yang aku suka...
“Sebenarnya
ada yang aku ingin kukatakan” Niall berbicara padaku tapi pandanganku masih tertuju ke Harry. Sebenarnya Sedang apa mereka?
“Kau
tahu aku sedang mencintai seseorang..” Kenapa
Kaylee dan Harry berduaan?
“Kau
ingin tahu ciri-cirinya?” Kenapa mereka
lama sekali?
“Dia
cantik tapi tomboy, ..” apa yang mereka
lakukan?
“Suka
berkelahi,..” Apakah mereka berciuman?
“Punya
alergi terhadap debu, unik.. dan..” Kumohon
Kaylee menjauhlah!!
“Sering
terlambat, dan selalu dihukum” Harry
masuklah ke kelasmu!!
“Jadi,
kau tahu siapa yang aku suka?” pertanyaan Niall mengagetkanku.. Aku langsung
mengalihkan pandanganku ke arahnya.
“Uhhhmm..
Tidak, Niall.. memang siapa?” “Kau sungguh
tidak tahu?” Aku hanya menggelengakan kepalaku. Aku memang tidak tahu.
“Kau”
NIALL’S POV
Aku telah mengatakannya!! Aku tidak percaya.. Sekarang
tinggal menunggu jawabannya.. Kuharap dia menerimaku.. I want her so bad.. Aku
memerhatikan wajahnya. Terlihat sangat jelas bahwa dia terkejut.. Ku harap dia
punya perasaan yang sama denganku.
***
HAYLEE’S POV
Hari ini aku ada pertandingan.. Pertandingan
yang cukup besar.. Bela diri. Aku sengaja mengambil libur 2 hari waktu lalu
hanya untuk mengikuti latihan bela diri di Aussie bersama Mom. Ya.. seperti
yang kalian tahu, Dad tidak memperbolehkan aku latihan bela diri karena
perkelahianku dengan Zayn beberapa waktu lalu. Tentu saja aku menyewa tempat
lain selama berada di sana. Demi menghindari Kaylee.
Lokasi pertandingannya terletak cukup dekat
dari sekolahku. Jadi sepulang sekolah aku langsung cabut ke sana. Sebenarnya
masih ada yang aku pikirkan. Niall. Well, dia menyatakan perasaannya padaku.
Tidak terpikirkan olehku dia punya perasaan seperti itu. Aku sebenarnya belum
tahu perasaanku padanya seperti apa. Harry masih saja menjadi pusat pikiranku.
Aku harus jawab apa?
Setibanya, aku mempersiapkan diriku dengan
pemanasan dan latihan yang cukup. Jangan sampai aku menguras tenagaku sebelum
pertandingan.
Pertandingan pun dimulai. Aku bertarung melawan
Zaskia. Dia memang cukup kuat.
Wasit mengarahkan tangannya padaku menandakan
aku menang melawan Zaskia. Tapi aku jangan senang dulu. Masih banyak lawan yang
harus aku jatuhkan.
Lawan demi lawan menghadapku. Mengeluarkan
seluruh tenaga yang mereka punya. Aku pun seperti itu. Kukerahkan tenagaku
sampai aku mencapai babak akhir.
Selang beberapa jam, tak kusangka aku masuk
babak akhir. Aku melawan Risa dan... seorang laki-laki?! Kenapa mereka
berpasangan?! Ini tidak adil!!
“I’m sorry.. tapi mereka berpasangan. Setahuku
tidak ada rule seperti itu..” protesku kepada wasit. Tapi wasit hanya diam dan
melanjutkan pertandingan.
Mereka tiba-tiba mengeroyok ku saat aku lengah.
Tentu saja aku jatuh dan tubuhku menyeret lantai. Aku tidak kuat lagi.
Sampai-sampai aku digendong oleh coach ku. Apa aku menyerah saja?
“Hayleeeee!!! Semangat!!” “Ayooo kau pasti
bisaaa!!” “Jangan menyeraaaahh!!” Entah kenapa suara-suara itu tiba-tiba
menyetrumku melalui pembuluh darah, melewati jantung, hati dan berakhir ke
otakku. Oke aku rasa berlebihan sekarang. Kutolehkan kepalaku ke arah sumber
suara. Dan kudapati mereka.. Harry, Niall, Ella, Louis, Haylee, dan Zayn?
Kenapa dia mau menyemangatiku?
Mereka sekarang mengerubungiku. “Haylee, Aku
akan membantumu melawan mereka..” tawar Zayn. Aku terkejut. “Aku tidak mau!!”
kataku.
“Tapi ini situasi gawat, Hay.. Oke aku minta
maaf atas kejadian waktu itu.. Maafkan aku..” Zayn meminta maaf padaku dengan
menyodorkan tangannya. Tapi kutepis ttangannya.
“Ayolah Hay, kau jangan keras kepala” seru
Kaylee. Apa pedulinya dia padaku.
“Haylee.. Kumohon baca ini” Niall memberikan 2
lembar kertas kepadaku. Aku terkejut saat membacanya bahwa itu adalah 2 halaman
essai tentang semut yang aku buat atas perintah Bu Semut.. eh Bu Diana
maksudku.
“Untuk apa ini” Aku mendongakkan wajahku agar
bisa melihat Niall lebih jelas.
“Baca saja” Aku menuruti perintah Niall untuk
membacanya. Di sana tertulis ‘Walaupun dengan tubuh kecil, semut mempunyai
kelebihan-kelebihan lain yang tak kalah hebat dengan binatang yang tubuhnya
jauh lebih besar. Di antaranya yaitu peduli. Peduli dan peka terhadap segala
hal yang terjadi dalam lingkungannya. Serta selalu memelihara cinta kasih
kepada sesama. Yang kedua adalah kerja sama. Mereka mampu menjalin kerja sama
untuk menggalang kemitraan dengan semua kalangan dalam menjalankan tugas agar
sukses mencapai tujuan’ Aku hanya terdiam “Apa maksud dari semua ini?”
“Kau ingat ketika kita menghitung semut
beberapa waktu lalu dan aku takjub ketika melihat semut-semut itu membawa
makanan yang lebih besar dari tubuh mereka? Menurutmu apa penyebab mereka bisa
melakukannya?” Aku hanya menggelengkan kepala tidak tahu. “Kerja sama” Niall
menghembuskan nafas sebentar “Jika kau dan Zayn kerja sama melawan kedua bocah
itu, maka kekuatan kalian akan bersatu. Lalu kalian kan menang, dan mendapatkan
hadiah, lalu mentraktir kami semuaa makan.. yeeeee” jelas Niall yang langsung
disorak oleh teman-temanku. Aku menatap Zayn. Dan Zayn setuju.
“Baiklah.. Aku dan Zayn akan bertandingggg...
GANBATTEE!!” teriakku bersemangat. Meraka langsung ikut berteriak ‘Ganbatte’
tapi tak lama Niall bergumam “Apa itu Ganbatte?”
Aku dan Zayn memasuki arena. Kami sudah
menyiapkan strategi. Saat bunyi aba-aba dimulai aku langsung menghabisi si
perempuan. Sedangkan Zayn yang laki-laki.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya
lawanku lengah dan sekarang terbujur di lantai. Aku langsung melihat ke arah Zayn.. Untunglah lawan
Zayn juga lengah sama dengan lawanku. Ketika wasit menghitung mundur 3.. 2..
1.. dan akhirnya tidak ada reaksi yang berarti dari si lawan. Maka kami
dinyatakan menang. Aku langsung memeluk Zayn. Aku senang sekali. “Sepertinya
kami juga ingin mengucapkan selamat” kata Harry di belakangku. Aku langsung
berbalik dan memeluk Harry. Entahlah aku hanya ingin memeluknya. Tapi tiba-tiba
Niall menarikku dari pelukan Harry. Oh ya.. Aku lupa..Dia kan menyukaiku..
Giliran Ella yang memberiku selamat. Aku
terharu di dalam pelukannya. Kau tahu? Ini pertama kalinya aku memenangkan
pertandingan bela diri.
“Aku juga ingin memelukmu, Hay..” Pandanganku
mengarah ke Kaylee. Apa boleh buat. Aku memeluknya. Lagi pula dia adalah saudaraku
meskipun dia cukup menyebalkan.
Selama aku meladeni orang-orang yang memberi
selamat, aku menangkap Harry dan Kaylee sedang bergandengan tangan dan tertawa
satu sama lain. Sepertinya Harry menyukai Kaylee. Dan Kaylee menyukai Harry.
Lagipula menurutku Harry adalah tipe laki-laki Kaylee. Mungkin mereka cocok.
Tapi meskipun begitu, rasa skit terus bergejolak.
I'm broken
Do you hear me
I'm blinded
Cause you are everything I see
I'm dancing, alone
I'm praying
That your heart will just turn around
Do you hear me
I'm blinded
Cause you are everything I see
I'm dancing, alone
I'm praying
That your heart will just turn around
“Mereka
cocok ya?” kata Ella dan Louis di belakangku. Tunggu.. Louis?? Kutolehkan
kepalaku mengahadap mereka. Ada apa ini? Tau-tau mereka sudah bergandengan
tangan.
“Kalian
berpacaran?!” tanyaku. “Jangan kaget begitu, Hay.. Calm down..” kata Louis
setelah melihat ekspresiku. “Ya.. Kami memang berpacaran Hay.. Kira-kira
beberapa bulan yang lalu saat perkelahianmu dengan Zayn. Karena aku khawatir,
aku menanyakan keadaanmu lewat Louis” jelas Ella menatap Louis. “Karena Ella
orang yang enak diajak ngobrol akhirnya
kami keterusan sampai sekarang ini” timpal Louis.
“Niall
sudah menunggumu di lapangan parkir” kata Ella. Niall.. Oh iya.. Aku langsung
menemui Niall tanpa permisi ke Ella dan Louis. Aku harus memberi jawabanku
sekarang.
NIALL’S POV
You’ll
never love yourself
Half
as much as I love you
You’ll
never treat yourself right darling
But
i want you to
If
I let you know I’m here for you
Maybe
you’ll love yourself
Like I Love You
Senandungku.
Aku merasa bosan di dalam maksudku menyaksikan Haylee dipeluk oleh orang lain..
Huh~~ aku hancur saat ini.
“Lagumu
bagus” suara itu mengejutkanku. Saat kutolehkan ke sumber suara, kudapati
Haylee menghampiriku. “Sejak kapan kau ada di sini?”
“Sejak
kau menyanyi.. Aku tak tahu kalau suaramu bagus.”
“Haha..
menyanyi adalah hobiku. Kau mau ini?” Aku menyodorkan chipsku padanya.
“Tumben
sekali kau menawariku makanan. Biasanya kau akan bilang ‘I won’t share food’”
Katanya meniru gayaku berbicara. Aku hanya tertawa.
Kami
terdiam beberapa saat “Ada yang ingin aku utarakan mengenai waktu itu.” Katanya
kemudian. Suddenly my heart beats just went faster.
“Aku
tidak penah menyangka bahwa ada laki-laki yang menyukaiku..” Aku mau kau juga menyukaiku. “Aku juga
tidak pernah terpikir menjadikanmu sebagai pacarku” Tapi aku selalu memikirkannya. “Jadi aku memutuskan...” Dia diam
sebentar.. “Aku tidak bisa” katanya kemudian.. Hatiku hancur saat ini. Mungkin
jika bisa di dengar.. Hatiku sedang berteriak sekarang. “Aku tidak bisa
menolaknya” Lanjutnya kemudian. Apa berarti itu tandanya dia menerimaku?! “I love you.. And i will never
hurt you” janjiku. Aku memeluk Haylee. Parfumnya menusuk hidungku. I pull my
hand to Haylee’s face and push back his hair. I whisper ‘I love you’ near her
ear. I push her against the wall and start to kiss her. Her lips are too
addicted that I can’t stop. I kiss her passionately. I close my eyes just to
enjoy our kiss. Our first kiss. She’s already mine.
***
2 Years Later
HAYLEE’S POV
Ini hari pertama ku di Aussie. Aku harus
melanjutkan sekolahku.. setelah aku merayakan hari graduate ku dengan
teman-temanku. Aku harus berpisah
dengan mereka. Terutama pacarku Niall.. Sangat berat untuk melepaskannya.. Tapi
kami telah berjanji untuk tidak menyakiti satu sama lain.. Dan kami juga
berjanji untuk tidak selingkuh. 2 tahun bersama dengannya membuatku bahagia.
Setiap hari ada yang menemaniku kecuali jika aku dihukum oleh Bu Diana. Niall
tidak mau menemaniku.
Kaylee? Ya.. Kaylee tetap berada di sana. Hanya
aku yang pindah. Baru kusadari jika Kaylee bukanlah adik yang buruk. Kecintaan
kami pada idola yang sama sangat menbantuku dalam mengoleksi merchandise ku
yang sekarang berjumlah ratusan. Dia juga telah berpacaran dengan Harry. Mereka
sangat serasi.
Ella and Louis still together. Meskipun banyak
cekcok dia antara mereka, tapi mereka selalu mesra.. Ini yang harus kupelajari
dari mereka.
Zayn? Ya dia diterima di sekolah bela diri
setelah aku berusaha untuk meyakinkannya. Dia termasuk orang yang keras kepala
juga. Tapi sekarang ada perempuan yang mengisi hatinya. Kenya. Putus dari
Harry, Kenya dengan cepat menggantikan posisi Harry dengan Zayn. Zayn yang
waktu itu putus dengan Kaylee segera menggantikan posisi Kaylee dengan Kenya..
Ya aku tidak tahu pasti.. Tapi sepertinya mereka cocok.
Di sinilah aku sekarang. Masih sama dengan
kebiasaanku. Terlambat di hari pertama kuliah. Dunia perkuliahan memang sangat
keras.
“Haylee!! Silahkan kau tutup pintu dari luar!!”
Seperti biasa. Aku dihukum berdiri di luar kelas. Dosenku sangat kejam. Kuakui
sekarang aku merindukan Bu Semut maksudku Bu Diana.
“Kau lagi?!” seseorang berteriak saat aku
menundukkan kepalaku. Saat kudongakkan, ternyata Niall berdiri di sampingku.
Aku ingat bahwa kata-kata itulah yang sering aku lontarkan saat bertemu dengan
Niall dan Harry yang terlambat dan dihukum bersamaku.
Aku langsung mencium Niall. Rasa rinduku tak
tertahankan. Tapi tiba-tiba Harry berdiri dibaliknya. Malu. Aku pun
mengurungkan niatku.
“Haylee.. aku merindukanmu” kata Kaylee yang
muncul di belakang Harry.
“Kami juga” seru Louis dan Ella yang berdiri di
belakang Kaylee dan Harry.
“Kami juga” seru Zayn dan Kenya yang muncul di
belakang Louis dan Ella.
Tak lama, Mom datang membawa kue dengan lilin
berbentuk 18 tahun. Aku tidak bisa membendung air mataku lagi.
“SELAMAT ULANG TAHUN” sorak teman-temanku. Aku
memeluk semuanya.
Tapi tiba-tiba dari dalam kelas terdengar
seseorang. Mengganggu suasana saja. “HAYLEE!! Jika kau tidak diam, sekarang
juga aku akan menambahkan hukumanmu!!!!”
No comments:
Post a Comment