Finalis #1DFanficContest13
by Risa Iqlima Restaripani , 15
ZLS
Langit
London sedang tidak bersahabat sore ini, Aku menapaki satu demi satu anak
tangga untuk menuruni pesawat ini. Perjalanan 9 jam yang baru saja aku jalani
membuatku harus sedikit memegangi pinggangku. Belum lagi air hujan mulai turun
membasahi kota yang terkenal dengan BigBen nya ini. Memaksaku untuk lebih
mempercepat langkahku menuju tempat yang lebih kering. Ku lihat orang-orang
disekitarku juga melakukan hal yang sama denganku, namun mereka terlihat
sedikit berbeda denganku, mereka mulai memakai sweater untuk menghangatkan diri
mereka, tapi aku? Aku merasa bodoh kali ini. Aku kira semua orang juga tau,
daratan Eropa memang sangat dingin di musim ini. Tapi, aku tidak membawa baju
hangat kesini. Betapa bodohnya
diriku sekarang. Ah sudahlah, sepertinya aku harus mencari cara lain untuk
menghangatkan tubuhku. Akhirnya kuputuskan untuk memasuki sebuah Café ala Italy
yang ada disebrang jalan, dan memesan secangkir kopi untuk sekedar membuat
tubuhku lebih hangat. Orang-orang di dalam café melihatku dengan penuh
keheranan, seolah-olah berkata “siapa dia? rambut tidak beraturan, tidak
memakai sweater atau jaket, dan membawa koper yang sangat besar. Orang aneh”
Namun
semua itu hanya khayalanku saja, toh,
ternyata orang-orang didalam café sibuk dengan kegiatannya masing-masing, tidak
ada tatapan aneh yang ada di khayalanku. Aku memang aneh dan selalu berkhayal.
***
Cangkir
kopiku sudah kosong sejak tadi, namun hujan diluar membuatku masih terduduk
disini. Hujan itu air,bukan? Kenapa harus takut? Huh. Kenapa aku tidak berfikir
sejak tadi…Akhirnya aku melangkahkan kaki ku keluar dari café itu. Aku salah,
hujan telah berlalu. Orang-orang juga sudah memulai aktifitasnya kembali, aku
masih berdiri terpaku di depan pelataran café. Meski hujan telah reda, langit
London masih belum mau menunjukkan kecerahannya.
“Sekarang,
apa?” desisku dalam hati, suasana hatiku kacau saat ini. Untuk apa juga aku
berlibur ke London seorang diri? Tidak ada orang yang bisa aku ajak berbicara
disini. Kecuali…orang disebrang jalan itu, tiba-tiba ia berlari kearahku, aku
kira ia bisa diajak berbicara denganku, tapi ternyata dia mengambil koperku!
“HEI!
KEMBALIKAN KOPERKU”
Aku
berlari sekuat aku bisa untuk mengejar lelaki tadi. Di persimpangan jalan,
tepatnya disebuah taman, aku melihat lekaki itu dengan santai nya sedang
terduduk di bangku taman. WHAT THE HELL?
“HEI
KEMBALIKAN KOPERKU!” Sekali lagi, aku meneriakkan kata yang sama, tapi kali ini
aku berteriak tepat dihadapan lelaki itu.
Dengan
gerakan yang sangat lambat, ia mengembalikan koperku. Matanya tak henti
memandangiku. Karena aku belum mengenalnya, terlebih sorotan matanya, membuatku
ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini. Aku takut ia orang jahat, aku
mengambil ancang ancang untuk berlari menjauhi orang aneh itu. Namun, aku
terlambat. Orang aneh itu memegang lenganku. Aku menoleh..
“Hei
mengapa kamu begitu takut melihatku? Ha-ha-ha” ia tertawa.
Aku masih
bungkam seribu bahasa, tampaknya orang ini bisa berbahasa Indonesia dengan
lancar.
“Aku
orang baik, kenapa kau harus takut?”
“Apa yang
bisa membuatku yakin bahwa kau orang baik?” aku memberanikan diriku bertanya
pada lelaki itu.
“Apa
wajahku menunjukan aku orang jahat?” ia menunjukkan senyum yang sangat manis.
“Kalau
kau orang baik, untuk apa kau mengambil koperku tadi?”
“aku
hanya ingin kau mengejarku”
WHAT?
Dengan mudah ia berkata seperti
itu, sedangkan aku hampir setengah mati mengejarnya tadi.
“Aku
Zayn, kau?” lanjutnya.
“Aku
Tiffany, kau orang yang aneh” Aku sedikit menyindirnya. Ia hanya tersenyum
kecil.
“Kau
warga negara Indonesia, bukan?”
“ya, bagaimana
kau bisa tahu? kau juga?”
“Wajahmu
sangat kental dengan wajah-wajah wanita Asia. oh, bukan. Aku asli Inggris”
Wajahnya memang menunjukan dengan jelas bahwa ia memang seorang British Boy.
“lalu,
bagaimana bisa kau bisa lancar melafalkan bahasa dari negaraku?”
“Dulu,
aku sempat tinggal di Jakarta, tapi itu sudah lama sekali” ia kembali tersenyum
kepadaku.
Ia mulai
menurunkan penutup kepala yang menyatu dengan Jaket coklatnya. Oh god, ia
sangat tampan. Persis artis-artis Holywood.
“Kau bahkan
lebih tampan dari yang aku bayangkan, lebih mirip dengan artis-artis Holywood, ketimbang Orang
biasa. Hahaha” aku sedikit menggodanya.
“Ah, kau
terlalu berlebihan” ia menyahuti ucapanku tadi.
“Sedang
apa kau disini?” ia kembali bertanya.
“Aku berlibur
disini” ucapku sambil menatap kedepan.
“Seorang
diri?”
“Yap,
seperti kelihatannya” ucapku lesu.
“Sungguh
tidak menyenangkan berlibur seorang diri di Negeri orang,”
“ya,
begitulah”
Zayn
kembali memakai penutup kepala nya dan memasukkan kedua tangannya pada saku
jaketnya.
“Aku
harus pergi, kau akan beruntung jika bertemu lagi denganku, begitu juga dengan
aku. Langit London masih belum bersahabat. Bergegaslah memakai baju hangat
sebelum kau merasakan dinginnya London
malam nanti. Sampai jumpa!” Ia berlalu dihadapanku.
Setelah
Zayn berlalu, aku kembali menyusuri jalan-jalan di Kota London seorang diri.
Sebelum malam tiba, aku harus cepat-cepat mencari penginapan dan bersembunyi
dibawah selimut sebelum merasakan dinginnya malam di Kota London, persis yang
Zayn katakan tadi.
***
Aku masih
mengelilingi Kota London dengan menyeret koperku. Malam mulai menjelang, udara
disini mungkin sudah bisa membuat api unggun padam hanya dengan hitungan detik.
Ayolah, Ini London, aku hanya orang awam yang tidak mengenali sedikit pun
tentang lingkungan sekitarku. Aku hanya ingin menemukan penginapan. Aku terus
menggerutu dalam hati. Lelah, itu sudah pasti aku rasakan, ingin rasanya aku
merebahkan diri di ranjang yang empuk dengan selimut tebal. Tapi….Dimana ada
penginapan di daerah ini?
Samar-samar aku melihat sebuah Tulisan besar berwarna
Biru Tua. “Hilton London Olympia”
”Ah! Ini
dia yang aku cari! Hanya sebuah tulisan biasa, tapi bisa menyelamatkanku dari
udara London yang lama-kelamaan semakin menusuk sampai ke tulang.
Penginapan
ini tidak terlalu besar tetapi cukup nyaman dan menyenangkan untuk aku tempati
satu sampai dua minggu kedepan. Aku mulai merapikan barang-barangku di Laci
yang tersedia di dalam kamar. Aku langsung merebahkan diri di ranjang dan mulai
memejamkan mata…
***
Pagi ini
aku sudah berada di Buckingham
Palace memandangi bunga-bunga tulip berwarna merah yang sedang mekar,
Indah sekali, mungkin cukup baik untuk mengawali liburanku di London. Setelah
roti-roti ditanganku habis, aku berjalan keluar pintu gerbang Buckingham Palace
ini. Tiba-tiba aku memikirkan Zayn, lelaki yang aku temui kemarin sore.
“Aku
tidak beruntung, Zayn. Buktinya, aku tidak bertemu lagi denganmu. Ha-ha-ha”
lirihku sambil tertawa memikirkan
wajah tampan yang Zayn miliki.
Kini aku
beranjak untuk pergi dari tempat ini, tapi belum sepenuhnya aku berjalan,
segerombolan remaja putri menabrak tubuhku hingga aku harus lebih kuat
mempertahankan keseimbangan tubuhku agar tidak terjatuh.
“Apakah
mereka tidak bisa lebih berhati-hati sedikit?” ucapku sambil kembali duduk di pinggiran kolam. Ku lihat
remaja-remaja putri itu berlarian mengejar seseorang.
“ZAYN!
ZAYNN!!” itulah teriakan beberapa dari mereka.
Apa?
Zayn? Apakah Zayn mencuri lagi? Apakah ia mencuri lagi sehingga
banyak orang mengejarnya? Itu tidak mungkin. Apakah Zayn memiliki fans? Ah,
sepertinya itu lebih tidak
mungkin. Zayn kan hanya orang biasa. Atau mungkin orang itu bukan Zayn yang ku
kenal kemarin? Ya. Itu pasti bukan Zayn.
Aku
beranjak pergi ke tujuan wisataku selanjutnya, London Eye, aku menunggu
angkutan umum semacam taksi di pinggir jalan. Setelah aku menunggu, taksi itu
muncul juga, aku masuk kedalamnya dan menutup kembali pintu taksinya dengan
hati-hati. Tiba-tiba seseorang membuka paksa pintu taksi yang aku tumpangi, ia
duduk dengan tergesa-gesa. Ah! Siapa lagi orang aneh yang aku temui disini?
“ZAYN!”
aku refleks berteriak melihat siapa yang ternyata ada disebelahku sekarang.
Hari ini ia kembali memakai tutupan kepala yang menyatu dengan jaketnya, kali
ini berwarna hitam.
“TIFFANY!”
ia membalas teriakanku dengan teriakan yang tak kalah kencang dari teriakanku
tadi.
“Maksudmu
apa? Aku selalu mengagetkanku! Sebenarnya apa maumu?!” saat ini aku sangat
kesal pada Zayn.
“Sudah,
aku akan menjelaskan nya nanti,
tapi kita harus pergi secepatnya dari sini” nada bicaranya seperti orang yang
sedang dikejar sesuatu yang menakutkan.
“Tapi aku
akan pergi ke London Eye!”
“Oke,
tidak ada masalah! Kita pergi ke London Eye sekarang”
Supir
taksi mulai menjalankan kendaraannya menuju tempat yang dimaksud. Di dalam taksi,
tidak ada pembicaraan antara aku dan Zayn. Aku lebih memilih melihat keluar
jendela.
“Kau
marah?” Zayn menyentuh bahuku.
“Ah, tak
apa. Aku hanya sedikit kaget, karena kehadiranmu yang selalu membuatku hampir
jantungan” Aku sedikit mengukir senyumku untuk lelaki manis dihadapanku saat
ini.
“Maaf,
aku dikejar banyak wanita tadi” Zayn menatap lurus kedepan.
“Apa?
Dikejar banyak wanita? Kau mencuri lagi?”
“Oh,
maaf. Maksudku…emmm” Zayn terlihat tidak bisa menjawab pertanyaanku. Seperti
ada yang disembunyikan.
“Ah, itu
tidak penting. Ayo, London Eye sudah menunggu kita” ucapku sembari membuka
pintu taksi sebelah kanan. Diikuti dengan Zayn yang juga membuka pintu sebelah
kiri.
Terik
matahari menemani kami berdua mengelilingi area London Eye Aku sama sekali
tidak merasa kepanasan walaupun sinar matahari banyak memaksa orang-orang untuk
menggunakan payung atau topi untuk berlindung. Aku menoleh kesamping kiriku,
Zayn terlihat sangat waspada dengan keadaan sekitar. Ia sekarang lebih terlihat
seperti mata-mata dibandingkan seorang pemuda yang akan berekreasi ke London
Eye.
“Kau
baik-baik saja, Zayn?”
“Emm, aku
baik-baik saja. Kenapa kau bertanya seperti itu?” Zayn menautkan kedua alisnya
sehingga terlihat menyatu.
“oh,
maaf. Aku kira kau sedang tidak enak badan” sekali lagi, aku hanya tersenyum.
Kami
berdua duduk di bangku yang telah disediakan di pinggiran stand ice cream. Zayn
mulai menurunkan penutup kepalanya.
“Kau
senang sekali memakai tutupan kepala seperti itu, sebenarnya kau ini kenapa?
Apakah rambutmu akan rontok jika terkena sinar matahari?”
“Ha-ha-ha
kau ini senang sekali menggodaku, aku hanya ingin ketampananku hanya terlihat
olehmu, bukan orang lain” ia memandangku penuh arti, matanya sangat sendu
sekarang. Seperti tatapan seorang kekasih kepada kekasihnya.
Hening..itulah
yang terjadi sekarang, mulutku seperti terkunci dengan tatapannya, matanya
sangat indah. Membuatku tak ingin melepaskan tatapanku pada matanya.
“Ehh,
memangnya kau tampan?” aku sedikit terhentak dan melepaskan tatapanku pada
Zayn, begitu juga dengannya.
“Aku
memang tampan sejak dalam kandungan ibuku” ia juga terlihat kikuk.
Aku hanya
tersenyum kecil, ia memang manusia yang cukup percaya diri. Hahaha
Hari
sudah sore, berarti sudah seharian penuh aku berjalan-jalan di London Eye, Zayn
mengajakku mencoba Bianglala terbesar ketiga di Dunia yang terdapat di London Eye.
“Apa kau
yakin ingin mencobanya?” aku ragu. Bianglala itu sangat besar dan tinggi.
“Apakah ada cara lain yang lebih baik untuk
menikmati kota London dari atas bianglala setinggi 135 meter yang terletak di
tepi sungai Thames?”
“Baiklah….” Aku berjalan sangat pelan. Aku
takut ketinggian!”
Aku berhasil menaikinya. Ini sangat menakjubkan! banyak pasangan kekasih yang datang ketempat ini
untuk menghabiskan detik-detik menuju malam hari.
“Ini sangat indah” Aku tertawa lepas. Indahnya
kota London bisa kulihat dari atas Bianglala ini, belum lagi matahari
sepertinya akan tenggelam….
***
Aku dan
Zayn dalam perjalanan pulang sekarang, kami memilih berjalan kaki. Tidak ada
salahnya bukan? Menikmati pemandangan kota London yang indah ini dengan
berjalan kaki. Terlebih Zayn menggandeng tanganku Ini sangat romantis. .Semula, suasana jalanan ini sangat
tenang dan terhindar dari kebisingan. Sebelum suara sepatu-sepatu itu
bergesekan dengan permukaan jalan dengan tempo yang sangat cepat, aku dapat
menerka bahwa sedang ada segerombolan orang yang berlarian kearah kami berdua. Aku
menyempatkan diri menoleh kebelakangku…Dan…Gerombolan remaja yang menabrakku
kemarin muncul lagi, sekarang dalam jumlah yang dua kali lipat lebih banyak.
Zayn melihat aku yang sedang terheran-heran dengan orang-orang dibelakangku pun
ikut menoleh kebelakang. Reaksinya tak pernah kuduga. Ia Menarik tanganku
supaya mengikutinya. Tak tanggung-tanggung, ia mengajakku berlari, Aku bingung,
Ada apa ini?
“Zayn,
kenapa kita berlari?!” aku berbicara dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Aku akan
memberitahumu ketika kita sudah berada ditempat yang aman!!” Zayn berbicara
sangat keras, lebih tepatnya berteriak.
“Tapi
kenapa mereka mengejar kita?!!” teriakanku pun tak kalah keras
“sudah,
kau tak perlu banyak bicara, yang penting kau harus berlari lebih cepat lagi!!”
Zayn masih menggandeng tanganku.
Entah
sampai kapan aku harus berlari, Zayn masih membawaku berlari. Mungkin jika ada
perlombaan lari marathon, Zayn akan memenangkannya, ia seperti sudah terlatih
untuk berlari dengan cepat. Biasanya, di Indonesia orang yang berlari dengan
kencang dipinggiran jalan adalah seorang pencuri, tapi, kami kan tidak mencuri?
“Di..mana
penginapan…mu?” Zayn berteriak, kali ini suara nya tersendat-sendat, ia mungkin
sudah terlalu lelah. Sementara remaja-remaja itu masih mengejar kami. Kali ini
diiringi teriakan-teriakan memanggil nama Zayn. Sebenarnya mereka siapa? Huh.
“Di Hilton London Olympia Hotel!! 380 Kensington High
St London, Greater London W14 8NL”
Sepertinya
ia membawaku ke Alamat hotel itu . Ya, ia membawaku ke Hotel penginapanku. Ia
kembali menarik tanganku agar lebih cepat memasuki Hotel.
“Huuuh.
Ini sangat melelahkan” Zayn duduk di Sofa Lobby sembari mengatur nafasnya.
“Apakah
mereka sudah pergi?” Aku duduk disebelah Zayn, nafasku masih memburu akibat
insiden tadi.
“Seperti
nya mereka kehilangan jejak kita”
“Sebenarnya
kenapa mereka mengejar kita sampai sejauh ini?”
“Fanny,
kejadian ini memang tradisi di London. Sangat lucu bukan?” Zayn tertawa renyah.
“kau
bercanda?”
“Tidak,
Fanny, mana mungkin aku bercanda. Hahaha”
Aku ragu
dengannya sekarang. Kalau ia berbohong, aku akan sangat membencinya!
“lalu,
kau bagaimana?” Aku menoleh pada Zayn. Keringat di pelipisnya bercucuran
sebesar biji Jagung.
“Bagaimana
apanya?”
“Bagaimana
kau pulang kerumahmu?”
“Rumahku
hanya berbeda beberapa blok dari sini, aku akan pulang sampai keadaan
benar-benar aman”
“lalu
aku?” aku menunjukkan jari telunjukku
sampai menempel di hidungku.
“Hahaha,
kau lucu! kalau kau ingin beristirahat, beristirahatlah! Aku akan tetap disini”
Zayn tertawa sambil memencet hidungku.
“Kau
fikir ini tidak sakit?!” Aku memencet balik hidung mancung milik Zayn. Ia
seseorang yang sangat lucu. Walaupun baru berkenalan beberapa hari, ia sudah
bisa membuatku nyaman.
‘Hahaha!
Sudah! Kau beristirahat! Aku akan pergi sekarang” Zayn beranjak dari tempat
duduknya dan keluar dari Hotel ini. Aku hanya tersenyum melihat punggung Zayn
yang lama-kelamaan menghilang dari pandanganku….
***
Hari
selanjutnya, masih di Kota London. Dengan segala rasa penasaranku akan kota
yang sangat indah ini, aku bergegas membersihkan diri dan bergegas untuk
mengunjungi beberapa tempat indah lainnya di Kota London.
“Tok..tok…tok”
Seseorang mengetuk pintu kamar hotel ku. Pagi-pagi seperti ini? Aku buru-buru
membuka pintu.
“Excuse
me, letter for you” Tampaknya lelaki itu pegawai hotel ini.
“Thank
you” aku kembali menutup pintu.
“Surat?
Siapa yang mengirimiku surat?”
Aku
membuka amplop dengan hati-hati, aku sedikit tersentak melihat isi surat ini.
“Kami
tahu, kau wanita yang kencan bersama Zayn kemarin sore. Kami mengejarmu dan
Zayn kemarin, kau masih ingat? Kami akan selalu melakukannya, atau mungkin
lebih dari itu, kami akan membunuhmu!”
Membunuhku?
Ini surat terror. Aku harus bertemu Zayn sekarang!
Aku
sedikit berlari kecil menuruni tangga, tepat di Depan Lobby, Zayn sudah duduk manis
sambil memandangi dirinya sendiri di sebuah kaca kecil, yang mungkin ia bawa
dari rumahnya. Haha
“Zayn,
kau tau maksud surat ini?!” tanpa basa-basi aku menyerahkan surat ini pada
Zayn.
Zayn membaca
surat itu. Matanya sesekali melirik kearahku.
“Aku
diteror, Zayn! Aku takut!” Wajahku panik sekali.
“Kau
tidak perlu takut, ini hanya surat!”
“Bagaimana
aku tidak perlu takut, Zayn? Aku baru tiga hari di London, tapi aku sudah
diteror. Sebenarnya siapa mereka?” Aku mengguncang-guncangkan tubuh Zayn.
“Aku juga
tidak tahu! Sudahlah, mereka mungkin hanya menakutimu?”
Aku hanya
diam.
“Ayo!
Kita akan bersenang-senang di National Portrait Gallery hari ini,
kau tidak boleh lupa membawa kameramu, disana banyak lukisan yang harus diabadikan
” Zayn menarik tanganku agar mengikutinya.
Aku
terpaksa mengikuti Zayn, Aku coba tersenyum meskipun Aku masih menyimpan Tanya
mengenai surat itu, ya, surat terror itu…
***
Hari sudah
petang, kakiku terasa kaku sekali, seharian penuh aku mengelilingi berbagai
tempat di London.
“Zayn,
tunggu! Kakiku kaku sekali” ucapku sambil memegangi kaki kananku.
“Mungkin
kau terlalu lelah, kakimu meminta istirahat! Haha” Zayn berjongkok dihadapanku.
“Kau
kenapa berjongkok seperti itu?”
“Ayo naik
kepunggungku!”
“Untuk
apa?”
“Tiffany!
Kau ini…Kakimu sakit bukan,?” Wajahnya menunjukkan ia sangat jengkel padaku.
“Oh iya,
maaf” aku hanya tersenyum tanpa dosa. Dan mulai naik ke punggung Zayn.
Sepanjang
perjalanan pulang, Zayn menggendongku. Ditemani lampu-lampu jalan yang berwarna-warni,
Malam ini sangat indah. Dia lelaki
yang baik, tak heran ada perasaan berbeda tiap ia ada didekatku.
“Ah, aku
sangat menyesal. Aku hanya dapat mengantarmu sampai ujung jalan ini. Tak apa?”
Zayn menurunkanku dari punggungnya.
“Tak apa,
Zayn. Terimakasih atas tumpangannya, Hahaha”
Zayn
hanya membalas tawaku dengan senyuman, senyuman yang manis, seperti biasanya.
Zayn mulai meninggalkanku seorang diri di Ujung jalan yang sepi ini. Dengan
langkah yang tersendat, aku berusaha membawa kaki kananku untuk tetap berjalan.
Sesampainya di depan Hotel, aku memutuskan untuk duduk sebentar di pelataran
hotel. Dari kejauhan aku melihat beberapa orang wanita yang sepertinya akan
menghampiriku. Aku menyipitkan mataku, mereka yang tempo hari mengejar aku dan
Zayn. Aku teringat dengan Surat terror itu, bulu kudukku mulai merinding,
apakah mereka benar-benar akan membunuhku? Aku berusaha secepat mungkin berdiri
meninggalkan tempat itu. Namun apa daya, kakiku ini sulit sekali berjalan,
mereka sudah terlalu dekat.
“Seperti
yang kami katakan! Kami akan membunuhmu!” kata seorang diantara mereka.
“Apa
salahku sehingga kalian ingin membunuhku?”
“Kau
berkencan dengan….ZAYN!” seorang diantara mereka menjawabnya dengan sedikit bentakan.
Aku semakin takut dengan keadaan ini. Aku pergi ke London hanya ingin berlibur!
Bukan untuk dibunuh dengan sekumpulan remaja ini!
Mereka
mulai menarik tanganku, aku tak tinggal diam, aku mencoba memberontak. Tapi
tenaga mereka jelas lebih kuat dari aku yang seorang diri.
“lepaskan
aku!!”
“Tolong
lepaskan Aku!!” aku kembali berteriak sekencang mungkin. Apakah tak ada yang
mendengar teriakanku?
Suara
gemuruh tiba-tiba terdengar di telingaku. Langit London mulai berubah gelap. Beberapa
diantara mereka mulai tidak sadar melepas tanganku, mereka terfokus pada Langit
yang mulai bergemuruh. Kesempatan ini tak ku sia-siakan. Aku berhasil
melepaskan diri dari mereka dan berlari sekuat tenaga memasuki Hotel. Aku
bernafas lega, Mereka akan dihadang petugas hotel jika masih memaksa masuk.
***
“Zayn!
Kau harus menjelaskan semua ini! Mereka benar-benar melakukannya! Kemarin aku
hampir dibunuh oleh mereka!”
Aku dan
Zayn sudah berada di Sebuah taman kota. Ia kutemukan sedang terduduk lesu disini.
“Sebenarnya,
mereka fansku” Zayn berkata sangat pelan.
“Fans?
Kau mempunyai fans?” aku hampir tidak percaya. Zayn memiliki fans?
“Kau
tidak tahu? Aku personel One Direction”
Tunggu
sebentar, One Direction? Aku sudah pernah mendengarnya beberapa kali.
“Jadi,
selama ini kau membohongiku?!”
“kau
bilang kau orang biasa, Kau hampir membuatku mati, Zayn! Aku benci orang
pembohong!” lanjutku.
Zayn
masih tak percaya aku bisa semarah ini padanya.
“Tapi aku
hanya ingin kau menerimaku sebagai Zayn malik, orang biasa, bukan Zayn personel
One direction” Zayn berkata jujur kali ini,
“Aku bisa
menerimamu sebagai siapa saja, tapi bukan seperti ini caranya! Kau bisa berkata
jujur padaku, dengan begitu aku akan menjaga diriku dari fans-fansmu! Kau tahu?
Aku sangat ketakutan kemarin!”
“Maafkan
aku, aku tahu, lambat laun kau juga akan mengetahuinya, tapi maafkan aku, aku
menyayangimu..”
“Maafkan
katamu? Aku sudah terlalu banyak memaafkanmu. Kau ingat? Saat kau mengambil
koperku? Aku memaafkanmu! Saat kau berbohong tentang tradisi London itu? Aku
bahkan tidak marah padamu. Waktu kau memaksa masuk kedalam taksi yang
kutumpangi? Aku kaget. Tapi apakah aku marah? Tentang surat terror itu?
Sebenarnya aku sangat takut! Tapi ku tutupi rasa takut itu, ini semua aku
lakukan karena aku sayang padamu. Tapi, kejadian kemarin menyangkut
keselamatanku Zayn!” Aku menumpahkan semuanya pada Zayn, tak terasa, butiran
air mataku mulai membentuk sungai-sungai kecil di pipiku.
“Aku
sungguh menyesal, aku benar benar tak menyangka kalau mereka akan benar-benar
membunuhmu, maafkan aku” Zayn mulai memelukku. Pelukan yang sangat hangat.
Tangisku belum reda, sehingga air mataku membasahi jaket Zayn. Ingin aku
melepaskan pelukan ini, aku benar benar wanita yang sangat membenci kebohongan.
Semakin aku ingin melepaskan pelukan Zayn, semakin kuat pula ia memelukku.
“Cukup,
Zayn! Aku akan mengambil penerbangan ke Indonesia hari ini juga, Aku sangat
ke-ce-wa padamu!” aku berhasil melepaskan pelukannya dan berlari menuju Hotelku.
Keputusanku sudah bulat sekarang, aku akan pergi dari London beberapa hari
lebih cepat dari rencanaku sebelumnya.
***
Aku
menatap keluar jendela pesawat, langit London memperlihatkan ‘wajah’
mendungnya. Aku kembali teringat dengan suasana seperti ini. Aku ingat, pertama
kali bertemu dengan Zayn, bagaimana ia mengambil koperku, saat itu Langit
London sedang tidak bersahabat seperti sekarang, juga, saat Langit London menyelamatkanku dari
ancaman fans-fans Zayn, dan sekarang….langit London yang seperti ini jugalah
yang mengakhiri pertemuanku dengan Zayn, mungkin….
***
Aku sudah
sampai di Indonesia, aku tak langsung pulang kerumah, sedikit jalan-jalan ke
Mall mungkin lebih baik. Aku memasuki sebuah Café, hiasan dindingnya bertemakan
Artis-artis Holywood, dari sekian banyak hiasan dinding di Café itu, mataku
tertuju pada sebuah poster, bertuliskan ‘One Direction’ diantara mereka,
terlihat wajah Zayn, senyum nya sama manis dengan aslinya. Mereka itu selebriti
dunia, tapi aku sama sekali tidak mengetahui mereka, Zayn adalah bagian dari
mereka pun aku tak tau. Sebenarnya aku ini hidup di planet mana? HUH.
***
Aku
mengerjap-erjapkan mataku, sinar matahari yang masuk ke celah-celah kamarku
menandakan hari sudah pagi. Aku berjalan ke kamar mandi, membersihkan diri.
Selang sekitar empat puluh menit aku sudah rapi, aku menatap diriku sendiri di
depan kaca kamarku.
“Ada apa
ini? tumben sekali pagi-pagi seperti ini aku sudah rapi” kataku dalam hati.
Akumenyampirkan
gorden kamarku, bunga-bunga di kebunku sudah mulai layu, aku berjalan menuju
pintu keluar rumah, bukan bunga-bunga yang aku lihat, tapi, ZAYN sedang
tertidur didepan pintu rumahku! Bagaimana bisa ia ada disini?
Otomatis,
saat aku membuka pintu, tubuh Zayn terhempas kebelakang, Ia terbangun. Ia
langsung memelukku.
“Tolong,
maafkan aku, aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa tanpamu, aku akan
menuruti semua permintaanmu, apapun itu! Aku menyayangimu” ucap Zayn di
sela-sela pelukannya.
Aku tak
bisa membohongi perasaanku sendiri, Zayn selalu membayang-bayangi pikiranku
sampai detik ini, maka sangat munafiklah aku jika tidak membalas pelukannya.
“Aku
pasti memaafkanmu, maaf, kemarin aku terlalu emosional”
“Kau
serius?” Matanya sekarang terlihat sangat berbinar-binar.
“Ya” aku
tersenyum.
“Kalau
begitu, kau harus ikut denganku ke London!”
“Untuk
apa?” aku bingung.
“Aku akan
memperkenalkanmu kepada orang tuaku”
“Secepat
itu?” Zayn mengangguk.
Hari itu
juga aku terbang ke London bersama Zayn.
***
Ah,
Langit London masih gelap, mengapa begitu lama? Setetes demi setetes air hujan
rupanya sudah mulai terjun bebas dari Langit London. Aku dan Zayn berlari
menghindari hujan, menepi di sebuah Halte Bus. Suasana sangat sepi, hanya kami
berdua disini.
“Sekarang
kau sudah ada di London, berarti kau adalah kekasihku” Zayn tersenyum penuh
arti.
“Kekasihmu?
Hahaha” tak ada yang bisa ku lakukan selain tertawa, Zayn berhasil membuatku salah
tingkah. Mati gaya, atau semacamnya.
“Kenapa
kau tertawa?”
“Kita
baru saja bertemu kurang dari satu minggu, Zayn”
“Kau
percaya cinta pada pandangan pertama?” Zayn tersenyum.
“Aku
tidak begitu percaya, cinta butuh waktu..”
“Awalnya
aku juga tidak percaya, tapi kau datang dan membuat semuanya nyata untukku, aku
mencintaimu” Zayn menyatakan cintanya padaku. Ini sungguh diluar dugaanku.
“Apa
alasannya kau mencintaiku?”
“Cinta
itu tak butuh alasan” Ia terseyum lagi, lagi, dan lagi.
“Kau bisa
saja” Pipiku merah merona.
“Masalah
fansku, aku minta maaf jika mereka mengganggumu. Mereka berbuat seperti itu
karena mereka sayang padaku. Waktu itu kau bukan siapa-siapa untukku, tetapi
sekarang kau adalah milikku, aku bertanggung jawab atas keselamatanmu, aku tak
akan membiarkan kau lecet sedikitpun, tidak akan! ;)x”
Aku tersenyum.
Perlahan, Zayn mendekatkan wajahnya ke wajahku.
“Apa yang
akan kau lakukan Zayn?! AAA” Aku sedikit berteriak histeris.
“Menciummu’
“HAH? Menciumku?”
“Iyap!”
ia kembali tersenyum, senyuman yang aneh, pikirku.
“Coba
saja kalau kau bisa!”
Aku
berlari menghindari Zayn, berlari menembus hujan yang sangat deras ini. Sambil
sesekali mensyukuri nikmat tuhan yang telah kurasakan sekarang. Aku pernah
mendengar suatu kutipan kata-kata unik yang aku dapat dari sebuah novel,
isinya: Cinta itu seperti Café, ada yang datang, ada yang pergi dan ada yang
ingin kembali. Tapi aku yakin, lelaki yang sedang mengejarku saat ini datang, tetapi
tak akan pergi dan selalu terjaga dihatiku. Hari ini…Langit London masih
seperti biasanya, gelap. Namun kali ini membawa cerita baru dalam sejarah
hidupku, di bawah Langit London ini
pula Tuhan telah mempersatukan dua insan dalam satu cinta. Bagiku, cinta itu
tak dapat ditebak, sekeras apapun kita mengejarnya, tetap saja tidak akan
datang kalau belum waktunya. Cinta juga tidak dapat dipikat seperti burung,
tetapi cinta akan datang dengan sendirinya jika sudah waktunya~
Aku harus
lebih cepat lagi berlari, tampaknya Zayn sudah hampir mendekatiku. Ini Gawat!!
No comments:
Post a Comment